31/05/2016

HUDAN

HUDAN

Saat ngaji rutinan jumat legi di masjid Agung Baitul Mukminin Jombang (6/5/2016), pakar tafsir Quran Pesantren Tebuireng Dr KH Mustain Syafiie menyampaikan pergeseran yg belakangan terjadi.

Dulu, saat Kiai kampung menyampaikan bahwa besok puasa Rojab.

Lalu menceritakan fadilahnya bahwa saat di akhirat semua orang kehausan, orang yg puasa Rojab kelak akan diberi minum dari bengawan Rojab.  Air bengawan itu lebih manis dari madu. Dan lebih putih dari susu. Yang meminumnya tak akan kehausan selamanya.

"Dengar seperti itu, besoknya semua langsung puasa," ucapnya.

"Keterbatasan ilmu mereka menjadi sebab terbukanya hidayah. Sehingga amal ibadahnya terus bertambah. Posone tambah akeh. Tambah akeh," tuturnya.

Sekarang sebaliknya. "Hapal Alquran, sarjana syariah pisan. Dikandani ngunu takon sik hadise sohih opo ora. Akhire ora poso2. Kasarane kakean cangkem," ucap Kiai Mustain disambut tawa para hafid yg didistribusikan ke desa2 yg mengikuti pengajian tersebut.

"Kepintarannya, justru menjadi hijab, yang menghalangi hidayah. Sehingga ibadahnya ora bertambah2," paparnya.

Waktu seminar di Tambakberas Sabtu (28/5/2016), Rektor UIN Malang, Prof Mudjia Raharjo cerita pernah ketemu orang Yahudi yang ahli tentang Islam.

Dia ini hapal Quran. Dan yakin dengan kebenaran Alquran.

"Saat ditanya kenapa tidak memeluk Islam, dia justru mengutip ayat Quran; innaka la tahdi man ahbabta, wa lakinnAllah yahdi man yasya’ (QS Al-Qashash 56)," kata Prof Mudjia.

"Engkau tidak bisa memberi petunjuk pada siapa yang engkau kehendaki, tetapi Allah  memberikan hidayah pada siapa saja yang Dia kehendaki."

Tak heran jika Sayyidina Ali di kitab nasoihul ibad memberi peringatan..

Man zada ilman, wa lam yazdad hudan, lam yazdad minallahi illa bu'dan..

Orang yg bertambah ilmunya, tp ora tambah hidayahnya. Orang itu hanya akan semakin jauh dari Allah SWT...

Semoga Allah memberikn hidayah pada kita semua..

29/05/2016

PILIH GURU

PILIH  GURU  AJA .....

Seorang gadis tunggal anak orang kaya raya dan bunga desa mendapat lamaran dari empat orang pria, masing-masing pria telah mendapat pekerjaan tetap. Pria pertama bekerja di PT. TELKOM, pria kedua pegawai PT. Pos Indonesia, pria ketiga seorang dokter gigi, sedangkan yang terakhir hanyalah seorang guru.
Orang Tua si gadis dari awal sudah merasa yakin, bahwa anaknya hanya akan memilih tiga pria pertama,
Ternyata saat diminta keputusan justru si Gadis memilih guru itu. Orang Tua si Gadis penasaran, bertanyalah sang Bapak soal alasan gadis tersebut.
Si Gadis menjawab, “Orang Telkom bisanya cuma tahan tiga menit, lewat itu harus masukin lagi. Sementara pegawai Pos belum apa-apa sudah nanya dulu, ‘Yang biasa apa yang kilat?’.
Terus kalau dokter gigi itu, baru goyang dikit udah dicabut. Jadi Saya tidak pilih mereka bertiga.”
“Lalu kenapa kamu memilih Guru ?” tanya sang Ayah meminta kejelasan.
“Kalau guru kan enak, dari awal dibahas, dikupas, sedikit demi sedikit, penuh kesabaran, kelembutan dan kehangatan, serta pengertian, trus diparaktekkan. Selesai itu, nanya, sudah puas belum, kalau saya jawab belum, pasti diulangi lagi dari awal.

ENTERPRENEUR

ENTERPRENEUR

Saat ngancani Mas Rijal ngantar undangan rapat ekspedisi Islam nusantara Senin (11/4/2016), di Tebuireng kebetulan diterima beberapa orang  termasuk Pak Lukman, mantan Lurah pondok Tebuireng..

Pak Lukman cerita, suatu ketika dia pernah protes kepada Kiai Syamsuri, gurunya di Pesantren Tebuireng.

"Kiai, Senin dan Kamis itu kan hari baik. Tapi kenapa di Tebuireng justru ngajinya libur pada dua hari itu?" tanya Pak Lukman pada Kiai Syamsuri.

Jawaban Kiai Syamsuri ternyata diluar dugaan.

"Husss. Sejak jaman Mbah Hasyim biyen ngajine iku libur Senin dan Kamis. Karena setiap Senin dan Kamis Mbah Hasyim itu keluar untuk dagang," kata Pak Lukman menirukan jawaban Kiai Syamsuri..

"Makanya sejak itu saya bertekad untuk dagang. Karena Mbah Hasyim sendiri ternyata juga dagang," komentarnya.

Sejak masih santri, dia pun mulai menjual kain dan pakaian. Baik kepada santri maupun kepada orang luar.

Saat ini, Pak Lukman memiliki toko pakaian An-Nur..

"Sampai sekarang, disini santri libur ngaji tiap Senin dan Kamis," sambung Gus Ghofar, Sekretaris Pesantren Tebuireng.

Dengar itu, saya baru paham kenapa guru ngaji saya di kampung, alm KH Sahlan, Katerban, Pulorejo, Ngoro, Jombang, selalu meliburkan ngaji tiap Senin dan Kamis..

Kepada Kiai Sahlan yang telah membelikan kitab2 kemudian mengajarkannya dg sorogan kepadaku, mulai Quran, sulam safinah&taufik, takrib, bidayatul hidayah, tafsir Al Ibris, tafsir Yasin Hamami, Diba, Barzanji, manakib, dll, tersebut,

Semoga Allah memberikan nikmat di kuburnya, memudahkan hisabnya, dan memasukknnya ke surga..

Serta ilmunya bermanfaat bagi kita semua..

Allahummagfir warham ummata Sayyidina Muhammad sollallahu alaihi wasallam..

27/05/2016

NYANTHOL

NYENTEL

Saat ngaji di acara Jumat Bahagia IPNU IPPNU di masjid Hidyatullah yang diikuti siswa dan wali murid MI Miftahul Maarif Pagak Sumberejo Kecamatan/Kabupaten Jombang (13/5/2016), Mbah Bolong menceritakan kiai yang tiba-tiba keluar malam hari. Diam-diam, dia diikuti dan diintip santrinya.
 
’’Sampean dadi wong tuwo yo sing ati-ati lho Bu. Sebab anak mesti ngintip. Oh bapak ibu lek tanggal tuwek kok seneng muring-muring. Ngunuku ditiru. Bapak ibu lek mangan kok tangan kiwo. Ora ndungo. Negeneku ditiru anak. Sing uwati-ati nok ngarepe anak. Sebab anak iku niru,’’ paparnya.
 
Bapak ibu guru juga demikian. Harus ekstra hati-hati dalam berucap dan berperilaku. Sebab siswa juga meniru. Makanya ada pepatah, guru kencing berdiri, murid kencing berlari.
 
Mbah Bolong melanjutkan, Kiai itu masuk kuburan mengambil tiga kelompok tengkorak. Tengkorak pertama ditusuk telinga kanan tidak masuk. Lalu di bilang mardud/ditolak. Tengkorak kedua ditusuk telinga kanan tembus telinga kiri. Juga dibilang mardud. Tengkorak ketiga ditusuk telinga kanan berhasil masuk kemudian berhenti di tengah. Lalu dibilang maqbul.
 
Santrinya lalu bertanya, apa maksud mardud dan maqbul.

Pertama, yang ditusuk tak bisa masuk itu ditolak. Karena saat hidupnya, tidak mau di ngajeni. ’’Kalau ada orang ngaji diremehno. Dia ngomong sendiri,’’ tuturnya.
 
Kedua, yang ditusuk tembus itu ditolak karena saat ngaji, dia bablas ora nyantol. ’’Mergo opo? Akeh-akehe mergo turu. Yo ngaji, yo sekolah, tapi nang nggon ngaji, nang sekolah, turu. Dadi orang nyentel,’’ ucapnya.
 
Ketiga, yang ditusuk masuk kemudian berhenti ditengah, itu diterima karena kalau dingajeni nyentel. ’’Nyentel mergo dicatet. Makane lek sekolah, lek ngaji, sampean catet,’’ pesannya.
 
Agar cerdas dan tidak mudah lupa pelajaran, ada lima hal yang menurut Mbah Bolong mesti dilakukan.

1.      Dawamul wudlu. Selalu punya wudlu. Sebab wudlu itu cahaya dan ilmu itu cahaya.’’Kalau selalu punya wudlu, insya Allah rezeki juga gampang. Saya sendiri, tidak bisa ceramah kalau tidak punya wudlu,’’ bebernya.

 2. Siwakan/sikatan. ’’Tapi lek sikatan ojo bareng ngengek, iku malah nggarai lalian.

3. Tidak makan kecuali dalam keadaan baik. "Jadi ora sampek kelaparan, juga ora kewareken."

 4. Selalu bertakwa, baik ada orang maupun tidak.

5. Shalat malam walaupun dua rakaat. ’’Shalat malam ini membuat kita cerdas dan sehat, tidak mudah sakit,’’ pungkasnya.     

(Rojiful Mamduh)

26/05/2016

HUBBINNABI

HUBBINNABI
 
Saat ngaji dalam Diba Kubro Kecamatan Jombang di Jagalan Sabtu (6/5/2016), KH Fatkhurahman (Gus Tuk) Kepuh Kembeng menceritakan bahwa suatu ketika ada kekasih Allah yang sedang menyendiri di gunung. Kemudian di datangi  burung besar. Burung itu mengeluarkan kepala manusia, tangan, kaki hingga semua bagian tubuh manusia.
 
Setelah di luar, tubuh manusia itu kembali ke bentuk asal sebagai manusia utuh. Lalu dipatok burung itu lagi mulai kepalanya, hingga semua bagian tubuhnya habis. Setelah tertelan semuanya, dimuntahkan lagi seperti semula. Setelah itu ditelan lagi, utuh, kemudian di makan lagi. Demikian terus beberapa kali.
 
Orang itu lantas tanya kepada burung tersebut. Siapa orang yang di makan kemudian di muntahkan lalu di makan dan dimuntahkan berulang kali itu.
 
Si burung menjawab, orang itu adalah Abdurahman ibnu Muljam, orang Khowarij yang membunuh Sayyidina Ali. Dia rajin puasa di siang hari, dia hapal Quran dan banyak membaca Quran setiap hari. Setiap malam, dia menghabiskan waktunya untuk shalat malam hingga bengkak kakinya dan gosong jidatnya.
 
’’Namun tak ada cinta kepada Nabi dan ahli bait di hatinya,’’ kata Gus Tuk.
Padahal dalam sejumlah hadist disebutkan bahwa salah satu syarat untuk merasakan manisnya iman adalah mencintai Allah dan Nabi melebihi cinta kepada siapapun.
 
Jangankan Sayyidina Ali dan para kiai sekarang, Nabi pun oleh orang Khowarij dianggap salah.
Pendiri Khowarij, Khowarij Dzul Khuwaishiroh At Tamimi pernah mengatakan kepada Rasulullah SAW –yang ketika itu beliau sedang membagikan harta rampasan perang-, “berlaku adil lah wahai Rasulullah!”. Maka Rasulullah SAW menjawab, “celaka engkau, siapa lagi yang akan berlaku adil kalau aku tidak berlaku adil”.

Melihat hal tersebut, Umar bin Khattab berkata, “biarkan saya membunuhnya wahai Rasulullah”. Rasulullah SAW berkata, “biarkan dia! Sesungguhnya dia memiliki pengikut yang sholat kalian terasa remeh dibandingkan sholatnya. Puasa kalian terasa remeh dibandingkan dengan puasanya. Mereka terlepas dari agama sebagaimana anak panah terlepas dari busurnya……” (HR. Muslim, (2/743 dan 744)

Ciri utama Khowarij adalah menyalahkan pemimpin dan menyalahkan kiai/ulama yang punya pengikut.

Sedangkan ciri  ahlussunnah adalah adanya  cinta kepada Nabi, para sahabat, dan para ulama/kiai pewaris ilmu Nabi.
 
’’Manifestasi cinta kita kepada Nabi itu setidaknya tercermin dalam tiga hal,’’ kata Gus Tuk.
 
Pertama yakni rojuna minhu syafaatah. Kita mengharapkan syafaat Nabi di dunia dan akhirat.
Kedua, mustaquna ila rukya jamalih. Rindu melihat Nabi.
Ketiga, wisolahu wa Manama. Kita ingin bertemu Nabi, walaupun toh pertemuan itu dalam mimpi sekalipun.
 
Rindu kami padamu ya Rosul, rindu yang tak terperi..
 
Lalu bagaimana menyemaikan cinta Rosul itu kepada anak-anak? Ya ajak salawatan. Ajak kumpul ulama. Ajak ikut kegiatan NU. Masukkan ke sekolah yang ngajarkan agama dan cinta Nabi..
 
#AyoMondok   

24/05/2016

Wong Kang Soleh Kumpulono

ULAMA

Saat tausiah dalam pertemuan pengurus ranting NU Desa Candimulyo Kecamatan Jombang di rumah Pak Rojif Nglundo Utara Selasa Legi (26/4/2016), Ketua Ranting H  Muklas menuturkan bahwa memuliakan atau mengunjungi ulama itu seperti memuliakan dan mengunjungi Nabi. Siapa yang memuliakan Nabi, akan dimuliakan Allah. Siapa yang dimuliakan Allah, akan masuk surga.
 
’’Kita di NU ini niat ikut ulama, niat kumpul ulama, niat memuliakan ulama. Sebab ulama niku pewarise kanjeng Nabi,’’ ucapnya. Apalagi pendiri NU KH Hasyim Asy’ari dawuh, siapa saja yang mengurusi NU akan dianggap santrinya. ’’Kalau sudah jadi santri Mbah Hasyim, akan didoakan khusnul khotimah,’’ paparnya.
 
Rois Syuriah Ranting NU, KH Mulyono, menambahkan, orang yang bahagia itu memiliki empat tanda. Pertama, istrinya solehah. Istri solehah itu tandane, kalau dipandang menyenangkan. Kalau disuruh mau taat, kalau ditinggal bisa menjaga harta dan harga dirinya. (Menurutku perlu ditambahi satu lagi, kalau dipegang bisa membangkitkan tegangan.. hehehe).
 
Kedua, tanda bahagia itu anak keturunannya apik-apik. Untuk ini orang tua perlu banyak berdoa, tirakat dan meridloi anak. Wali Kota Mojokerto KH Mas’ud Yunus pernah menyarankan agar tiap anak usai shalat dikirimi satu fatihah. Saat sampai ayat iyyaka na’budu wa iyyaka nastain, dibaleni 11 kali sambil mbatin doa untuk si anak.
 
Ketiga, tanda bahagia itu rezekinya di daerah/negaranya sendiri. Masio di daerah/negara orang lain, tapi kalau istri dan anak diajak, insya Allah juga tetap bahagia.  
 
’’Keempat, tandane bahagia niku kalau yang digumbuli tiyang soleh,’’ tuturnya. Lha aktif di NU itu, niatnya adalah golek gumbulan wong sing soleh. Kalau gumbulane orang soleh, akan saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran.
 
’’Kalau gumbul orang soleh, ngomong sak omong pasti yang dibahas ilmu. Ilmu itulah yang akan ngangkat derajat kita dan membuat kita semakin baik,’’ tuturnya.
 
Namun ada lima hal yang membuat kita sulit jadi orang soleh. ’’Yoiku qonaah bil jahli alias neriman jadi orang bodoh tegese orang gelem ngaji. Lalu rakus dengan dunia. Ketiga, pelit mensedekahkan hartanya. Keempat amal dengan maksud riya atau pamer. Serta yang kelima ujub atau membanggakan dirinya sendiri,’’ paparnya.

(Rojiful Mamduh)

Asal Usul Demak

TAHUKAH ANDA ASAL USUL NAMA KOTA DEMAK - JAWA TENGAH?

واما مرتسمة فتزوجها رادين فتاح

Raden fatah mempersunting Dewi Murtasimah (Putri Raden Rahmat Sunan Ampel)

و بعد ما طالت خدمته للسيد رحمة و اقامته عنده

Dan setelah lama Raden Fatah mengabdi pada Raden Rahmat

قال السيد رحمة يا بنى اذهب ههنا و اشار الى نحو المغرب

Lalu Raden Rahmat berpesan pada Raden Fatah. Nak, berangkatlah engkau ke arah barat sana

فإذ وصلت الى غابة من القصب يقال لها بينطارا فاطلب فيها قصبا طيب الرائحة

Sesampainya engkau di hutan bambu (ilalang) di Bintoro , carilah bambu (ilalang) yang harum baunya

فإذا وجدته فهناك اتخذ دارا و اقم هناك

Jika kau sudah menemukannya maka ambillah kemudian buatlah rumah dari bambu tersebut untuk kau huni

فقال رادين فتاح سمعا وطاعة

Raden Fatah menjawab : injih sendiko dawuh

فودع السيد رحمة وخرج قاصدا الى بينطارا ومعه زوجته ولم يزل سائرا حتى وصل الى غابة بينطارا

Lalu Raden Fatah berpamitan untuk berangkat ke Bintoro bersama istrinya dan berjalan terus sampai hutan bambu Bintoro

وطلب فيها قصبا طيب الرائحة فلم يزل يأخذ واحدا بعد اخرى حتى وجده

lalu mencari bambu yang harum baunya , satu persatu bambu di pegang (di demak-demek) sampai akhirnya menemukan apa yang ia dicari

ولذا يسمى ذلك البلد بدماء مأخوذا من كلمة ( دماء دميك )  و الله اعلم

Dari sinilah kawasan tersebut diberi nama DEMAK yang asalnya diambil dari kata (demak-demek) (bhs.ind, menyentuh) Wallohu a'lam

Dalil:
Kitab Ahlal Musamiroh Fi Hikayatil Auliya'il 'Asyaroh hal : 41. Karya Mbah Fadhol - Tuban

23/05/2016

BANGGA MENJADI BANGSA BODOH

Kisah Dari Negeri Sana
Konon, suatu ketika ada sebuah desa di pelosok Papua sana yang penghasilan utamanya adalah pisang. Banyak sekali pisang enak yang dihasilkan dari tanah subur di desa tersebut. Selain manis, besar-besar, dan konon khasiatnya sangat bagus untuk kesehatan.

Itulah mengapa, penduduk di sana banyak yang menggantungkan hidup dari hasil jualan pisang. Tapi, karena daerahnya terpencil, mereka harus menjual pisang tersebut ke kota dan menempuh jarak 30 km-an. Dengan infrastruktur yang masih belum bagus, mereka harus jalan kaki, mengarungi sungai, dengan membawa satu dua tandan pisang per orang.

Sampai di pasar kota, pisang itu sudah langsung ada penadahnya. Laris manis. Uang pun didapat. Dan, masyarakat desa itu pun segera pulang ke kampungnya lagi. Namun sebelum pulang, ada satu tradisi mereka untuk membawa oleh-oleh ke rumah. Dan... yang paling dinanti oleh keluarga mereka sebagai oleh-oleh biasanya adalah PISANG GORENG.

Ya.. jauh-jauh mereka ke kota, jualan pisang, untuk kemudian membeli oleh-oleh pisang goreng. Uang hasil jualan pisang sebagian dipakai untuk membeli pisang goreng.

Ada yang merasa aneh atau lucu dengan kisah tadi? Sebagian teman-teman saya tertawa mendengar kisah itu. Jauh-jauh ke kota jualan pisang kok bawanya oleh-oleh pisang juga? Kenapa tidak menggoreng sendiri? Aneka tanggapan muncul saat tahu kisah ini. Tapi...

Sesaat kemudian, tawa itu berubah jadi hening, ketika saya mengatakan bahwa INILAH YANG TERJADI PADA SEBAGIAN BESAR ORANG INDONESIA!

Air diambil dari Indonesia, diolah jadi A*ua, dijual lagi ke kita, dan uangnya diambil Dan*ne, perusahaan dari luar negeri.

Sepatu keren dibuat orang Indonesia, dibawa ke luar diberi cap N*ke, dan dijual lagi ke Indonesia dengan harga berkali lipat, dan ada yang bangga memakainya.

Kopi-kopi terbaik di Indonesia, dibeli dan diolah St*rb*cks, dibeli dengan harga berkali lipat oleh orang Indonesia.

Kisah di atas saya dapatkan dari teman-teman yang menginisiasi gerakan Beli Indonesia. Sebuah gerakan untuk mendukung dan bangga menggunakan produk Indonesia. Bahkan, meski lebih mahal tapi kualitasnya belum sebagus produk asing, jika kita mau memakai dan membelinya, 250 juta penduduk Indonesia akan lebih sejahtera. Produk sendiri, digunakan sendiri, ekonominya dinikmati masyarakat Indonesia.

21/05/2016

Bahtsul Masail Tentang Malam Nisfu Sya'ban

Keputusan Lembaga Bahtsul Masail
Nahdlatul Ulama Kota Surabaya
Di Masjid At Taqwa Penjaringansari Rungkut Surabaya, 29 Juni 2008
      AMALIYAH MALAM NISHFU SYA'BAN
(PP. Manba'ul Falah Rungkut Menanggal)
Diskripsi Masalah:    
Pada malam paruh kedua dari bulan Sya’ban, banyak dari kalangan umat Islam yang berduyun-duyun ke masjid, mushalla dan surau untuk melaksanakan kegiatan keagamaan yang rutin dijalani setiap malam Nishfu Sya’ban. Salah satu kegiatannya adalah melakukan salat sunah sebanyak dua rakaat atau lebih.
Ada juga dari mereka yang membaca surat Yaasin secara bersama-sama sebanyak 3 kali. Biasanya dari masing-masing pembacaan surat Yasin tersebut diniatkan untuk memperoleh rezeki yang halal, untuk umur panjang yang barokah, serta untuk mendapatkan husnul khatimah. Adapula diantara masyarakat yang melengkapi kegiatan tersebut dengan bersedekah.
Pertanyaan:
a.       Adakah tuntunan secara umum dan khusus untuk melakukan ibadah pada malam Nishfu Sya’ban?
b.      Apa sebenarnya keistimewaan malam Nishfu Sya’ban dibanding dengan malam-malam yang lain?
c.       Apa dasar ulama dalam penetapan pembacaan surat Yasin pada malam Nishfu Sya’ban beserta macam-macam niatnya?
d.      Apa hukum melakukan shalat sunnah pada malam Nishfu Sya’ban?

Jawaban 29 a:
Dalam syari’at Islam terdapat tuntunan (dalil-dalil) untuk beribadah pada malam Nishfu Sya’ban.
Dasar Pengambilan Hukum:
عَنْ مُعَاذِ بن جَبَلٍ عَن ِالنَّبِيِّ e قَالَ: يَطَّلِعُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيْعِ خَلْقِهِ إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ (رواه الطبراني في الكبير والأوسط قَالَ الهيثمى ورجالهما ثقات. ورواه الدارقطنى وابنا ماجه وحبان فى صحيحه عن ابى موسى وابن ابى شيبة وعبد الرزاق عن كثير بن مرة والبزار).
“Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah memperhatikan hambanya (dengan penuh rahmat) pada malam Nishfu Sya’ban, kemudian Ia akan mengampuni semua makhluk-Nya kecuali orang musyrik dan musyachin (orang munafik yang menebar kebencian antar sesama umat Islam)”. (HR Thabrani fi Al Kabir no 16639, Daruquthni fi Al Nuzul 68, Ibnu Majah no 1380, Ibnu Hibban no 5757, Ibnu Abi Syaibah no 150, Al Baihaqi fi Syu’ab al Iman no 6352, dan Al Bazzar fi Al Musnad 2389. Peneliti hadis Al Haitsami menilai para perawi hadis ini sebagai orang-orang yang terpercaya. Majma’ Al Zawaid 3/395)
عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ فَقَدْتُ النَّبِيَّ e ذَاتَ لَيْلَةٍ فَخَرَجْتُ أَطْلُبُهُ فَإِذَا هُوَ بِالْبَقِيعِ رَافِعٌ رَأْسَهُ إِلَى السَّمَاءِ فَقَالَ يَا عَائِشَةُ أَكُنْتِ تَخَافِيْنَ أَنْ يَحِيْفَ اللهُ عَلَيْكِ وَرَسُولُهُ قَالَتْ قَدْ قُلْتُ وَمَا بِي ذَلِكَ وَلَكِنِّي ظَنَنْتُ أَنَّكَ أَتَيْتَ بَعْضَ نِسَائِكَ فَقَالَ إِنَّ اللهَ تَعَالَى يَنْزِلُ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَغْفِرُ ِلأَكْثَرَ مِنْ عَدَدِ شَعَرِ غَنَمِ كَلْبٍ
“Aisyah berkata “Pada suatu malam, saya kehilangan Rasulullah. Setelah saya keluar mencarinya, ternyata beliau ada di Baqi’ seraya menengadahkan kepalanya ke langit, beliau berkata “Apakah kamu takut Allah dan Rasulnya mengabaikanmu?”. Aisyah  berkata “Saya tidak memiliki ketakutan itu, saya mengira engkau mengunjungi sebagian di antara istri-istri engkau”. Nabi berkata “Sesungguhnya (rahmat) Allah turun ke langit yang paling bawah pada malam Nishfu Sya’ban dan Ia mengampuni dosa-dosa yang melebihi dari jumlah bulu kambing milik suku Kalb”. (HR Turmudzi no 670, dan Ibnu Majah no 1379)
تحفة الأحوذي شرح سنن الترمذي ج 2 ص 277
فَهَذِهِ اْلأَحَادِيثُ بِمَجْمُوعِهَا حُجَّةٌ عَلَى مَنْ زَعَمَ أَنَّهُ لَمْ يَثْبُتْ فِي فَضِيْلَةِ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ شَيْءٌ وَاللهُ تَعَالَى أَعْلَمُ .
“Hadits-hadits di atas secara keseluruhan merupakan sebuah hujjah yang membantah anggapan sebagian ulama yang berpendapat bahwa tidak ada satupun dalil kuat yang menjelaskan tentang keutamaan malam nishfu Sya’ban”. (Tuchfah al-Achwadzi Syarh Sunan al-Tirmidzi, II/277)
Jawaban 29 b:
Di antara keistimewaan malam Nishfu Sya’ban adalah sebagai berikut:
1.      Menurut Imam Syafi’i, malam Nishfu Sya’ban adalah salah satu malam yang mustajabah.
2.      Menurut ‘Atha bin Yasar, malam Nishfu Sya’ban adalah malam yang paling utama setelah Lailatul Qadar.
3.      Menurut sahabat ‘Ikrimah, yang dimaksud dengan ayat
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ () فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ {الدخان :3-4}
surat al Dukhan ayat 3-4, malam tersebut adalah malam Nishfu Sya’ban, akan tetapi pendapat ini ditentang oleh jumhur ulama, dan yang dimaksud dengan ليلة مباركة  adalah Lailatul Qadar.
4.      Menurut ulama yang lain, malam Nishfu Sya’ban adalah malam laporan amal tahunan kepada Allah SWT.
Dasar Pengambilan Hukum:
فيض القدير ج 6 ص 50
قَالَ الشَّافِعِى بَلَغَنَا أنَّ الدُّعَاءَ يُسْتَجَابُ فِى خَمْسِ لَيَالٍ أوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبَ وَلَيْلَةِ نِصْفِ شَعْبَانَ وَلَيْلَتَىِ اْلعِيْدِ وَلَيْلَةِ الْجُمْعَةِ.
“Imam Syafii berkata: Telah sampai kepada kami bahwa doa dikabulkan dalam lima malam, yaitu awal malam bulan Rajab, malam Nishfu Sya’ban, dua malam hari raya dan malam Jumat”. (Faidl al-Qadír, VI/50)
نزهة المجالس ج 1 ص 158
قَالَ عَطَاءُ بْنُ يَسَارٍ مَا بَعْدَ لَيْلَةِ الْقَدْرِ أَفْضَلُ مِنْ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ وَهِىَ مِنَ اللَّيَالِى الَّتِى يُسْتَجَابُ فِيْهَا الدُّعَاءُ. قَالَ النَّوَوِى عَطَاءُ بْنُ يَسَارٍ مِنَ التَّابِعِيْنَ .
“Yasar bin Atho’ berkata : Tidak ada malam yang lebih utama setelah Lailatul Qadar dibandingkan dengan Nishfu Sya’ban. Ia merupakan salah satu malam yang mustajabah”. (Nuzhah al-Maj á lis, I/158)
تفسير القرطبى ج 16 ص 85
وَقَالَ عِكْرِيْمَةُ هِىَ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ يُبْرَمُ فِيْهَا أَمْرُ السَّنَةِ وَيُنْسَخُ اْلأَحْيَاءُ مِنَ اْلأَمْوَاتِ وَيُكْتَبُ الْحَاجُّ فَلاَ يُزَادُ فِيْهِمْ أَحَدٌ وَلاَ يُنْقَصُ مِنْهُمْ أَحَدٌ وَرَوَى عُثْمَانُ بْنُ الْمُغِيْرَةِ قَالَ قَالَ النَّبِىَ e تُقْطَعُ اْلأَجَالُ مِنْ شَعْبَانَ إلَى شَعْبَانَ حَتَّى أَنَّ الرَّجُلَ لَيَنْكِحُ وَيُوْلَدُ لَهُ وَقَدْ خُرِجَ اسْمُهُ فِى الْمَوْتَى. وَقَالَ اْلقَاضِى أبُوْ بَكْرِ بْنِ الْعَرَبي وَجُمْهُوْرُ الْعُلَمَاءُ عَلَى أنَّهَا لَيْلَةُ اْلقَدْرِ.
“Ikrimah berpendapat bahwa yang dimaksud Lailah Al Mubarakah itu adalah malam nishfu sya’ban. Di malam itu Allah menentukan semua urusan dalam peristiwa setahun, menghapus nama-nama orang dari daftar calon orang meninggal dan mencatat nama-nama orang yang akan melaksanakan haji tanpa ditambah atau dikurangi. Utsman bin Mughirah meriwayatkan hadis, Rasulullah e  bersabda, “Ajal ditentukan dari satu Sya’ban ke bulan Sya’ban berikutnya, hingga seseorang menikah, dikaruniai anak dan namanya dikeluarkan dari orang-orang yang akan meninggal” (HR Ibnu Abi Dunya dan Al Dailami). Qadli Abu Bakar bin Al Araby berkata : Para Ulama’ mengatakan bahwa malam tersebut adalah Lailatul Qadar”. (Tafsir al-Qurtúbi, XVI/85)
حاشية الجمل ج 8 ص 323
(قَوْلُهُ: تُعْرَضُ اْلأَعْمَالُ) أَيْ تُعْرَضُ عَلَى اللهِ تَعَالَى وَكَذَا تُعْرَضُ فِي لَيْلَةِ نِصْفِ شَعْبَانَ وَفِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ، فَاْلأَوَّلُ عَرْضٌ إجْمَالِيٌّ بِاعْتِبَارِ اْلأُسْبُوْعِ، وَالثَّانِي بِاعْتِبَارِ السَّنَةِ
“Amal-amal tersebut diperlihatkan kepada Allah, begitu pula pada malam Nishfu Sya’ban dan Lailatul Qadar. Yang pertama (Senin-Kamis) merupakan laporan amal mingguan. Yang kedua dan ketiga (Nishfu Sya’ban dan Lailatul Qadar) merupakan laporan amal tahunan”. (Chásyiyah al-Jamal, VIII/323)
Jawaban 29 c:
Pembacaan surat Yasin pada malam Nishfu Sya’ban beserta macam-macam niatnya merupakan hasil ijtihad para ulama.
Dasar Pengambilan Hukum:
أسنى المطالب فى أحاديث مختلفة المراتب ص 234
وَأَمَّا قِرَاءَةُ سُوْرَةِ يس لَيْلَتَهَا بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَالدُعَاءِ الْمَشْهُوْرِ فَمِنْ تَرْتِيْبِ بَعْضِ أهْلِ الصَّلاَحِ مِنْ عِنْدِ نَفْسِهِ قِيْلَ هُوَ الْبُوْنِى وَلَا بَأْسَ بِمِثْلِ ذَلِكَ.
“Adapun pembacaan surat Yasin pada malam Nishfu Sya’ban setelah Maghrib merupakan hasil ijtihad  sebagian ulama, konon ia adalah Syeikh Al Buni, dan hal itu bukanlah suatu hal yang buruk”. (Asná al-Mathálib, 234)
فتح الملك المجيد للشيخ أحمد الديربى ص 19
(وَمِنْ خَوَاصِ سُوْرَةِ يس) كَمَا قَالَ بَعْضُهُمْ أنْ تَقْرَأَهَا لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ الأُوْلَى بِنِيَّةِ طُوْلِ اْلعُمْرِ وَالثَّانِيَةُ بِنيَّةِ دَفْعِ الْبَلاَءِ وَالثَّالِثَةُ بِنِيَّةِ اْلإسْتِغْنَاءِ عَنِ النَّاسِ.
“Diantara keistimewaan surat Yasin, sebagaimana menurut sebagian para Ulama, adalah dibaca pada malam Nishfu Sya’ban sebanyak 3 kali. Yang pertama dengan niat meminta panjang umur, kedua niat terhindar dari bencana dan ketiga niat agar tidak bergantung kepada orang lain”. (Fatchu al-Malik al-Majíd, 19)
تلخيص فتاوى ابن زياد ص 301
(مَسْئَلَةٌ) حَدِيْثُ يس لِمَا قُرِئَتْ لَهُ لاَ أَصْلَ لَهُ وَلَمْ أَرَ مَنْ عَبَّرَ بِأَنَّهُ مَوْضُوْعٌ فَيَحْتَمِلُ أنَهُ لاَ أصْلَ لَهُ فِى الصِّحَّةِ وَالَّذِىْ أعْتَقِدُهُ جَوَازُ رِوَايَتِهِ بِصِيْغَةِ التَّمْرِيْضِ نَحْوُ بَلَغَنَا كَمَا يَفْعَلُهُ أصْحَابُ الشَّيْخِ اِسْمَعيِلَ اْلَجْبَرِتى اهـ.
“Hadits yang berbunyi “Surat Yasin dapat dibaca sesuai dengan niat tujuannya” merupakan hadis yang tidak ada dasarnya, tetapi saya tidak menemui ulama yang mengatakannya sebagai hadis palsu. Bisa jadi yang dimaksud adalah hadis tersebut tidak shohih. Saya meyakini bahwa boleh meriwayatkan hadis tersebut dengan redaksi riwayat yang tidak tegas, seperti telah sampai pada kami sebagaimana yang dilakukan oleh murid-murid Syeikh Ismail Al Jabraty dari Yaman.” (Talkhísh Fatáwá Ibnu Ziyád, 301)
Jawaban 29 d:
Hukum melakukan shalat sunnah mutlak pada malam Nishfu Sya’ban adalah mustahab (disunnahkan) karena Rasulullah e pernah melaksanakan shalat tersebut. Sementara jika shalat tersebut diniati nishfu sya’ban maka hukumnya haram, karena tidak ada tuntunan ibadah salat nishfu sya’ban. Bentuk salat sunah yang boleh dikerjakan pada malam Nishfu Sya’ban adalah salat sunah mutlak, salat Hajat, salat Tasbih, dan shalat apapun yang telah dilakukan oleh Rasulullah e.
Catatan:
Kedudukan hukum mustahab adalah satu tingkat di bawah hukum sunnah.
Dasar Pengambilan Hukum:
ذكريات ومناسبات لسيد محمد بن علوى الملكى ص 155-156
عَنِ الْعَلاَءِ بْنِ الْحَارِثِ اَنَّ عَائِشَةَ قَالَتْ: قَامَ رَسُوْلُ اللهِ e مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّى فَأَطَالَ السُّجُودَ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ قَدْ قُبِضَ، فَلَمَّا رَأَيْتُ ذَلِكَ قُمْتُ حَتَّى حَرَّكْتُ إِبْهَامَهُ فَتَحَرَّكَ فَرَجَعَ، فَلَمَّا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ السُّجُودِ وَفَرَغَ مِنْ صَلاَتِهِ قَالَ: يَا عَائِشَةُ أَوْ يَا حُمَيْرَاءُ أَظَنَنْتِ أَنَّ النَّبِيَّ e قَدْ خَاسَ بِكِ؟ قُلْتُ: لاَ وَاللهِ يَا رَسُوْلَ اللهِ وَلَكِنِّي ظَنَنْتُ أَنْ قُبِضْتَ طُوْلَ سُجُوْدِكَ، قَالَ: أَتَدْرِي أَيَّ لَيْلَةٍ هَذِهِ؟ قُلْتُ: اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: هَذِهِ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَطَّلِعُ عَلَى عِبَادِهِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِلْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَرْحَمُ الْمُسْتَرْحِمِيْنَ وَيُؤَخِّرُ أَهْلَ الْحِقْدِ كَمَا هُمْ، رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ. وَقَالَ هَذَا مُرْسَلٌ جَيِّدٌ وَيُحْتَمَلُ أَنْ يَكُوْنَ الْعَلاَءُ أَخَذَهُ مِنْ مَكْحُوْلٍ
“Dari 'Ala' bin Charits bahwa Aisyah berkata: “Rasulullah bangun di tengan malam kemudian beliau salat, kemudian sujud sangat lama, sampai saya menyangka bahwa beliau wafat. Setelah itu saya bangun dan saya gerakkan kaki Nabi dan ternyata masih bergerak. Kemudian Rasul bangkit dari sujudnya setelah selesai melakukan shalatnya, Nabi berkata “Wahai Aisyah, apakah kamu mengira Aku berkhianat padamu?”, saya berkata “Demi Allah, tidak, wahai Rasul, saya mengira engkau telah tiada karena sujud terlalu lama.” Rasul bersabda “Tahukauh kamu malam apa sekang ini?” Saya menjawab “Allah dan Rasulnya yang tahu”. Rasulullah bersabda “ini adalah malam Nishfu Sya’ban, sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla memperhatikan hamba-hamba-Nya pada malam Nishfu Sya’ban, Allah akan mengampuni orang-orang yang meminta ampunan, mengasihi orang-orang yang meminta dikasihani, dan Allah tidak akan memprioritaskan orang-orang yang pendendam”. (HR Al Baihaqi fi Syuab Al Iman no 3675, menurutnya hadits ini Mursal yang baik)
Catatan:
1.      Letak ke-mursal-an hadits tersebut karena Al ‘Ala’ bin Al Charits adalah seorang Tabiin yang tidak pernah berjumpa dengan Aisyah, prediksi Al Baihaqi menyebutkan Al ‘Ala’ memperoleh hadits tersebut dari gurunya, Makchul. Imam Achmad menilai Al ‘Ala’ sebagai orang yang sahih haditsnya. Abu Chatim berkata: Tidak ada murid Makchul yang lebih terpercaya dari pada Al ‘Ala’. Ibnu Hajar menyebut Al ‘Ala’ sebagai orang yang jujur dan berilmu fikih, tetapi ia dituduh pengikut Qadariyah. (Mausu’ah Ruwat Al Hadits)
2.      Para Imam Madzhab, seperti Imam Syafii dan Imam Ahmad bin Hanbal mengkategorikan hadis Mursal sebagai hadis yang dapat diterima (Hadis Maqbul) bila memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya Sahabat atau Tabiin yang digugurkan dari sanad merupakan seorang yang dikenal kredibilitasnya, tidak bertentangan dengan hadis lain yang lebih shahih, dan lain sebagainya, sebagaimana yang tercantum dalam kitab-kitab Ulumul Hadits.
مجموع فتاوى ابن تيمية ج 2 ص 469
وَسُئِلَ عَنْ صَلاَةِ نِصْفِ شَعْبَانَ؟ (الْجَوَابُ) فَأَجَابَ: إذَا صَلَّى اْلإِنْسَانُ لَيْلَةَ النِّصْفِ وَحْدَهُ أَوْ فِيْ جَمَاعَةٍ خَاصَّةٍ كَمَا كَانَ يَفْعَلُ طَوَائِفُ مِنْ السَّلَفِ فَهُوَ أَحْسَنُ. وَأَمَّا اْلاِجْتِمَاعُ فِي الْمَسَاجِدِ عَلَى صَلاَةٍ مُقَدَّرَةٍ. كَاْلاِجْتِمَاعِ عَلَى مِائَةِ رَكْعَةٍ بِقِرَاءَةِ أَلْفٍ: {قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ} دَائِمًا. فَهَذَا بِدْعَةٌ لَمْ يَسْتَحِبَّهَا أَحَدٌ مِنَ اْلأَئِمَّةِ. وَاللهُ أَعْلَمُ.
“Ibnu Taimiyah ditanyai soal shalat pada malam nishfu Sya’ban. Ia menjawab: Apabila seseorang shalat sunah muthlak pada malam nishfu Sya’ban sendirian atau berjamaah, sebagaimana dilakukan oleh segolongan ulama salaf, maka hukumnya adalah baik. Adapun kumpul-kumpul di masjid dengan shalat yang ditentukan, seperti salat seratus raka’at dengan membaca surat al Ikhlash sebanyak seribu kali, maka ini adalah perbuata bid’ah yang sama sekali tidak dianjurkan oleh para ulama”. (Majmú' Fatáwá Ibnu Taymiyyah, II/469)
فيض القدير ج 2 ص 302
(تَنْبِيْهٌ) قَالَ المَجْدُ ابْنُ تَيْمِيَّةَ لَيْلَةُ نِصْفِ شَعْبَانَ رُوِىَ فِى فَضْلِهَا مِنَ اْلأَخْبَارِ وَاْلأثَارِ مَا يَقْتَضِى أنَّهَا مُفَضَّلَةٌ وَمِنَ السَّلَفِ مَنْ خَصَّهَا بِالصَّلاَةِ فِيْهَا
“Ibnu Taimiyah berkata : Dari beberapa hadis dan pandapat para sahabat menunjukkan bahwa malam Nishfu Sya’ban memiliki keutamaan tersendiri. Sebagian ulama Salaf melaksanakan salat sunah secara khusus di malam tersebut”. (Faidl al-Qadír, II/302)
اعانة الطالبين ج 1 ص 271
قَالَ العَلاَّمَةُ الْكُرْدِى وَاخْتَلَفَ اْلعُلَمَاءُ فِيْهَا فَمِنْهُمْ مَنْ قَالَ لَهَا طُرُقٌ إذَا اجْتُمِعَتْ وَصَلَ الْحَدِيْثُ إلَى حَدٍّ يُعْمَلُ بِهِ فِى فَضَائِلِ اْلأَعْمَالِ وَمِنْهُمْ مَنْ حَكَمَ عَلَى حَدِيْثِهَا بِالْوَضْعِ وَمِنْهُمُ النَّوَوِى وَتَبِعَ الشَّارِحُ فِى كُتُبِهِ.
“Syeikh Al Kurdy berkata : Para Ulama berbeda pendapat mengenai hadis-hadis yang berhubungan dengan salat sunah malam Nishfu Sya’ban, diantara para ulama ada yang mengatakan bahwa hadis tersebut (meskipun Dloif) memiliki banyak jalur riwayat, yang secara keseluruhan (akumulasi) hadis tersebut boleh dilaksanakan dalam hal Fadlailul A’mal (naik peringkat menjadi hadis hasan lighairihi). Diantara ulama yang lain menghukuminya sebagai hadis palsu, seperti Imam Nawawi dan Syekh Zainuddin Al Malibary”. (I'ánah al-Thálibín, I/271)

Nisfu Sya'ban, MAN AROFA NAFSAHU

Man Arofa Nafsahu
Membaca Diri

Mari kita bertanya siapa diri kita...
Mari kita merenung untuk apa hidup kita..
Sekian tahun kita..  berpijak di bumi Tuhan..
Memperkosa dan mensiasati bumi seisinya...

Tanpa bertanya bahwa kita adalah khalifahNya..
Tiba tiba binal dan tertawa..
Lupa apa sebenarnya tujuan hidup..
Ataukah kita hanya jelmaan nafsu dan tabiat belaka..
Mengkudeta firman-firman Tuhan dan bercermin rayuan setan..

Bertahun-tahun kita hidup di pesantren..
Selama itu pula apa yang telah kita dapatkan..
Puluhan ilmu kita pelajari..
Sebanyak itu pulakah pengetahuan kita..

Tidak !
Kita belum tahu apa-apa
Kita masih bodoh tak tahu siapa Alloh

Nahwu kita pelajari..
Tapi mengapa tata bicara kita simpang siur..
Balaghoh-mantiq kita pelajari..
Tapi mengapa bicara kita saling menyakitkan..
Fikih kita pelajari..
Tapi mengapa salat kita laksana kucing kebakaran...
Tajwid kita pelajari..
Tapi mengapa bacaan Quran kita tak mengenal rambu-rambu..
Tasawwuf pun kita pelajari..
Tapi mengapa takabbur, hasud, dan ghibah masih menjadi hoby kita..

Inikah diri kita

Kita bodoh..
Sekali bicara berapa banyak hati yang terluka..
Sekali melangkah berapa banyak yang tertindas..

Oh begitukah kita..

Kawan..
mengapa kita tak pernah membaca identitas kita..

#Lutfi Ridho

Kisah Kyai Hamid Pasuruan

Kisah Kyai Hamid Pasuruan
                                  
Ada sebuah kisah, Kyai Hamid Pasuruan pernah disedekahi seorang tamu 100 ribu (mungkin sekarang bernilai 1 jutaan), lalu beliau bilang "alhamdulillah" dan diterima. Tapi menjelang dhuhur beliau lalu masuk ke ndalem beliau lgsg memanggil Suud seorang khodam abdi ndalem dan meminta diambilkan panci dengan diisi sedikit air dan kain lap. Setelah itu beliau menyerahkan uang sedekah tadi kepada Suud dan disuruh memasukkan panci. "Yai, lak teles mangke artone?" (yai ntar basah?) , "Wis talah, diutus yai kok ngunu?" (Sudahlah kamu ini di suruh yai kok gitu) Tanpa pikir panjang Suud lgsg memasukkan uang kertas 1000 rupiahan yang tebal itu ke dlm panci dan langsung basah. "Wis saiki tutupen ambek dibuntel lap" (sekarang tutuplah dengan kain) "Sampun yai" (sudah yai) "Nek ngunu wis selehno nduwur mejo pawon. Mengko bada sholat dhuhur buru bukaen, terus matur yai yo (Kalo gitu, taruh saja di atas meja dapur, nanti selepas sholat dzuhur segera buka dan laporkan ke saya).." Setelah sholat dhuhur, Suud pun bergegas ke dapur lalu membuka bungkusan panci berisi uang tadi. Tapi alangkah terkejutnya Suud krn air berisi uang banyak tadi berbau sangat busuk seperti telur kuwok (busuk) dan uangnya sudah tidak bentuk uang. Lalu bergegaslah Suud menemui Kyai Hamid "Yai .." sambil terbata-bata dan belum selesai ngomong .. "Wis suud, buangen ae isine panci iku. Sing penting weruho, yo ngunu iku rupane duit harom yen dipangan menungso ndek njero awak, ndadekno penyakit lan mudhorot ndunyo akherat" (Sudahlah suud, buang saja isi panci itu, yang penting supaya kamu tahu kalau seperti itulah rupanya uang haram jika dimakan dalam perut, menyebabkan penyakit dan bahaya duni akhirat) "Ya Allah .." "Mamulo, mengko yen wis nyambut gawe goleko barang sing halal yo. Senajan sethithik nanging halal iso ngepenakne awak ndunyo akherat"(maka dari itu nanti kalau kamu sudah bekerja carilah barang yang halal, meskipun sedikit tetapi akan mendatangkan ketenangan dunia akhirat) "Injeh yai .." (Iya yai). Wallahu A’lam. Semoga kita dijauhkan dari harta yang haram dan dilimpahi harta halal yang barokah.amin

SALAM UKHUWAH

Bejo Kancingan Lawang

Jam 8 isuk,      
Kriiiiing..... ☎ telpon nang mejo bioskop 21 muni...!!!!!

*Bejo* : Halloow Cak..... Aku arep takok, bioskop buka jam piro....?
*Penjaga* : Jam siji Cak.
*Bejo* : Iso buka jam songo ta Cak????
*Penjaga* : Gak iso...... Biasane jam siji bukae

Jam 10 telpon muni maneh......

*Bejo* : Halloow..... Jam piro bukae bioskop Cak?????
*Penjaga* : Koen sing nelpon mau ta Cak??? Lak wis takkandani, bukae jam 1.
*Bejo* : Jam 11 iso ta Cak??????
*Penjaga* : Gak iso!!!!.... Bioskope mbahmu tah?!
*Bejo* : Ngenyang sitik ae Cak...... Ga iso jam 12 ae yo......?????
*Penjaga* : _(dongkol atine)_ Sakjane koen ate nonton pilem opo toh?????!!! Ngeyel telpon terus-terusan...
*Bejo* : _(ambek nangis)_ Aku ke kunci  nang njero bioskop iki Cak..... Mambengi pas nonton pilem AADC2 keturon.... Tulungono po'o Cak..... Bukano lawange.... Aku luwee....

Ansor dan Semangat Resolusi Jihad

Ansor dan Semangat Resolusi Jihad

Suatu hari di warung kopi, di daerah Ploso, Jombang, kami terlibat obrolan ringan dengan lelaki berusia udzur. Lelaki itu biasa dipanggil Mbah Jo, entah siapa nama aslinya.

Beliau tiba-tiba bercerita tentang masa perang revolusi. Dalam balutan kulit yg sudah tidak kencang lagi, ternyata ingatannya masih jernih ketika bertutur tentang pertempuran 10 Nopember 1945.
Kebetulan ketika itu kami berlima baru saja selesai memancing di sungai Brantas bersama Mbah Jo.

"Dulu di bulan Oktober 1945, terjadi perdebatan yang sangat sengit menerjemahkan seruan Mbah Hasyim tentang kewajiban berjihad bagi setiap muslim pada jarak masyafatul qosri," begitu Mbah Jo mengawali pembicaraan. Perhatian kami mulai tercuri. Menurut beliau, seruan  ini akhirnya disambut kalangan luas.

Rapat yang dilaksanakan di kantor MWC NU Kecamatan Tembelang yang saat ini di tempati oleh KUA Tembelang itu, juga membahas strategi pertempuran mempertahankan kemerdekaan RI.

Seruan jihad tersebut tersebar cepat di masyarakat. "Kami para pemuda mendengar langsung dari siaran radio RRI Jombang atas perintah jihad Mbah Hasyim Asy'ari." Jelas mantan komandan Brigade Hizbulloh di bawah pimpinan Kyai Wahab Hasbullah itu, sambil menyeruput kopi nya. Seruan ini sebagaimana kita ketahui tersiar melalui radio sebelum seruan perang dari dr. Moestopo, Gubernur Suryo, juga Bung Tomo.

"Trus bagaimana reaksi pemuda-Pemuda saat itu Mbah?", Tak sabar Afif, salah satu peserta obrolan, menyela pembicaraan karena Mbah Jo berkisah agak terbata-bata, karena usia yang tidak bisa lagi muda.
Mbah Jo pun melanjutkan,  "Tersusunlah rundown serangan guna menghalau kedatangan pasukan Sekutu yang akan mendarat di Tanjung Perak Surabaya."

Seakan masih belum puas meneruskan ceritanya, Mbah Jo masih terus bertutur. Menurutnya berita akan datangnya sekutu
disambut dengan semangat yang berkobar di dada. Para santri serta para kyai NU, bahkan sudah siap mengorbankan darah dan nyawanya.

Selain itu peran Mbah Wahab selaku Panglima pertempuran sangat menentukan. Karena beliau terbilang cermat menyusun personil dan strategi, demi menyukseskan sebuah gerakan bersejarah yang terkenal dengan sebutan resolusi jihad. Kesemuanya itu dilakukan demi mempertahankan harga diri Bangsa dan NKRI serta untuk menegakkan  Ahlus Sunnah Wal Jamaah. "Kuwi ngunu jaman biyen le, saiki wis ora ngunu maneh", pungkasnya dengan menghisap Gudang Garam Kretek Merahnya.

Sebagai sayap kepemudaan NU, Ansor seyogyanya mewarisi jiwa patriotisme tersebut. Kini,
Banyak kita jumpai diskusi-diskusi kecil terkait upaya pembebasan Ansor dari penjajahan dalam bentuk lain.

Salah satunya adalah pembebasan organisasi dari ketergantungan pada partai politik, karena hal tersebut dipandang mengganggu kemandirian organisasi. Ketergantungan pada partai mengakibatkan
Ansor bagaikan kerbau dicocok Hidungnya, harus taat dan patuh kepada siapa yang memberi makan.

Memang belum berhasil sepenuhnya, namun harapanya  ada darah perjuangan yang mengalir dari Syuhada-Syuhada dan  Pejuang-Pejuang seperti Mbah Wahab dalam generasi GP.Ansor, sehingga mampu  mengembalikan marwah GP. Ansor sebagai OKP  yang mandiri, merdeka, berdaulat, adil dan makmur berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

M. Lutfi Ridho

M.Ansori, Sang Qori' Nan Merdu

M.Ansori, Sang Qori' Nan Merdu

M Ansori, 24, peserta pelatihan Alquran braille saat qiroah dalam pembukaan di Pesantren Darul Ulum, Rejoso, kemarin (17/5).
 
M Ansori, Tuna Netra yang Mahir Qiroah
Diajari Ngaji Ayah, Tak Mampu Beli Alquran Braille
 
Mata yang buta bukan penghalang untuk membaca Alquran. Banyak tuna netra yang justru mampu membaca Alquran dengan tangan dan hati. Sebagaimana pria satu ini yang mampu qiroah dengan suara merdu walaupun terlahir buta.

Sembari meraba Alquran Braille dengan tangan kanan, suara merdu mengalun memenuhi seisi ruangan.  Lagu bayati dan soba yang dibawakan dengan nada rendah seakan mengetuk hati setiap orang yang mendengarkan. ’’Yang saya baca tadi QS Al-Ahzab ayat 21-22,’’ kata M Ansori, 24, saat ditemui usai qiroah dalam pelatihan Alquran Braille yang digelar persatuan tuna netra (Pertuni) Jombang bekerjasama dengan  Yayasan Makfufin Jakarta di Pesantren Darul Ulum, Rejoso, kemarin (17/5). Pelatihan diadakan hingga Sabtu (21/5)
Pelatihan tersebut diikuti 19 peserta dari Jombang dan Probolinggo. ’’Saya dari Kraksaaan Probolinggo,’’ kata M Ansori.
Dia mengaku buta sejak lahir. ’’Saya belajar membaca Alquran dari bapak mulai usia 12 tahun,’’ ucapnya. Setiap usai maghrib, bapaknya selalu membacakan tiga ayat. Diulangi tiga sampai empat kali. ’’Alhamdulillah saya   bisa langsung hapal,’’ bebernya. Yang pertama diajarkan bapaknya yakni juz 30. Setelah itu Yasin, Waqiah, Ar-Rohman, Lukman, A-Rum dan Al-Ahzab.
’’Untuk menjaga hapalan, saya biasanya mengulang bakda Subuh,’’ ucap cowok yang baru lulus SMP Luar Biasa ini.
Untuk qiroah, dia mengaku belajar saat nyantri di Pesantren Zahrotul Islam Dringgu Probolinggo. ’’Saya mondok selama tiga tahun,’’ bebernya.
Sebelum belajar qiroah, dia diharuskan menghapal  dulu ayat-ayat yang hendak dibaca dengan naghom bayati, soba, sika, nahawan, hijaz, rosta dan lain-lain. Setelah hapal, baru dilatih melagukan. ’’Kalau tidak hapal, sulit bisa melagukan,’’ jelasnya.
Selama ini, Ansori mengaku sering diundang qiroah. Baik itu untuk acara khitanan, pernikahan maupun hajatan yang lain. ’’Alhamdulillah, akhirnya rezeki selalu ada,’’ ungkapnya.
Dia juga beberapa kali tampil dalam MTQ. Pada 2014, dia juara tiga MTQ tuna netra di Malang. Dia tampil di cabang tilawah.
Saat mondok, dia juga sempat juara satu dalam MTQ se-Kecamatan Dringgu, Probolinggo. Kala itu, MTQ diikuti oleh peserta umum.
Selain qiroah, saat ini dia juga aktif sebagai vokalis grup salawat Subbanul Muslimin Pesantren Nurul Qodim Paiton.
Untuk Alquran Braille, dia mengaku baru belajar tiga tahun, sejak 2013. ’’Alquran Braille mahal. Jadi baru bisa punya setelah mengajukan ke Yayasan Roudlotul Makfufin Jakarta,’’ beber cowok yang bercita-cita jadi guru SLB ini.
 Satu set Alquran braile seharga Rp 1,7 juta.  Tiap juz-nya setebal Alquran biasa dengan panjang dan lebar 40 cmx30 cm. Sehingga satu set yang berisi 30 juz bisa memenuhi satu lemari.

(Rojif)

20/05/2016

KEBO BINGUNG

KEBO BINGUNG

Kapan hari paling favorit untuk menikah? Di Jombang, hari itu jatuh pada malam 29 Ramadan.

Di satu kecamatan saja, pada malam itu bisa berlangsung puluhan akad nikah.

"Malam 29 Ramadan tahun 2014, di Tembelang ada 85 pasang yang nikah. Tahun 2015 turun hanya tinggal 65 pasang," kata Kepala KUA Kecamatan Tembelang yang juga aktivis Banser Jombang kota, Moh Lutfi Ridlo, saat ditemui di Kemenag Jombang, (17/5/2016).

Baca link Jaga Anak

Karena penghulu yang bagian menikahkan di Tembelang hanya dua, kemarin dia ngijabkan 33 pasang. "Saya berangkat habis Duhur, tiba kembali di rumah sudah tarhim subuh," jelasnya.

33 berkat piye nggowone Cak? "Yo ora tak gowo. Tak uncalno nang omahe arek2 Banser sing cidek lokasi ngijabno," tuturnya.

Saat pernikahan, biasannya banyak hitungan. Hitung2an ini bisa menyebabkan pernikahan batal. Utamanya bila ketemu selawe.

Atau pas dihitung pakai sandang, pangan, gedong, loro, pati. Ketemu loro atau pati.

Nah, konon, saat malam 29 Ramadan itu, semua hitung2an tadi tidak berlaku.

"Jadi bablas. Ketemu piro ae ora masalah," ucapnya.

Makanya malam itu diarani kebo bingung..

" Kebo wis bingung goblok pisan, kok yo jik di eloki ae.." Begitu pungkasnya

#ayomondok

(Rojif)

JAGA ANAK

JAGA ANAK

Saat tausiah di Kemenag Jombang, Selasa (17/5/2016), aktivis Banser Jombang Kota yang juga Kepala KUA Kecamatan Tembelang, Moh Lutfi Ridlo, cerita bahwa sekarang ini banyak pasangan yang nikah karena hamil duluan.
 
Utamnya mereka yang melakukan hubungan seks kali pertama pada malam tahun baru dan saat Hari Valentine 14 Februari. ’’Makanya setiap Maret dan Mei pasti banyak pasangan yang nikah hamil duluan,’’ tuturnya.
 
Maret karena hasil malam tahun baru. Mei karena hasil valentine. ’’Maret kemarin saja ada 12 yang hamil duluan. Mei ini sudah ada delapan,’’ ucapnya. Itu di Kecamatan Tembelang saja. ’’Pasangan yang nikah hamil duluan itu iso dititeni, mesti pernikahane ora suwi,’’ tambahnya. 
 
Sebagai orang tua, lalu apa yang bisa kita lakukan untuk membentengi anak-anak kita?
 
Pertama, pesene wong Jowo, ojo nyelo, sebab nyelo iku moro. Kalau tahu ada tonggo, konco atau bolo yang hamil duluan, didoakan saja.
 
Kedua, saat ngisi pengajian tafsir Jumat Legi di Masjid Jami Baitul Mukminin,  DR KH Mustain Syafiie, pakar tafsir Alquran Pesantren Tebuireng memberikan tips berdoa agar anak dijaga dari setan.
 
Kiai Mustain menuturkan, begitu Siti Maryam (ibunda Nabi Isa) lahir, sang ibu yang bernama Hanah langsung berdoa. Doa ini diabadikan dalam Alquran Surat Ali Imran ayat 36.
Inni uidzuha bika wazurriyataha minas syaithonir rojim.  (Ya Allah, aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau dari setan yang terkutuk".
 
Efek doa itu, kata Kiai Mustain, sangat luar biasa. Maryam tumbuh menjadi pribadi yang tidak gampang tergoda oleh setan.
 
Sehingga ketika Allah menyuruh jibril  menampakkan diri sebagai pria yang sangat tampan kemudian menemui Maryam di dalam kamarnya, Maryam sama sekali tidak tergoda. Padahal di kamar itu, hanya ada Maryam dan si pria tampan.
 
Apa respon Maryam? Dia justru kaget dan berdoa kepada Allah. Maryam langsung berkata; inni audzu birrohamni minka (Sesungguhnya aku berlindung kepada Allah yang maha pemurah dari engkau wahai pria tampan (QS Maryam;18)
 
’’Makanya sangat bagus jika kita rutin membaca doa yang terdapat dalam QS Ali Imran ayat 36 tersebut untuk anak-anak kita,’’ paparnya. Sehingga anak-anak kita bisa dijaga dari setan. Sebagaimana Maryam dijaga dari setan. Baik itu setan yang tidak tampak. Maupun setan rambut hitam yang tampak.
 
Ketiga, tentu saja anak harus di didik ilmu agama. Makanya harus di sekolahkan di madrasah, dan disuruh ngaji ke TPQ. Atau dimasukkan pondok pesantren.
 
#AyoMondok

(Rojif)

19/05/2016

Peduli Musholla

MUSOLA

Saat ngaji Jumat Legi di Masjid Agung Baitul Mukminin Jombang (24/6/2015), Kiai Mustain Syafiie menuturkan, sekarang ini ada ibadah pengiring puasa yang sering terlupakan yakni i'tikaf.

I'tikaf adalah kontemplasi, perenungan sebagai upaya mengunduh hidayah Allah dalam skala lebih besar.

Juga sarana mengumpulkan energi agar bisa beribadah lebih maksimal dan berkualitas.

"Itikaf bisa dilakukan dimana saja, termasuk di musola atau langgar," jelasnya.

Ini sesuai dengan ayat; : “Dan janganlah kamu mencampuri mereka itu sedangkan kamu beritikaf di dalam masjid.” (Qs. al-Baqarah: 187).

Lafad yang digunakan dalam ayat tersebut adalah masajid alias bentuk jamak atau plural.

"Ini dalam rangka meluaskan cakupan tempat yang dapat digunakan itikaf. Guna memudahkan pelayanan," bebernya.

Definisi masjid sesuai ayat itu adalah tempat atau bangunan khusus yang diperuntukan shalat 5 waktu. Sebagaimana fungsi mushola disini. "Kalau yang dipakai Jumat'an istilahnya ditambahi masjid jami," jelasnya.

Sedangkan mushola yang dimaksud dalam ayat ibrohima musola (QS Albaqarah 125) adalah bagian tertentu dari sebuah bangunan yang difungsikan untuk shalat. Semisal tempat salat di rumah atau di kantor.

Saat Ramadan, musola biasanya dipenuhi jamaah.

Nah, agar jamaah nyaman, musola yang ingin renovasi atau membuat tempat wudlu, bisa mengajukan ke LAZIZNU Jombang..

Besaran bantuan tiap musola Rp 5 juta.

Surat pengajuan bantuan harus ada mengetahui ketua MWCNU setempat..

Informasi lebih lanjut bisa hubungi Ketua Laziznu Jombang, Mas Didin 081332726812
(Rojif)

Silsilah Syech Siti Jenar

SYAIH SITI JENAR

Nama asli Syekh Siti Jenar adalah Sayyid Hasan ’Ali Al-Husaini, dilahirkan di Persia, Iran. Kemudian setelah dewasa mendapat gelar Syaikh Abdul Jalil. Dan ketika datang untuk berdakwah ke Caruban, sebelah tenggara Cirebon. Dia mendapat gelar Syaikh Siti Jenar atau Syaikh Lemah Abang atau Syaikh Lemah Brit.

Syaikh Siti Jenar adalah seorang sayyid atau habib keturunan dari Rasulullah Saw. Nasab lengkapnya adalah Syekh Siti Jenar [Sayyid Hasan ’Ali] bin Sayyid Shalih bin Sayyid ’Isa ’Alawi bin Sayyid Ahmad Syah Jalaluddin bin Sayyid ’Abdullah Khan bin Sayyid Abdul Malik Azmat Khan bin Sayyid 'Alwi 'Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shohib Mirbath bin Sayyid 'Ali Khali Qasam bin Sayyid 'Alwi Shohib Baiti Jubair bin Sayyid Muhammad Maula Ash-Shaouma'ah bin Sayyid 'Alwi al-Mubtakir bin Sayyid 'Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid 'Isa An-Naqib bin Sayyid Muhammad An-Naqib bin Sayyid 'Ali Al-'Uraidhi bin Imam Ja'far Ash-Shadiq bin Imam Muhammad al-Baqir bin Imam 'Ali Zainal 'Abidin bin Imam Husain Asy-Syahid bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah Saw.

Syaikh Siti Jenar lahir sekitar tahun 1404 M di Persia, Iran. Sejak kecil ia berguru kepada ayahnya Sayyid Shalih dibidang Al-Qur’an dan Tafsirnya. Dan Syaikh Siti Jenar kecil berhasil menghafal Al-Qur’an usia 12 tahun.

Kemudian ketika Syaikh Siti Jenar berusia 17 tahun, maka ia bersama ayahnya berdakwah dan berdagang ke Malaka. Tiba di Malaka ayahnya, yaitu Sayyid Shalih, diangkat menjadi Mufti Malaka oleh Kesultanan Malaka dibawah pimpinan Sultan Muhammad Iskandar Syah. Saat itu. KesultananMalaka adalah di bawah komando Khalifah Muhammad 1, Kekhalifahan Turki Utsmani. Akhirnya Syaikh Siti Jenar dan ayahnya bermukim di Malaka.

Kemudian pada tahun 1424 M, Ada perpindahan kekuasaan antara Sultan Muhammad Iskandar Syah kepada Sultan Mudzaffar Syah. Sekaligus pergantian mufti baru dari Sayyid Sholih [ayah Siti Jenar] kepada Syaikh Syamsuddin Ahmad.

Pada akhir tahun 1425 M. Sayyid Shalih beserta anak dan istrinya pindah ke Cirebon. Di Cirebon Sayyid Shalih menemui sepupunya yaitu Sayyid Kahfi bin Sayyid Ahmad.

Posisi Sayyid Kahfi di Cirebon adalah sebagai Mursyid Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyyah dari sanad Utsman bin ’Affan. Sekaligus Penasehat Agama Islam Kesultanan Cirebon. Sayyid Kahfi kemudian mengajarkan ilmu Ma’rifatullah kepada Siti Jenar yang pada waktu itu berusia 20 tahun. Pada saat itu Mursyid Al-Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyah ada 4 orang, yaitu:

1. Maulana Malik Ibrahim, sebagai Mursyid Thariqah al-Mu’tabarah al-Ahadiyyah, dari sanad sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq, untuk wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, dan sekitarnya
2. Sayyid Ahmad Faruqi Sirhindi, dari sanad Sayyidina ’Umar bin Khattab, untuk wilayah Turki, Afrika Selatan, Mesir dan sekitarnya,
3. Sayyid Kahfi, dari sanad Sayyidina Utsman bin ’Affan, untuk wilayah Jawa Barat, Banten, Sumatera, Champa, dan Asia tenggara
4. Sayyid Abu Abdullah Muhammad bin Ali bin Ja’far al-Bilali, dari sanad Imam ’Ali bin Abi Thalib, untuk wilayah Makkah, Madinah, Persia, Iraq, Pakistan, India, Yaman.

Kitab-Kitab yang dipelajari oleh Siti Jenar muda kepada Sayyid Kahfi adalah Kitab Fusus Al-Hikam karya Ibnu ’Arabi, Kitab Insan Kamil karya Abdul Karim al-Jilli, Ihya’ Ulumuddin karya Al-Ghazali, Risalah Qushairiyah karya Imam al-Qushairi, Tafsir Ma’rifatullah karya Ruzbihan Baqli, Kitab At-Thawasin karya Al-Hallaj, Kitab At-Tajalli karya Abu Yazid Al-Busthamiy. Dan Quth al-Qulub karya Abu Thalib al-Makkiy.

Sedangkan dalam ilmu Fiqih Islam, Siti Jenar muda berguru kepada Sunan Ampel selama 8 tahun. Dan belajar ilmu ushuluddin kepada Sunan Gunung Jati selama 2 tahun.

Setelah wafatnya Sayyid Kahfi, Siti Jenar diberi amanat untuk menggantikannya sebagai Mursyid Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyyah dengan sanad Utsman bin ’Affan. Di antara murid-murid Syaikh Siti Jenar adalah: Muhammad Abdullah Burhanpuri, Ali Fansuri, Hamzah Fansuri, Syamsuddin Pasai, Abdul Ra’uf Sinkiliy, dan lain-lain.

KESALAHAN SEJARAH TENTANG SYAIKH SITI JENAR YANG MENJADI FITNAH adalah:

1. Menganggap bahwa Syaikh Siti Jenar berasal dari cacing. Sejarah ini bertentangan dengan akal sehat manusia dan Syari’at Islam. Tidak ada bukti referensi yang kuat bahwa Syaikh Siti Jenar berasal dari cacing. Ini adalah sejarah bohong. Dalam sebuah naskah klasik, Serat Candhakipun Riwayat jati ; Alih aksara; Perpustakaan Daerah Propinsi Jawa Tengah, 2002, hlm. 1, cerita yg masih sangat populer tersebut dibantah secara tegas, “Wondene kacariyos yen Lemahbang punika asal saking cacing, punika ded, sajatosipun inggih pancen manungsa darah alit kemawon, griya ing dhusun Lemahbang.” [Adapun diceritakan kalau Lemahbang (Syekh Siti Jenar) itu berasal dari cacing, itu salah. Sebenarnya ia memang manusia yang akrab dengan rakyat jelata, bertempat tinggal di desa Lemah Abang]….

2. “Ajaran Manunggaling Kawulo Gusti” yang diidentikkan kepada Syaikh Siti Jenar oleh beberapa penulis sejarah Syaikh Siti Jenar adalah bohong, tidak berdasar alias ngawur. Istilah itu berasal dari Kitab-kitab Primbon Jawa. Padahal dalam Suluk Syaikh Siti Jenar, beliau menggunakan kalimat “Fana’ wal Baqa’. Fana’ Wal Baqa’ sangat berbeda penafsirannya dengan Manunggaling Kawulo Gusti. Istilah Fana’ Wal Baqa’ merupakan ajaran tauhid, yang merujuk pada Firman Allah: ”Kullu syai’in Haalikun Illa Wajhahu”, artinya “Segala sesuatu itu akan rusak dan binasa kecuali Dzat Allah”. Syaikh Siti Jenar adalah penganut ajaran Tauhid Sejati, Tauhid Fana’ wal Baqa’, Tauhid Qur’ani dan Tauhid Syar’iy.

3. Dalam beberapa buku diceritakan bahwa Syaikh Siti Jenar meninggalkan Sholat, Puasa Ramadhan, Sholat Jum’at, Haji dsb. Syaikh Burhanpuri dalam Risalah Burhanpuri halaman 19 membantahnya, ia berkata, “Saya berguru kepada Syaikh Siti Jenar selama 9 tahun, saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, bahwa dia adalah pengamal Syari’at Islam Sejati, bahkan sholat sunnah yang dilakukan Syaikh Siti Jenar adalah lebih banyak dari pada manusia biasa. Tidak pernah bibirnya berhenti berdzikir “Allah..Allah..Allah” dan membaca Shalawat nabi, tidak pernah ia putus puasa Daud, Senin-Kamis, puasa Yaumul Bidh, dan tidak pernah saya melihat dia meninggalkan sholat Jum’at”.

4. Beberapa penulis telah menulis bahwa kematian Syaikh Siti Jenar, dibunuh oleh Wali Songo, dan mayatnya berubah menjadi anjing. Bantahan saya: “Ini suatu penghinaan kepada seorang Waliyullah, seorang cucu Rasulullah. Sungguh amat keji dan biadab, seseorang yang menyebut Syaikh Siti Jenar lahir dari cacing dan meninggal jadi anjing. Jika ada penulis menuliskan seperti itu. Berarti dia tidak bisa berfikir jernih. Dalam teori Antropologi atau Biologi Quantum sekalipun.Manusia lahir dari manusia dan akan wafat sebagai manusia. Maka saya meluruskan riwayat ini berdasarkan riwayat para habaib, ulama’, kyai dan ajengan yang terpercaya kewara’annya. Mereka berkata bahwa Syaikh Siti Jenar meninggal dalam kondisi sedang bersujud di Pengimaman Masjid Agung Cirebon. Setelah sholat Tahajjud. Dan para santri baru mengetahuinya saat akan melaksanakan sholat shubuh.“

5. Cerita bahwa Syaikh Siti Jenar dibunuh oleh Sembilan Wali adalah bohong. Tidak memiliki literatur primer. Cerita itu hanyalah cerita fiktif yang ditambah-tambahi, agar kelihatan dahsyat, dan laku bila dijadikan film atau sinetron. Bantahan saya: “Wali Songo adalah penegak Syari’at Islam di tanah Jawa. Padahal dalam Maqaashidus syarii’ah diajarkan bahwa Islam itu memelihara kehidupan [Hifzhun Nasal wal Hayaah]. Tidak boleh membunuh seorang jiwa yang mukmin yang di dalam hatinya ada Iman kepada Allah. Tidaklah mungkin 9 waliyullah yang suci dari keturunan Nabi Muhammad akan membunuh waliyullah dari keturunan yang sama. Tidak bisa diterima akal sehat.”

Penghancuran sejarah ini, menurut ahli Sejarah Islam Indonesia (Azyumardi Azra) adalah ulah Penjajah Belanda, untuk memecah belah umat Islam agar selalu bertikai antara Sunni dengan Syi’ah, antara Ulama’ Syari’at dengan Ulama’ Hakikat. Bahkan Penjajah Belanda telah mengklasifikasikan umat Islam Indonesia dengan Politik Devide et Empera [Politik Pecah Belah] dengan 3 kelas:
1) Kelas Santri [diidentikkan dengan 9 Wali]
2) Kelas Priyayi [diidentikkan dengan Raden Fattah, Sultan Demak]
3) Kelas Abangan [diidentikkan dengan Syaikh Siti Jenar]

Wahai kaum muslimin melihat fenomena seperti ini, maka kita harus waspada terhadap upaya para kolonialist, imprealis, zionis, freemasonry yang berkedok orientalis terhadap penulisan sejarah Islam. Hati-hati jangan mau kita diadu dengan sesama umat Islam. Jangan mau umat Islam ini pecah. Ulama’nya pecah. Mari kita bersatu dalam naungan Islam untuk kejayaan Islam dan umat Islam

Wallahu a'lam bish-shawab

Kunci Keberhasilan Dakwah Wali Sepuluh Menurut Syekh Abul Fadhol Senori Tuban"

"Kunci Keberhasilan Dakwah Wali Sepuluh Menurut Syekh Abul Fadhol Senori Tuban"

Syekh Abul Fadhol Senori Tuban, salah seorang ulama yang sangat dihormati di zamannya, guru para kyai besar di Nusantara, pernah menulis tentang hikayat wali 10 (Wali Songo + Syekh Siti Jenar) berjudul "Ahla Musamarah fi Hikayat Auliya' 'Asyrah". Dalam kitab tersebut, Syekh Abul Fadhol menyoroti bahwa faktor utama keberhasilan dakwah wali 10 dalam mengislamkan masyarakat Nusantara yang kala itu mayoritas beragama Hindu/Budha adalah karena: (1) Mereka berdakwah dengan akhlak mulia yang penuh akan kebijaksanaan (hikmah), (2) Mereka menggunakan tutur kata yang baik nan indah (mau’idzah hasanah), (3) Mereka berkenan untuk dengan berdialog dengan penuh kesantunan (mujadalah bil-lati hiya ahsan).

Adapun langkah-langkah riil Wali 10 dalam menyebarkan Islam di bumi Nusantara adalah sebagai berikut:
1. Dakwah melalui pendidikan. Dakwah melalui pendidikan dilakukan para wali 10 untuk menyebarkan ajaran agama Islam, dengan cara mendirikan pesantren, mengadakan pengajian dan ceramah keagamaan dan lain sebagainya. Dakwah pendidikan Islam yang dijalankan oleh para wali 10 didasarkan kepada tiga pokok agama Islam, yaitu: Syari’at, Thariqat, dan Hakekat, sebagaimana yang telah dicontohkan antara lain oleh Maulana Malik Ibrahim, Raden Rahmat atau Sunan Ampel, Maulana Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati dan lain sebagainya.

2. Dakwah melalui kaderisasi. Dakwah melalui kaderisasi dilakukan oleh para wali 10 dengan tujuan untuk menghasilkan generasi penerus yang konsisten menjalankan syariat, riyadhah, dan menjauhi segala kemungkaran, sehingga mereka mampu menjadi pemimpin umat yang mengayomi sekaligus disegani oleh masyarakatnya. Dengan begitu, mereka akan mampu mengajak masyarakatnya untuk memeluk agama Islam. Dakwah Islam Nusantara melalui kaderisasi ini dilakukan oleh para wali 10 dan ulama setelahnya, sebagaimana yang dilakukan oleh Sunan Ampel dan Pamannya yakni Maulana Ishaq dalam mendidik serta mengkader anak-anak dan murid-muridnya supaya mampu menjadi pemimpin umat.

3. Dakwah melalui kesantunan bersikap dan bertutur kata. Melalui kesantunan sikap dan tutur kata, para wali 10 hendak mengenalkan kepada masyarakat bahwa agama Islam adalah agama yang ramah dan santun. Oleh karena masyarakat Nusantara berikut nenek moyangnya memiliki watak dasar ramah dan santun, maka ajaran Islam yang dibawa oleh wali 10 tersebut secara cepat diterima oleh masyarakat. Dengan kesantunan dalam berdakwah, masyarakat sepenuh hati menyatakan Islam kepada para wali songo tanpa ada paksaan apalagi kekerasan.

4. Dakwah melalui jaringan. Dalam berdakwah, wali 10 membangun jejaring dakwah yang kokoh, sistematis, dan terorganisir. Jaringan kyai-santri terbangun sedemikian kuat, sehingga ketika ada sebuah fatwa mengenai sebuah persoalan yang dikeluarkan oleh para wali, maka para santri-santrinya yang tersebar di seantero Nusantara akan sigap dan tanggap dalam mematuhi fatwa kyai-kyainya. Jejaring dakwah kyai-santri yang dibangun oleh para wali berabad-abad lalu ini begitu kokoh, dan hingga sekarang keberadaannya masih bisa dirasakan dan masih setia dalam mengawal peradaban Islam Nusantara dan menjaga Kesatuan Negara Republik Indonesia.

5. Dakwah melalui budaya. Dakwah melalui budaya merupakan salah satu langkah dakwah wali 10 yang berhasil mengajak masyarakat Nusantara berbondong-bondong memeluk Islam. Penggunaan wayang dan sastra Jawa sebagai sarana dakwah, pembangunan masjid sesuai dengan arsitektur bangunan Nusantara, dan penerimaan terhadap budaya lokal lain yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam merupakan contoh daripada bentuk dakwah riil para wali melalui budaya.

6. Dakwah melalui politik. Tujuan daripada langkah dakwah wali 10 melalui politik adalah untuk menjunjung tinggi kalimat Allah (I’laa’ Kalimatillah) dan mensyiarkan ajaran agama Islam. Para wali dan para ulama Nusantara terdahulu faham betul bahwa politik dan kekuasaan sangat berpengaruh terhadap agama rakyat kecil, sehingga ketika seorang raja memeluk agama Islam, maka besar kemungkinan rakyatnya dengan mudah akan mengikutinya. Oleh karenanya, pemimpin ideal bagi umat Islam, selain harus memiliki ilmu para ulama (Ilmu al-‘Ulama) dan kebijaksanaan para bijak bestari (Hikmat al-Hukama’), juga harus memahami dunia perpolitikan kerajaan berserta tipu muslihatnya (Siyasat al-Muluk) supaya mereka tidak mudah ditipu oleh musuh-musuhnya.

Kepada Wali Songo, Syekh Siti Jenar, dan Syekh Abul Fadhol, mari kita haturkan Surat Al-Fatihah... Lahumul Fatihah..

Bahan bacaan: Syekh Abul Fadhol Senori, Ahla Musamarah fi Hikayat Auliya' 'Asyrah.

EPISTEME

 
EPISTEME
 
Saat ngaji dalam rangka 40 harinya Nyai Hj Fatimah Soleh (ibunda Gus Irfan Soleh, ketua yayasan Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas), Kamis (12/5/2016), KH Marzuki Mustamar menuturkan bahwa dalam kajian filsafat ada sejumlah istilah.
 
Diantaranya ontologi. Yakni wilayah material yang dibahas.
Kedua, epistemology. Yakni wilayah metodologi atau sistematika dalam menjangkau  material tersebut.
Ketiga, aksiologi. Yakni wilayah kegunaan atau aplikasi dari material tersebut.
 
Salah epistemology, bisa menyebabkan salah pemahaman. Hingga berujung kesalahan langkah/aksi.

’’Untuk mempelajari agama, secara epistemology, yang paling pas adalah belajar ke pesantren,’’ kata Kiai Marzuki.
 
Belajar agama yang paling tepat, kata Kiai Marzuki, adalah belajar kepada Nabi Muhammad SAW.
Nabi Muhammad belajar kepada Jibril dengan berhadap-hadapan. Ketemu langsung.

Kenapa harus ketemu langsung berhadapan? "Ngunekno shod kudu karo mecucu. Lek gak ketemu langsung opo ngerti mecucune sak piro?"
 
Sebelum wafat, Nabi mengajarkan ilmu agamanya kepada para sahabat. Juga dengan ketemu langsung. Makanya belajar kepada sahabat, sama dengan belajar kepada Nabi.
 
Para sahabat sebelum wafat, mengajarkan ilmu agamanya kepada para tabiin. Juga dengan ketemu langsung. Belajar kepada tabiin, sama dengan belajar kepada sahabat dan Nabi.
 
Sebelum tabiin wafat, mereka mengajarkan ilmunya kepada tabiit tabiin. Juga dengan ketemu langsung. Sampai akhirnya ilmu itu sampai kepada para kiai pesantren.

’’Jadi belajar ilmu agama kepada para kiai, sama dengan belajar kepada Nabi. Sebab cara mempelajari agama yang dipraktekkan di pesantren itu, sama dengan yang dilakukan Nabi. Isi ajaran agama yang diulangno kiai, juga sama seperti yg diajarkan Nabi,’’ tuturnya.
 
Makanya Nabi dawuh, siapa yang memuliakan ulama, sama dengan memuliakan Nabi. Dan siapa memuliakan Nabi, maka akan dimuliakan Allah. Siapa dimuliakan Allah, akan masuk surga.
 
’’ Makanya kalau ingin agamanya selamet, masukkan anak ke pesantren,’’ ucapnya.
 
Sekarang ini, lanjut Kiai Marzuki, banyak pemahaman yang salah kaprah. ’’Sampean lihat di internet, banyak fatwa-fatwa yang tidak sesuai. Kenapa? Ya karena belajarnya tidak ke pesantren,’’ ucapnya.
 
Beliau lantas memberikan sembilan contoh.

1.
Ada kelompok yang mengatakan bahwa kotoran babi tidak najis. Kotoran hewan tidak najis. Dasar mereka, saat Nabi sujud di Kakbah, pernah dilempari kotoran oleh Abu Jahal. Tapi Nabi terus saja sujud. Tidak membatalkan sujudnya. Itu kan berarti kotoran tidak najis?

Menanggapi itu, Kiai Marzuki menuturkan, bahwa peristiwa itu tak bisa dijadikan dasar hukum. ’’Itu peristiwa saat Nabi masih di Makkah. Ayatul ahkam dan hadisul ahkam, itu setelah di Madinah.   Ayat-ayat dan hadits-hadist yang bisa dijadikan hukum, itu yang di Madinah,’’  paparnya.
 
Di Kitab Bukhori, kata Kiai Marzuki, ada hadist bahwa suatu ketika Nabi buang hajat. Lalu minta sahabat mengambilkan tiga batu. Kemudian diambilkan dua batu dan satu kotoran kering. Nabi hanya mau memakai yang dua batu. ’’Ini salah satu yang dijadikan dasar oleh para ulama kita bahwa kotoran itu najis. Kering saja najis. Apalagi basah’’ ucapnya.
Bersambung----

#AyoMondok
(Rojif)