30/03/2016

Demokrasi Tahlilan dan Demokrasi Pancasila

Jikalau kita ingin melihat pelaksanaan Pancasila yang benar dan tepat maka lihatlah orang tahlilan. Inilah filosofi Pancasila yang berada di Tahlilan ala NU. Satu, orang tahlil itu pasti baca surat Al-Ikhlas yang berbunyi Qulhu Allahu ahad Allahus shomad. Itulah KETUHANAN YANG MAHA ESA dan di dalam tahlil pasti baca itu. Yang artinya Tuhan itu satu.
Kedua, orang tahlil di lingkungan NU itu, siapa pun boleh datang dan ikut, tidak ada seleksi, tidak ada pertanyaan, "kamu bisa tahlil enggak? Kalau enggak bisa, disuruh keluar. Di NU tidak seperti itu,”. Bahkan nonmuslim pun boleh masuk dan orang yang membid'ah-bid'ahkan tahlil pun dipersilakan ikut, kalau mau. Tidak ada yang dibeda-bedakan. Itulah KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB
Dan kalau dilihat di kampung-kampung, orang tahlil itu duduknya bersila semua. Tidak dibedakan duduknya seorang pejabat, kiai, santri dan orang biasa. Semuanya sila, rata. Itulah PERSATUAN INDONESIA terdapat dalam sila ke tiga pancasila. Duduknya sila semua.
Setelah itu, menjelang dimulai, di sanalah mereka mencari pemimpin, mereka saling tuding menuding. Satunya bilang jenengan saja yang mimpin dan yang lainnya juga bilang jenengan yang lebih pantas,”
Di sanalah terjadi musyawarah kecil-kecilan mencari seorang pemimpin tahlil. Setelah kepilih satu yang memimpin tahlil. Itulah KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN/PERWAKILAN
Setelah tahlil selesai, berkat nya keluar. Semuanya mendapatkan berkat yang sama tanpa ada berbedaan baik tampilan dan isinya semuanya sama. KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA .

29/03/2016

Pengetahuan Dasar Paralegal

Pengetahuan Dasar Tentang Paralegal

Istilah PARALEGAL ditujukan kepada seseorang yang bukan advokat namun memiliki pengetahuan dibidang hukum, baik hukum materiil maupun hukum acara dengan pengawasan advokat atau prganisasi bantuan hukum yang berperan membantu masyarakat pencari keadilan. Paralegal ini bisa bekerja sendir di dalam komunitasnya atau bekerja untuk organisasi bantuan hukum atau firma hukum.

Karena sifatnya membantu penanganan kasus atau perkara, maka paralegal sering juga disebut dengan asisten hukum. dalam praktik sehari-hari, peran paralegal sangat penting untuk menjadi jembatan bagi masyarakat pencari keadilan dengan advokat dan aparat penegak hukum lainnya untuk penyelesaian masalah hukum yang dialami individu maupun kelompok masyarakat.

Paralegal adalah seorang yang bukan sarjana hukum tetapi mempunyai pengetahuan, keterampilan dan pemahaman dasar tentang hukum dan hak asasi manusia yang mendayagunakan pengetahuannya itu untuk memfasilitasi ikhtiar perwujudan hak-hak asasi masyarakat miskin/komunitasnya.Kegiatan paralegal pada satu sisi bergerak di dalam hubungan-hubungan hukum sebagai fungsi yang menjembatani komunitas yang mengalami ketidakadilan atau pelanggaran HAM dengan sistem hukum yang berlaku, sementara pada sisi lain bergerak di dalam hubungan-hubungan sosial dalam fungsi-fungsi mediasi, advokasi dan pedampingan masyarakat.

LINGKUP KERJA

Dalam konteks pemberian bantuan hukum, paralegal menjalankan peran-peran sebagai berikut:

Memfasilitasi dan memotifasi masyarakat untuk mengorganisir dirinya dalam menghadapi masalah-masalah mereka,       disamping membantu mereka untuk membentuk organisasi mereka sendiri,
Melakukan analisi sosial, yang dimaksudkan untuk membantu paralegal dan masayarakt agar memahami sifat struktural dari perkara sehingga dapat menemukan bagaimana jalan pemecahan terhadap persoalan-persoalan.
Membimbing, melakukan mediasi (perantara), yaitu memberikan bimbingan dan nasehat hukum serta melakukan mediasi dalam perselisihan yang timbul diantara anggota masyarakat,
Jaringan kerja, yaitu menjalin hubungan kerja dengan organisasi-organisasi da kelompok lain serta individu-individu (wartawan, peneliti, dll) guna mendapatkan dukungan terhadap masalah-masalah yang dihadapi masyarakat.

Advokasi, yaitu melakukan advokasi sengan mengangkat persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat kepermukaan, sehingga diperhatikan oleh para pembuat keputusan dan dapat mempengaruhi keputusan mereka. Dalam hal tertentu yang dimungkinkan oleh hukum dan peraturan yang berlaku. paralegal dapat mewakili, mendampingi dan/atau memberikan bantuan hukum pada masyarakat atau perseorangan dalam penyelesaian kasus dihadapan pemerintah, pengadilan atau forum-forum peradilan lainnya.
Mendidik dan melakukan penyadaran, yaitu meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai hak-hak mereka, memberikan informasi tentang hukum-hukum tertentu yang dapat melindungi mereka, memberikan informasi megenai program pengembangan dan kesejahteraan masyarakat yang dilaksanakan pemerintah dan bagaimana cara untuk berpartisipasi dalam melaksanakan program-program tersebut,

Peran, Tugas dan Ketrampilan Paralegal

Peran dan Tugas utama paralegal adalah :
Mengupayakan peningkatan kemampuan masyarakat – terutama masyarakat miskin - dalam mengupayakan keadilan dalam posisi yang setara dengan kekuasaan di tingkat lokal

Hal tersebut dapat dijabarkan melalui Peran sebagai :
• Pendidik dan motivator masyarakat dalam meningkatkan perilaku sadar hukum melalui kegiatan promosi, sosialisasi dan pelatihan
• Kader Pro Justice (keadilan) – Kader Bantuan Hukum melalui pendampingan masyarakat dalam mengupayakan keadilan
• Organisator yang menerapkan prinsip-prinsip pengembangan kelembagaan Posko Bantuan Hukum Berbasis Masyarakat yang mandiri dan berkelanjutan.

Ketrampilan umum yang diperlukan
• Memahami logika hukum
• Aplikasi pilihan beragam bentuk pilihan penyelesaian sengketa melalui proses litigasi maupun non litigasi
• Tehnik-tehnik fasilitasi sosialisasi dan promosi kegiatan sadar hukum
• Tehnik pengelolaan Posko bantuan hukum sebagai organisme masyarakat yang mendiri dan beBHMnjut
• Tehnik mengelola dan memanfaatkan jejaring

Tugas Paralegal
• Melaksanakan program-program pendidikan sehingga kelompok masyarakat yang dirugikan (disadvantaged people) menyadari hak-haknya ;
• Memfasilitasi terbentuknya organisasi rakyat sehingga mereka bisa menuntut dan memperjuangkan hak-hak mereka ;
• Melakukan penyelidikan awal terhadap kasus – kasus yang terjadi sebelum ditangani pengacara dan memberikan pertimbangan alternatif pilihan penyelesaian perkara
• Membantu masyarakat dalam membuat pernyataan-pernyataan (gugatan/pembelaan), mengumpulkan bukti-bukti yang dibutuhkan dan informasi lain yang relevan dengan kasus yang dihadapi.
• Mengelola Posko Bantuan Hukum secara mandiri dan berlanjut
• Melakukan tugas administratif menyangkut pendokumentasian kasus perkembangan posko, dsb

Sikap yang harus dibangun paralegal
• Keterpanggilan dan kemauan yang didasari rasa ingin tahu
• Percaya diri namun rendah hati
• Berani namun tenang dan hati-hati
• Proaktif, bersemangat namun kritis dan reflektif
• Kreatif yang diimbangi dengan evaluasi diri dan empati
• Menghargai prestasi diri ( kepuasan batin ) dan orang lain
• Terus berupaya untuk belajar
• Dan seluruhnya dilakukan dengan dedikasi serta tanggung jawab

Sumber Belajar
• Memahami Undang-undang dan peraturan
• Banyak membaca, berbagi pengalaman
• Mencermati proses persidangan
• Memanfaatkan kontak dan jejaring
• Berinteraksi dengan sumber-sumber pendampingan semisal sesama paralegal dan fasilitator
• Mengikuti beragam pelatihan yang relevan

( Maghfuri Ridlwan)

NU lah Pemilik Warga terbanyak didunia

Hidup NU

Dari Denny Siregar
--------------------☆

EMAK LU ROBOT...

Apa yang sulit bagi Nahdlatul Ulama sekarang ini dalam menguasai NKRI ?

Hampir tidak ada. Dengan umat yang diperkirakan berjumlah 50 juta orang ( bahkan ada yang mengatakan 80 juta ), NU bisa melakukan apa saja, termasuk makar.

Dalam bidang ekonomi, NU sangat mungkin merebut "pasar" MUI dalam mengeluarkan fatwa halal dan haram. MUI hanyalah sebuah organisasi saja, dan jika dibandingkan dengan organisasi NU bagaikan bumi dan langit.

Tetapi NU tidak melakukan itu. Mereka tidak mencari uang dengan cara2 seperti itu, padahal ketika mereka membentuk badan fatwa sertifikasi halal banyak yang akan beralih ke NU. Siapa yang melarang emangnya ? NU bisa saja berdalih bahwa ini khusus untuk umatnya. Dan ketika NU mau melakukan itu, habis sudah pendapatan MUI yang terbesar dan kering kerontanglah mereka spt unta kehausan di padang.

NU juga bisa saja membuat fatwa2 bahwa aliran A sesat, aliran B menyimpang dsb-nya. Dan berkillah lagi, ini untuk warga NU saja. Lalu siapa yg bisa melarang ? NU tidak begitu. Mereka membiarkan semua berjalan apa adanya, tidak takut akidah umatnya tergerus apalagi cuma dengan mie instan. Malah kalau ada non muslim yang membagi2kan mie instan, mereka akan dengan senang hati datang. Kapan lagi dapat gratisan ?

NU sebagai pembela NKRI, bisa saja membenturkan dirinya dengan HTI, Majeliss Mujahidin dan organisasi2 Islam gurem lainnya yang menguasai khilafah. GP Ansor dan Banser punya kemampuan untuk itu. Tapi untuk apa ? NU tetap berjalan pada koridor hukum dan undang2. Mereka melawan dengan cara yang sangat soft dan smart, membuat Islam Nusantara sebagai tandingan dari Islam Radikal yang diusung para pecinta khilafah.

Siapa yang bisa menjaga gereja2 dan perayaan hari besar umat non muslim, selain NU ? Tanpa ada NU, mungkin sudah banyak bom berletusan yang menjadikan gesekan besar antar umat beragama. Kita bisa seperti Suriah, Afghanistan dan Irak. Bahkan salah seorang anggotanya syahid ketika melindungi sebuah gereja dari bom.

NU-lah pelopor gerakan pluralisme dengan berdakwah, menunjukkan wajah Islam yang penuh rahmat di gereja2. Tidak ada rasa takut bahwa automurtad seperti propaganda bodoh yg terus dilancarkan. NU pula-lah yang menjaga budaya asli Islam Indonesia sehingga tidak terkontaminasi budaya arab.

Begitu kuat dan tenangnya NU bergerak, sehingga langkahnya terasa tidak terdengar. NU seperti singa yang tidak perlu mengaum, ketika dirasa tidak ada bahaya. Beda dengan anjing yang selalu menggonggong bahkan ketika orang sekedar lewat saja.

Karena itu temanku, kalau mau melihat bagaimana Islam di Indonesia, lihatlah NU ( dan Muhammadiyah ). Masih selamatnya kita di Indonesia ini tidak lepas dari besarnya peran mereka menjaga kita tetap utuh.

Jangan lihat yang organisasi2 gurem itu. Mereka harus teriak keras2 supaya diperhatikan NU.

Mereka berteriak, "kami umat Islam.." padahal mereka kecil saja. Mereka teriak, "kami mayoritas.." NU ketawa saja. Elu ? Mayoritas ? Emak lu robot...

Sayang, NU ga tertarik dengan teriakan2 minta perhatian  mereka. Bahkan cenderung menyindir2 kebodohan mereka dalam beragama dengan gaya yang masih santun, sarungan, kopiahan dan cangkrukan sambil ngudut dan ngopi.

Mari kita angkat secangkir kopi untuk NU. Mereka layak mendapatkan itu.

25/03/2016

Silsilah PBNU

SANAD dan SILSILAH NU (NAHDLATUL ULAMA)
SANAD-SILSILAH NU (NAHDLATUL ULAMA) SAMPAI NABI ADAM AS.

1. Prof. DR. KH. Said Aqil Siradj.
2. KH. Hasyim Muzadi.
3. KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
4. KH.Wahid Hasyim.
5. Hadhratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari.
6. Syaikh Mahfudz at-Termasi.
7. Syaikh Nawawi al-Bantani.
8. Sayyid Ahmad Zaini Dahlan.
9. Imam Ahmad ad-Dasuqi.
10. Imam Ibrahim al-Baijuri.
11. Imam Abdullah as-Sanusi.
12. Imam ‘Abduddin al-‘Iji.
13. Imam Muhammad bin Umar Fakhrurrazi.
14. Imam Abdul Karim asy-Syahrastani.
15. Hujjatul Islam Abu Hamid Muhammad al-Ghozali.
16. Imam Abdul Malik al-Haramain al-Juwaini.
17. Imam Abubakar al-Baqillani.
18. Imam Abdullah al-Bahili.
19. Imam Abu al-Hasan Ali al-Asy’ari.
20. Abu Ali al-Juba’i.
21. Abu Hasyim al-Juba’i.
22. Abu al-Hudzail al-‘Allaf.
23. Ibrahim an-Nadzdzam.
24. Amr bin Ubaid.
25. Washil bin Atha’.
26. Sayyidina Muhammad bin Ali bin Abi Thalib.
27. Sayyidina Ali bin Abi Thalib Kw.
28. Sayyidina Rasulullah Muhammad Saw.
29. Malaikat Jibril As.
30. Allah Swt.

Nabi Muhammad Saw.
29. bin Syaikh Abdullah.
30. bin Abdul Muthalib (Syaibah).
31. bin Hasyim (Amr).
32. bin Abdu Manaf (al-Mughirah).
33. bin Qushay (Zaid).
34. bin Kilab.
35. bin Murrah.
36. bin Ka’ab.
37. bin Luaiy.
38. bin Ghalib.
39. bin Fihr (Quraisy).
40. bin Malik.
41. bin Nadhr (Qais).
42. bin Kinanah.
43. bin Khuzaimah.
44. bin Mudrikah (Amir).
45. bin Ilyas.
46. bin Mudhar.
47. bin Nizar.
48. bin Ma’ad.
49. bin ‘Adnan.
50. bin ‘Ad.
51. bin Udad.
52. bin Hamaisa’.
53. bin Salaman.
54. bin Banat.
55. bin Haml.
56. bin Qidrah.
57. bin Isma’il.
58. bin Ibrahim.
59. bin Târakh.
60. bin Nakhur.
61. bin Syarukh.
62. bin Arghu.
63. bin Falikh.
64. bin Abir.
65. bin Syalikh.
66. bin Arfakhsyad.
67. bin Sam.
68. bin Nuh.
69. bin Lamak.
70. bin Matusyalikh.
71. bin Akhnukh.
72. bin Idris.
73. bin Ilyarid.
74. bin Mihlayil.
75. bin Qinan.
76. bin Anusy.
77. bin Syits.
78. bin Adam As.

PBNU sudah menerbitkan dalam bentuk poster sanad-silsilah keilmuan ilmiah dari Hadhratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari sampai Rasulullah Saw. yang telah ditash-hih oleh Rais ‘Am Nahdlatul Ulama KH. Sahal Mahfudz. Silakan pesan langsung di kantor PBNU pusat Jakarta seharga Rp. 20.000.

Dikutip dari ceramah Ketua Umum PBNU Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, M.A. dalam acara Haul KH. Mahfudz Hasbullah ke-29 PP Al-Huda Jetis-Kebumen tanggal 06 Januari 2014.
Silakan simak di: http://www.youtube.com/watch?v=btmKLKbrZC4

Nb.: Ini baru satu jalur saja. Coba bayangkan jika kesemua kyai NU dari berbagai cabang keilmuannya dicatatkan sanad-silsilahnya tentu akan menjadi satu kitab yang sangat tebal

23/03/2016

Mbah Hamid SANG PENCIPTA KALIMAT PENUTUP PIDATO "


KH. AHMAD ABDUL HAMID KENDAL : SEJARAH DAN PENCIPTA KALIMAT PENUTUP  PIDATO "BILLAAHI TAUFIQ WAL HUDAYAH" dan  "WALLAAHUL MUWAFFIQ ILAA AQWAMITH THARIQ"

Saat menghadiri peringatan hari lahir (Harlah) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ke-46, Gus Dur diminta untuk memberikan sambutan oleh panitia.

Setelah berbicara panjang lebar, dan hendak menutup pidatonya, Gus Dur tanpa disadari akan mengucapkan kalimat "wabillahi taufiq wal hidayah", tapi tiba2 dia diam sejenak....

"Saya kok mau salah menyampaikan salam penutup, harusnya kan yg khas NU," ujarnya.

"Dulu ulama2 NU, sepakat menggunakan
wabillahi taufiq wal hidayah untuk ucapan penutup dan Nahdliyiin wajib mengikuti. Tapi setelah musim kampanye pemilu tahun 70-an, Golkar memakai ucapan itu untuk menutup setiap pidato kampanyenya." Tutur cucu pendiri NU ini.

Gus Dur kemudian menjelaskan tentang sejarah singkat kalimat penutup pidato khas warga NU yg masih digunakan sampai saat ini.

"Jadi Golkar minjem ‘ wabillahi taufiq wal hidayah’ dari NU dan belum dikembalikan hingga saat ini," lanjutnya, diikuti gelak tawa hadiri..

Sejarah dan Pencipta

Kalimat penutup pidato dan surat-menyurat khas warga NU sebelum salam penutupan. Arti harfiahnya: “Allah adalah Dzat yg memberi petunjuk ke jalan yg selurus2nya.” Istilah ini diciptakan oleh KH Ahmad Abdul Hamid dari Kendal, Jawa Tengah.

Sebelum menciptakan kalimat Wallahul muwaffiq ila aqwamit-tharieq, Kiai Ahmad telah menciptakan istilah Billahit taufiq wal-hidayah. Namun karena Billahit taufiq wal hidayah kemudian digunakan oleh hampir semua kalangan umat Islam, maka ia merasa kekhasan untuk orang NU tidak ada lagi.

Untuk itu ia menciptakan istilah baru, Wallahul muwaffiq ila aqwamit tharieq yg dirasakan cukup sulit ditirukan oleh orang non-NU.

KH Ahmad Abdul Hamid adalah salah satu ulama kharismatik di Jawa Tengah. Ia merupakan pengasuh Pondok Pesantren al-Hidayah dan Imam Masjid Besar Kendal. Karena peran dan ketokohannya, masyarakat Kendal menyebutnya sebagai “Bapak Kabupaten Kendal”.

Kiprah Kiai Ahmad, demikian panggilannya sehari2, di lingkungan NU dimulai dari tingkat daerah sampai PBNU. Beberapa posisi penting di NU yg pernah didudukinya adalah Rais Syuriyah PCNU Kabupaten Kendal, Wakil Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah, Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah (dgn Katib KH Sahal Mahfudz), dan terakhir sebagai Mustasyar PBNU. Ia juga tercatat sebagai distributor majalah Berita NO , yang terbit tahun 1930an. Dalam sebuah tulisan, Kiai Sahal Mahfudz menyebutkan bahwa Kiai Ahmad menyimpan dokumen-dokumen majalah NU seperti Buletin LINO ( Lailatul Ijtima' Nadhlatoel Oelama )

Kiai Ahmad termasuk sangat produktif menulis dan menerjemahkan kitab2. Kitab2nya umumnya ditulis dalam bahasa Jawa dengan tulisan Arab Pegon. Salah satu tulisannya yg cukup fenomenal adalah terjemahan Qanun Asasi Hadlratus Syech KH Hasyim Asy’ari yang ia terjemahkan atas permintaan Sekretaris Jenderal PBNU Prof. KH Saifudin Zuhri.

Terjemahan tersebut telah dimulai oleh KH Mahfud Sidiq, tetapi tidak selesai sehingga PBNU meminta Kiai Ahmad untuk menyelesaikannya. Terjemahan itu oleh Kiai Ahmad dinamakan " Ihyau Amalil Fudlala’ Fi Tarjamati Muqaddimatil Qanunil Asasi li-Jam’iyati Nahdlatil Ulama" .
KH Ahmad Abdul Hamid wafat pada 14 Februari 1998 bertepatan dengan 16 Syawal 1418 H. ( aman wae)

18/03/2016

Kisah Haji Mabrur

Kisah Haji Mabrur......
HALAL BUAT KAMI, HARAM BUAT TUAN

ulama Abu Abdurrahman Abdullah bin al-Mubarak al Hanzhali al Marwazi ulama terkenal di makkah yang menceritakan riwayat ini.

Suatu ketika, setelah selesai menjalani salah satu ritual haji, ia beristirahat dan tertidur. Dalam tidurnya ia bermimpi melihat dua malaikat yang turun dari langit. Ia mendengar percakapan mereka :
“Berapa banyak yang datang tahun ini?” tanya malaikat kepada malaikat lainnya.
“Tujuh ratus ribu,” jawab malaikat lainnya.
“Berapa banyak mereka yang ibadah hajinya diterima?”
“Tidak satupun”

Percakapan ini membuat Abdullah gemetar.
“Apa?” ia menangis dalam mimpinya. “Semua orang-orang ini telah datang dari belahan bumi yang jauh, dengan kesulitan yang besar dan keletihan di sepanjang perjalanan, berkelana menyusuri padang pasir yang luas, dan semua usaha mereka menjadi sia-sia?”

Sambil gemetar, ia melanjutkan mendengar cerita kedua malaikat itu.
“Namun ada seseorang, yang meskipun tidak datang menunaikan ibadah haji, tetapi ibadah hajinya diterima dan seluruh dosanya telah diampuni . Berkat dia seluruh haji mereka diterima oleh Allah.”
“Kok bisa”
“Itu Kehendak Allah”
“Siapa orang tersebut?”
“Sa’id bin Muhafah tukang sol sepatu di kota Damsyiq (damaskus sekarang)”

Mendengar ucapan itu, ulama itu langsung terbangun, Sepulang haji, ia tidak langsung pulang kerumah, tapi langsung menuju kota Damaskus, Siria.

Sampai disana ia langsung mencari tukang sol sepatu yang disebut Malaikat dalam mimpinya. Hampir semua tukang sol sepatu ditanya, apa memang ada tukang sol sepatu yang namanya Sa’id bin Muhafah.

“Ada, di tepi kota” Jawab salah seorang sol sepatu sambil menunjukkan arahnya. Sesampai disana ulama itu menemukan tukang sepatu yang berpakaian lusuh,

“Benarkah anda bernama Sa’id bin Muhafah?” tanya Ulama itu
“Betul, siapa tuan?”
“Aku Abdullah bin Mubarak”
Said pun terharu, "bapak adalah ulama terkenal, ada apa mendatangi saya?”

Sejenak Ulama itu kebingungan, dari mana ia memulai pertanyaanya, akhirnya iapun men ceritakan perihal mimpinya.

“Saya ingin tahu, adakah sesuatu yang telah anda perbuat, sehingga anda berhak mendapatkan pahala haji mabrur?”
“Wah saya sendiri tidak tahu!”
“Coba ceritakan bagaimana kehidupan anda selama ini.
Maka Sa’id bin Muhafah bercerita.
“Setiap tahun, setiap musim haji, aku selalu mendengar :
Labbaika Allahumma labbaika. Labbaika la syarika laka labbaika. Innal hamda wanni’mata laka wal mulka. laa syarika
laka.
Ya Allah, aku datang karena panggilanMu. Tiada sekutu bagiMu. Segala ni’mat dan puji adalah kepunyaanMu dan kekuasaanMu. Tiada sekutu bagiMu.

Setiap kali aku mendengar itu, aku selalu menangis
Ya allah aku rindu Mekah. Ya Allah aku rindu melihat kabah. Ijinkan aku datang…..Ijinkan aku datang ya Allah..

Oleh karena itu, sejak puluhan tahun yang lalu setiap hari saya menyisihkan uang dari hasil kerja saya, sebagai tukang sol sepatu.
Sedikit demi sedikit saya kumpulkan. Akhirnya pada tahun ini, saya punya 350 dirham, cukup untuk saya berhaji.

“Saya sudah siap berhaji”
“Tapi anda batal berangkat haji”
“Benar”
“Apa yang terjadi?”
“Istri saya hamil, dan sering ngidam. Waktu saya hendak berangkat saat itu dia ngidam berat”
“Suami ku, engkau mencium bau masakan yang nikmat ini?
“ya sayang” “Cobalah kau cari, siapa yang masak sehingga baunya nikmat begini. Mintalah sedikit untukku”

"Ustadz, sayapun mencari sumber bau masakan itu. Ternyata berasal dari gubug yang hampir runtuh. Disitu ada seorang janda dan enam anaknya.
Saya bilang padanya bahwa istri saya ingin masakan yang ia masak, meskipun sedikit. Janda itu diam saja memandang saya, sehingga saya mengulangi perkataan saya.

Akhirnya dengan perlahan ia mengatakan :
“tidak boleh tuan”
“Dijual berapapun akan saya beli”
“Makanan itu tidak dijual, tuan” katanya sambil berlinang mata.

Akhirnya saya tanya kenapa?
Sambil menangis, janda itu berkata “daging ini halal untuk kami dan haram untuk tuan” katanya.

Dalam hati saya: Bagaimana ada makanan yang halal untuk dia, tetapi haram untuk saya, padahal kita sama-sama muslim?

Karena itu saya mendesaknya lagi “Kenapa?”
“Sudah beberapa hari ini kami tidak makan. Dirumah tidak ada makanan. Hari ini kami melihat keledai mati, lalu kami ambil sebagian dagingnya untuk dimasak.

“Bagi kami daging ini adalah halal, karena andai kami tak memakannya kami akan mati kelaparan. Namun bagi Tuan, daging ini haram".

Mendengar ucapan tersebut spontan saya menangis, lalu saya pulang. Saya ceritakan kejadian itu pada istriku, diapun
menangis, kami akhirnya memasak makanan dan mendatangi rumah janda itu.

“Ini masakan untuk mu”
Uang peruntukan Haji sebesar 350 dirham pun saya berikan pada mereka.
”Pakailah uang ini untuk mu sekeluarga. Gunakan untuk usaha, agar engkau tidak kelaparan lagi”

Ya Allah……… disinilah Hajiku
Ya Allah……… disinilah Mekahku.

Mendengar cerita tersebut Abdullah bin Mubarak
tak bisa menahan air mata.

( buat yg akan naik haji .... atau yg sdh berhaji.... )

Saudaraku ..................Ingat ... 
Ada dua yang tidak kekal dalam diri manusia ! Yakni : Masa Muda dan Kekuatan Fisiknya.
Jangan Lupa ... Ada dua juga yang akan bermanfaat bagi semua orang ! Yakni : Budi Pekerti yang luhur serta Jiwa yang ikhlas memaafkan.

Perhatikan .. Ada dua pula yang akan mengangkat derajat kemulian manusia ! Yakni : Rendah hati dan suka meringankan beban hidup orang lain.
Dan ada dua yang akan menolak datangnya bencana ! Yakni : Sedekah serta menjalin hubungan silaturrahim. Semoga kita menjadi orang orang yang dimuliakan Allah swt aamiin..

17/03/2016

Pola Pikir ASWAJA

D.    POLA PIKIR ASWAJA
Nampaklah bahwa pola pikir yang diisyaratkan oleh paham Ahlussunnah Waljamaah adalah taqdim al nas dan rasional. Atau mengutamakan nas tetapi dalam memahami nas itu digunakanlah logika filsafat yang rasional.

1.      Taqdim al-Nas
Pola pikir taqdim al-Nas (mendahulukan petunjuk nas) ini terindikasikan oleh komitmen tegas Ahlussunnah Waljamaah dalam rangka purifikasi (pemurnian) ajaran Islam dari aneka upaya liberalisasi serta pemikiran bid’ah yang kian menggejala dan kompleks.
Purifikasi dimaksud tidak lain ialah menjadikan al-Quran dan al-Sunnah sebagai sumber rujukan vital dalam setiap aspek kehidupan. Yang dalam hal, ini mencakup aspek akidah, ibadah, dan aspek akhlak. Sebagaimana yang dikembangkan oleh Rasulullah SAW. dan para sahabatnya pada periode awal kelahiran Islam.
Dengan pola pikir taqdim al-Nas ini, ajaran Islam akan terhindar dari berbagai nuansa yang bersifat ekstrim. Dalam lingkup akidah, terhindar dari, pemikiran kalam liberal yang terlalu mendewa-dewakan kemampuan akal. Dalam lingkup ibadah, terlepas dari egoisme pembenaran pendapat pribadi ataupun mazhab. Dan dalam lingkup akhlak akan terhindar dari pemikiran-pemikiran mistis non Islam.
Semua aspek kehidupan, praktis akan terpayungi oleh kebenaran “mutlak”al-Quran dan al-Sunnah. Peran logika-filsafat yang menjelma dalam pemikiran kalam, tetap ternaungi oleh kebenaran “mutlak” al-Quran dan al-Sunnah. Perbedaan pendapat fiqhiyah yang memang interpretable, tetap menjadi ikhtilaf-rahmat, Pemikiran-Pemikiran tasawuf pun tetap sejalan dengan Nas. Pemikiran-pemikiran bid’ah seperti paham al ahlul dan wihdah al-wujud (inkarnasi, reinkarnasi) jelas-jelas bukan ajaran Islam; praktis akan tercounter dengan sendirinya.

2.      Rasional
Taqdim al-Nas memang menjadi komitmen pola pikir paham Ahlussunnah Waljamaah, namun secara filosofis tidak berarti menganulir atau menafikan kebenaran rasio (akal). Bahkan akal mendapat tempat yang sangat terhormat dalam paham Ahlussunnah Waljamaah, sejalan dengan penghormatan yang diberikan oleh semangat Nas itu sendiri.
Kata aqal (akal) itu sendiri dengan berbagai bentuk, banyak didengung-dengungkan dalam al-Quran, termasuk juga di dalam al-Sunnah.
Itu berarti, paham taqdim al-Nas otomatis menempatkan rasio dalam tempat yang amat terhormat. Keterhormatannya itu berarti pula memberi semangat kepada umat agar berpola pikir rasional.
Hanya saja, mengingat kemampuan akal sangat terbatas dan variatif, mustahil dapat menembus kebenaran mutlak dan hasilnya bervariasi antara akal yang satu dengan yang lain. maka secara logis pula; akal bukanlah bandingan naql (Nas). Menjadi hal yang irrasional jika sampai mensejajarkan atau membandingkan kebenaran akal dengan kebenaran naql. Sama halnya dengan membandingkan antara kemampuan manusia dengan kemampuan Tuhan.
Oleh karena itu, pola pikir yang dikembangkan dalam paham Ahlussunnah Waljamaah tidak lain ia, menempatkan rasio/akal pada tempatnya. Akal di tempatkan sebagai alat bantu untuk memahami kandungan naql. Itupun terbatas pada apa yang bisa dijangkau oleh kemampuan akal. Sehingga penggunaan ta’wil (penafsiran ayat secara metafores/majazi), dalam paham Ahlussunnah Waljamaah sangat terbatas pada ayat-ayat mutasyabihat (ayat yang maknanya mengandung perserupaan Tuhan dengan makhluk) dan ayat-ayat tertentu lainnya, dengan pana’ wil yang terbatas pula (tidak terlalu mendalam).
Dengan pola pikir yang demikian, maka paham Ahlussunnah Waljamaah justru senantiasa represetatif dalam setiap zaman, sejalan dengan representatif ajaran Islam itu sendiri sampai kapan pun dan di manapun, bahkan dalam keadaan yang bagaimana pun. Akan senantiasa aktual dan up to date.

16/03/2016

NU untuk NKRI

NU Lahir hanya untuk NKRI
"NU lahir utk Indonesia. Andai tidak ada NU mungkin Indonesia tidak ada". Seperti itulah lebih kurang kata2 yg diucapkan Menkopolhukam, Jend. TNI (Purn) Luhut Binsar Panjaitan ketika memberi pengarahan pada silaturrahim dengan ulama pesantren, Rabu, 16 Maret 2016, di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang.

Luhut yg beragama Kristen Protestan begitu mengagumi NU, terutama dalam perannya di dalam memperjuangkan & mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Mata Luhut tampak berkaca2 ketika mengucap, "Di sini tempat lahir tokoh sentral Nahdlatul Ulama, K.H. Abd. Wahab Chasbullah, seorang yang memiliki jiwa visioner. Tak terbayangkan oleh kita bagaimana mungkin pada tahun 1924 beliau sudah mampu memotret masa depan bangsa dengan menciptakan lagu cinta tanah air tersebut".

Perlu diketahui bahwa K.H. Abd. Wahab Chasbullah adalah pencipta lagu berbahasa Arab, "Hubbul Wathon", yang kalau diterjemahkan menjadi:

"Pusaka hati wahai tanah airku. Cintamu dalam imanku. Jangan halangkan nasibmu. Bangkitlah hai bangsaku.
Indonesia negeriku. Engkau panji martabatku. Siapa datang mengancammu. Kan binasa di bawah dulimu".

Luhut juga tampak manggut2 ketika mendengar K.H. Abd. Mujib Imron, S.H. M.Hum., yang biasa disapa Gus Mujib, membacakan Pernyataan Ulama Pesantren dalam menyikapi perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Luhut sangat serius ketika Gus Mujib mengatakan bahwa ulama NU sangat paham kewajiban bela negara, "Induk organisasi kami adalah PBNU. "P" artinya Pancasila. "B" Bhineka Tunggal Ika. "N" Negara Kesatuan Republik Indonesia. "U" Undang-Undang Dasar 1945".

Keseriusan Luhut mungkin karena selama ini yang beliau dengar bahwa kepanjangan dari singkatan PBNU hanyalah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.

Luhut kemudian memeluk Gus Mujib saat beliau selesai membacakan pernyataan.

Semoga NU semakin jaya dan sanggup menjadi tiang penyangga bagi tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Amin...

(Sulaiman)

Banser di Pesantren



Rabu, 16/03/16
JombangKeberadaan pasukan Barisan Ansor Serba Guna (Banser), untuk menjadi keamanan secara melekat belum umum terlihat di lingkungan pesantren di Jombang. Padahal kelahiran Banser mempunyai ikatan yang kuat dengan pesantren.
Keadaan demikian menjadi keresahan tersendiri bagi PAC Ansor Kecamatan Jombang. Dalam diskusi santai di Masjid Agung Jombang selasa 15/03/2016, anggota PAC Ansor Kecamatan Jombang, yang biasa disebut Ansor Jombang Kota mencuatkan bahwa seharusnya yang menjaga pesantren bukanlah Satpam atau satuan keamanan yang lain, melainkan Banser.
Jombang yang dikenal sebagai kota santri memang identik dengan keberadaan pesantren. Empat diantaranya adalah pesantren besar, dengan ribuan santri. Karena mempunyai ribuan santri, maka pesantren-pesantren tersebut membutuhkan satuan keamanan khusus. Dalam satu pesantren bisa terdapat lebih dari sepuluh personel keamanan. “Personel keamanan di pesantren-pesantren sebenarnya banyak diantaranya merupakan anggota Banser, namun kenapa ketika menjadi keamanan di pesantren memakai seragam lain?” Ungkap Fathoni Mahsun ketua PAC Ansor Jombang Kota menyayangkan.
Namun demikian, sudah ada unit pesantren di Jombang yang memulai menggunakan Banser sebagai satuan keamanannya, yaitu pesantren Urwatul Wustqo (UW). “Saya tidak tahu kalau waktu Diklatsar (diklat dasar Banser, red) di Jogoroto, utusan dari UW yang jumlahnya sekitar 45 personel itu akan dijadikan tim keamanan pesantren, kalau saya tahu maka akan saya kasih materi tambahan.” Jelas Luthfi Ridlo yang merupakan tim instruktur diklat Banser Jombang.
Penempatan Banser dimaksud berada di depan kampus UW, yang letaknya berada di tepi jalan antara Cukir-Mojowarno. Keberadaan Banser di tempat tersebut, sudah terlihat sejak tahun 2015. Mereka bertugas mengamankan lalu lintas di depan kampus, yang memang merupakan persimpangan. Keberadaan Banser kampus di tempat ini menjadi semakin menonjol, dengan dibangunnya pos  bercorak doreng khas Banser, sekitar seminggu sebelum tulisan ini diturunkan.

Sementara itu menanggapi tidak dipergunakannya Banser di pesantren besar yang notabene sebagai simbol NU, Farid AlFarisi menantu Bu Nyai Munjidah, Wakil Bupati Jombang yang lebih akrab disapa Gus Farid memberikan penjelasan, “Selama ini setiap acara di Pondok Tambak Beras kita pasti melibatkan Banser, karena saya termasuk anggota Kamtib. Namun keamanan untuk keseharian di pondok mempunyai satuan keamanan tersendiri.” Jelas lelaki yang juga menjabat Bendahara di PC Ansor Kabupaten Jombang ini. Farid juga menandaskan, bahwa untuk menggunakan Banser sebagai keamanan yang melekat di lingkungan Pondok Pesantren Tambak Beras, akan dimulai di pondok nya terlebih dahulu (al-Latifiyah II, red), dengan harapan nantinya akan diikuti pondok-pondok lainnya di lingkungan Pondok Pesantren Tambak Beras. (Ben)

Ansor Jombang Sikapi Dana Desa



Rabu, 16 /03/2016
Jombang. Pengguliran Dana Desa (DD) dan Alokasi Dana Desa (ADD) memantik reaksi banyak kalangan, termasuk Ansor Jombang. Bentuk reaksi yang ditunjukkan Ansor Jombang meliputi dua hal, yaitu membantu pemer

intah dalam pengawasan dan pemanfaatannya.
Ansor Jombang merasa perlu membantu melakukan pengawasan terhadap DD/ADD karena mengingat besarnya alokasi dana tersebut. Hal ini terungkap dalam diskusi tematik sebagai rangkaian kegiatan dzikir dan sholawat Rijalul Ansor yang diselenggarakan PAC Kecamatan Jombang, pada selasa 15/03/2016.
Menurut Maghfuri Ridwan sebagai salah satu nara sumber, apabila digabungkan dengan pemasukan yang lainnya, seperti bagi hasil pajak, pendapatan asli desa, dan bantuan khusus maka jumlahnya mencapai  lebih dari satu milyar, “Di Kecamatan Ngoro keseluruhan dana yang didapatkan sebesar 1,3 milyar per desa.” Terang Maghfuri yang juga pendamping di Kecamatan Ngoro Jombang. Jumlah tersebut tidak sama untuk masing-masing desa, disesuaikan dengan kondisi masing-masing.
Dalam menggulirkan DD/ADD ini semuanya harus menggunakan acuan Peraturan Pemerintah yang dibuat untuk kepentingan tersebut. Penggunaan DD di tahun 2016 ini diprioritaskan untuk dua hal, yaitu pelaksanaan pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa. Dua hal ini yang kemudian dijabarkan sesuai kondisi masing-masing daerah. Di Jombang penggunaan Dana Desa diatur dalam Perbub nomor 5 tahun 2016.
Selain melakukan pengawasan, Ansor sebagai organisasi kepemudaan juga harus bisa memanfaatkan dana tersebut sesuai dengan mata anggaran yang ada. “Karena memang di rekening DD/ADD tidak ada kode yang berbunyi Ansor.” Tambah Maghfuri. Mata anggaran di ADD yang bisa dimanfaatkan Ansor antara lain alokasi untuk pemberdayaan masyarakat.
Dalam Perbub nomor 5 tersebut salah satu yang dianggarkan adalah majelis ta’lim. Ulum Sugioto nara sumber yang lain mengatakan “Bupati mempunyai kecenderungan kuat bahwa dana majlis ta’lim itu untuk NU.” Hal ini bisa dimaklumi karena organisasi  yang berpotensi memanfaatkannya, adalah organisasi yang mempunyai ranting sampai ke desa-desa.
Selain anggaran majelis ta’lim, anggaran yang berpotensi untuk bisa dimanfaatkan adalah anggaran untuk seni tradisional. “Yang bisa masuk ke seni tradisional ini diantaranya grup kesenian Banjari, Kesenian ISHARI, termasuk seni pencak silat Pagar Nusa.” Tambah Maghfuri. Menurutnya, bisa tidaknya Ansor memanfaatkan DD/ADD ini kuncinya adalah komunikasi dengan kepala desa. Sepanjang komunikasi dengan kepala desa baik, maka peluang untuk ikut memanfaatkannya juga besar.
Ditemui secara terpisah, H. Zulfikar selaku ketua PC Ansor Jombang mengatakan, telah menyiapkan tim khusus untuk melakukan pendampingan terhadap Pengurus Ansor di ranting-ranting, agar bisa memanfaatkan dana tersebut. “Kami sudah tunjuk beberapa Pengurus Cabang Ansor Jombang, untuk melakukan pendampingan ke ranting-ranting agar bisa melakukan pengawasan serta bisa memanfaatkan dana desa tersebut, termasuk jadwal dan pembagian wilayahnya.” Jelas pria yang biasa disapa Antok ini. (Ben)


Santri Masa Modern

Santri goes international

(dimuat di edisi terbaru Majalah Pesantren Tebuireng)

Bisakah santri sekarang mengikuti jejak para ulama kita mengajar dan mempublikasikan karyanya di level internasional? Ulama tempo doeloe itu luar biasa hebatnya, mereka bukan hanya sekedar belajar tapi juga mengajar di Masjidil Haram. Kiai Nawawi al-Bantani, Syekh Yasin Padangi, atau bahkan Hadratus Syekh Hasyim Asy'ari juga mengajar di Masjidil Haram di masanya, yang menunjukan kedalaman pengetahuan dan kesalehannya. Selama mengajar di Masjidil Haram, Kiai Hasyim mempunyai sejumlah murid internasional, antara lain Syaikh Sa’dullah al-Maimani (mufti India), Syaikh Umar Hamdan (ahli hadis di Mekkah), dan al-Syihab Ahmad bin Abdullah (Suriah). Kitab karya Kiai Ihsan Jampes dibaca dan dipelajari sampai ke Afrika, menembus batas-batas benua.

Bagaimana dengan para santri sekarang? Cukupkah berbangga pernah menyantri sekan tahun di pondok, atau berbangga hafal 1000 bait Alfiyah, juga hafal sejumlah kitab? Dengan kata lain, cukupkah kita menjadi konsumen semata dan tidak bergeser menjadi produsen ilmu? Dengan kata lain, ulama Indonesia harus lebih sering lagi menulis kitab dalam bahasa Arab dan/atau Bahasa Inggris agar buah pikiran santri nusantara juga dibaca dan dikaji oleh muslim di belahan dunia lainnya. Dengan menelorkan karya yang tidak hanya berupa pengulangan dari hafalan yang ada kita akan turut mewarnai sejarah pemikiran Islam di level internasional.

Bisakah? insya Allah bisa. Kiai Afifuddin Muhajir misalnya meneruskan tradisi Kiai Sahal Mahfud, Kiai Nahrawi Abdus Salam dan para masyayikh lainnya yang mengarang kitab dalam bahasa Arab. Saya yakin masih banyak kiai lainnya yang memiliki tradisi menulis yang baik. Tantangannya tentu bagaimana agar kitab karangan para Kiai sekarang itu bisa menembus dunia internasional, dalam arti dipelajari dan ditelaah bahkan kalau bisa dijadikan buku wajib untuk para pelajar, santri dan mahasiswa di dunia Islam lainnya.

Itu artinya penekanan pada hafalan harus ditambah dengan kemampuan mengarang kitab. Rasanya cukup aneh kalau ratusan santri yang dikirim belajar di Timur Tengah, begitu meraih gekar Lc buru-buru pulang dan akhirnya hanya menambah daftar penceramah atau Ustadz lokal semata. Kita tentu berharap mereka bisa melakukan lebih dari itu. Selain jangan buru-buru pulang, dan tidak puas hanya meraih Lc, kita sangat mendambakan mereka lanjut sampai meraih gekar doktor dan kemudian kalau bisa juga mengajar di universitas Islam di Timur Tengah. Tidak cuma jadi santri di al-Azhar tapi juga bisa jadi Kiai di al-Azhar!

Bersambung....

Santri Masa kini

Lanjutan....
Sejak tahun 1970-an Pemerintah telah menerapkan kurikulum nasional termasuk ke lingkungan pesantren. Ada standarisasi kurukulum. Tentu saja tujuan Pemerintah itu baik, namun secara tidak langsung telah mengikis kekhasan keilmuan masing-masing pesantren. Dulu para santri itu berkeliling belajar dari satu pesantren ke pesantren lainnya. Kalau mau belajar ilmu alat ke pesantren A, kalau mau belajar ilmu Hadis ke pesantren B, dan kalau mau mendalami Fiqh belajarlah ke pesantren C, bahkan kalau mau mengolah batin dan ilmu kesaktian belajarlah ke pesantren D. Masing-masing Kiai punya kekhasan saat mendirikan pondoknya. Namun setekah semuanya hendak distandarkan, maka kita melihat lulusan pondok sejak tahun 90-an menjadi merata ilmunya dan tidak lagi punya ilmu andalan yang menonjol. Sedikit banyak ini berpengaruh pada kualitas santri, dan pada gilirannya juga berpengaruh pada kualitas para Kiai karena setelah itu merekalah yang akan meneruskan tongkat estafet menjadi Kiai.

Kalau dulu kualitas santri binaan Kiai Cholil Bangkalan itu ya sekelas Kiai Hasyim, Kiai Wahab, Kiai BIsri dan Kiai As'ad. Kualitas santri binaan Kiai Hasyim itu sekelas Kiai Idris Kamali, Kiai Abbas Buntet, Kiai Asnawi Kudus, dan lainnya. Mereka itu boleh dibilang pada masanya sekualitas alumni s3 atau program doktor studi keislaman. Di masa sekarang, dengan sistem standarisasi kurikulum madrasah di pesantren maka lulusan pesantren itu hanya dianggap sekelas lulusan madrasah Aliyah. Timpang sekali bukan? Untuk membenahi kenyataan ini maka di sejumlah pesantren didirikan Ma'had Aly sehingga jebolan pondok punya pilihan mau meneruskan kemana apalah ke IAIN/UIN, PTN atau Ma'had Aly.

Ma’had Aly merupakan salah satu bentuk usaha pelembagaan tradisi akademik pesantren yang pendiriannya dilatar belakangi oleh kebutuhan untuk meningkatkan kualitas pendidikan pesantren tingkat tinggi yang mampu melahirkan ulama, di tengah-tengah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini. Dengan kata lain Ma’had Ali merupakan lembaga kaderisasi ulama, sehingga di dalamnya tidak saja diajarkan ilmu-ilmu keagamaan (tafsir, hadits, fiqih dan teologi), tetapi juga ilmu-ilmu umum seperti sosiologi, antropologi dan filsafat. Sehingga alumnus Ma’had Aly dapat berpartisipasi dalam perubahan sosial di Indonesia dan dapat menjawab tantangan globalisasi. Tapi pertanyaannya tetap sama: bagaimana mempertahankan ciri khas keilmuan pesantren kalau kemudian kurikulum Ma'had Aly sama dengan kurikulum milik IAIN/UIN?

Kurikulum Ma’had Aly di Situbondo misalnya menempatkan ushul fiqh sebagai pusat konsentrasi kajian yang dinilai sangat strategis, Fiqh sebagai produk Istinbath dan ushul fiqh sebagai metedologinya diapresiasi secara integral menjadi konsenterasi kajian dan mendominasi rangkaian pembelajaran. Di sinilah dibutuhkan visi agar lulusan Ma'had Aly tidak sekedar berorientasi ijazah yang diakui pemerintah sehingga bisa menjadi pegawai negeri, tapi lebih dari itu mencetak para ulama yang mumpuni dan bisa menelorkan karya-karya bermutu yang dibaca dan dipelajari baik di tingkat nasional maupun internasional.

Kenapa dunia Islam membutuhkan kontribusi karya-karya ulama nusantara? Ini agar Islam yang diterapkan di tanah air bisa menjadi bahan diskusi bagi ulama mancanegara. Prof Martin van Bruinessen misalnya pernah mengajukan fakta yang cukup menggelitik: umat Islam di Turki, Mesir ataupun Saudi Arabia tidak mengenal dengan mendalam pemikiran brilian dari KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Padahal kebalikannya kitab karya para ulama dan cendekiawan Turki dan Mesir serta Arab Saudi dibaca dan dipelajari di tanah air. Mengapa demikian? Karena Gus Dur tidak punya waktu untuk menuliskan pemikiran beliau dalam kitab yang dibaca di Timur Tengah sana.

Ini pelajaran penting buat para santri di tanah air. Kalau pemikiran sehebat Gus Dur saja tidak menjadi bahasan di kurikulum universitas Timur Tengah, bagaimana dengan kita? Kita boleh jadi tidak sehebat Gus Dur, tapi kita bisa belajar dari hal-hal yang belum sempat dilakukan Gus Dur yaitu menulis dalam bahasa yang dibaca oleh para ulama dan cendekiawan dunia Islam. Tantangan pada masa Gus Dur tentu berbeda dengan tantangan yang dihadapi santri generasi pasca Gus Dur.

Di sinilah kita bisa berusaha untuk meneruskan apa yang telah dilakukan para ulama kita dulu dengan melahirkan karya-karya bermutu di panggung internasional. Mudah untuk dituliskan, tapi sukar untuk dilakukan, bukan?

Tabik,

Nadirsyah Hosen
Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama
Australia-New Zealand

15/03/2016

Gay Nekat

Kaum Gay Nekat......
Gagal Nikah, Mbak Andini Pasrah

Gagal Nikah, Mbak Andini Pasrah
Jajaran Polsek Kepil, Wonosobo saat bertemu Didik Suseno dan Andini, calon pengantin sesama jenis di Desa Teges, Kecamatan Kepil, Wonosobo. Foto: Sumali Ibnu Chamid/Radar Kedu/JPG

WONOSOBO - Andini terpaksa harus menelan ludah kekecewaan yang mendalam. Keinginan warga Desa Teges, Kecamatan Kepil, Kabupaten Wonosobo itu untuk dipersunting oleh pria pujannya, Didik Suseno akhirnya kandas.

Maklum saja, Andini dan Didik memang sesama pria. Nama Andini sebenarnya adalah Andi Budi Sutrisno.

Rencana Andini dan Andi melangkah ke pelaminan pada akhir pekan lalu, digagalkan oleh jajaran Polsek Kepil, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Mau tak mau, Andini dan teman sesama prianya pun pasrah.

Simak juga: Polisi Gagalkan Rencana Pernikahan Didik dan Andini, Ternyata...

Mbak Andini, eh maaf, maksudnya Mas Andi pun tampak sedih. “Sedih sih, Mas. Namun mau bagaimana lagi,” ujarnya seperti dikutip Radar Kedu.

Akhirnya, Andini pun hanya bisa pasrah. Sebab, aturan memang tidak mengizinkan pernikahan sesama jenis. “Karena memang tidak boleh menurut undang-undang dan agama, ya saya cuma bisa pasrah,” ucap Andini.

Kapolsek Kepil AKP Surakhman mengatakan, jajarannya memang  langsung mendatangi lokasi dan menggagalkan pernikahan sejenis tersebut. Ia pun berharap kasus serupa tidak terjadi lagi di wilayahnya.

“Agar ke depan, tidak lagi terjadi kejadian seperti ini, kami mengimbau kepada masyarakat untuk senantiasa saling peduli dan saling mengingatkan satu sama lain. Jadi, ketika ada kegiatan yang bertentangan dengan hukum, dapat dicegah dan tidak menimbulkan akibat yang fatal,” jelasnya.

Dana Desa Dalam Perbincangan

Diskusi Tematik Alokasi Dana Desa

Alokasi Dana Desa atau ADD dapat dialokasikan sebagai berikut :

a. Penghasilan tetap Kepala desa dan Perangkat Desa.

b.Pembangunan Infrastruktur desa sebesar 100.000.000,- (seratus juta rupiah)

Pengalokasian untuk penghasilan kepala desa dan perangkat desa yang berjumlah 500juta hanya dapat digunakan maksimal sebanyak 60% saja.


Dalil Tahlilan

DALIL KOMPOSISI BACAAN TAHLILAN

WAHABI: “Apa dalil yang Anda gunakan dalam Tahlilan, sehingga komposisi bacaannya beragam atau campuran, ada dzikir, ayat-ayat al-Qur’an, sholawat dan lain-lain?”

SUNNI: “Mengapa Anda menanyakan dalil? Apa pentingnya dalil bagi Anda, sedang Anda tidak mau Tahlilan?”

WAHABI: “Kalau Tahlilan tidak ada dalilnya berarti bid’ah donk. Jangan Anda lakukan!”

SUNNI: “Sekarang saya balik tanya, adakah dalil yang melarang bacaan campuran seperti Tahlilan?”

WAHABI: “Ya tidak ada.”

SUNNI: “Kalau tidak ada dalil yang melarang, berarti pendapat Anda yang membid’ahkan Tahlilan jelas bid’ah. Melarang amal shaleh yang tidak dilarang dalam agama.
Kalau Anda tidak setuju dengan komposisi bacaan dalam Tahlilan, sekarang saya tanya kepada Anda, bacaan dalam sholat itu satu macam atau campuran?”

WAHABI: “Ya, campuran dan lengkap.”

SUNNI: “Berarti bacaan campuran itu ada contohnya dalam agama, yaitu sholat. Kalau begitu mengapa Anda masih tidak mau Tahlilan?”

WAHABI: “Kalau sholat kan memang ada tuntunan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kalau campuran dalam Tahlilan kan tidak ada tuntunan?”

SUNNI: “Itu artinya, agama tidak menafikan dan tidak melarang dzikir dengan komposisi campuran seperti Tahlilan, dan dicontohkan dengan sholat. Sedangkan pernyataan Anda, bahwa dzikir campuran di luar sholat seperti Tahlilan, tidak ada dalilnya, itu karena Anda baru belajar ilmu agama. Coba perhatikan hadits ini:

عَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : إِنَّ للهِ سَيَّارَةً مِنَ الْمَلاَئِكَةِ يَطْلُبُوْنَ حِلَقَ الذِّكْرِ فَإِذَا أَتَوْا عَلَيْهِمْ وَحَفُّوْا بِهِمْ ثُمَّ بَعَثُوْا رَائِدَهُمْ إِلىَ السَّمَاءِ إِلَى رَبِّ الْعِزَّةِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فَيَقُوْلُوْنَ : رَبَّنَا أَتَيْنَا عَلىَ عِبَادٍ مِنْ عِبَادِكَ يُعَظِّمُوْنَ آَلاَءَكَ وَيَتْلُوْنَ كِتَابَكَ وَيُصَلُّوْنَ عَلىَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم وَيَسْأَلُوْنَكَ لآَخِرَتِهِمْ وَدُنْيَاهُمْ فَيَقُوْلُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : غَشُّوْهُمْ رَحْمَتِيْ فَيَقُوْلُوْنَ : يَا رَبِّ إِنَّ فِيْهِمْ فُلاَناً الْخَطَّاءَ إِنَّمَا اعْتَنَقَهُمْ اِعْتِنَاقًا فَيَقُوْلُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : غَشُّوْهُمْ رَحْمَتِيْ فَهُمُ الْجُلَسَاءُ لاَ يَشْقَى بِهِمْ جَلِيْسُهُمْ . (رواه البزار قال الحافظ الهيثمي في مجمع الزوائد: إسناده حسن، والحديث صحيح أو حسن عند الحافظ ابن حجر، كما ذكره في فتح الباري 11/212)

“Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah memiliki para malaikat yang selalu mengadakan perjalanan mencari majelis-majelis dzikir. Apabila para malaikat itu mendatangi orang-orang yang sedang berdzikir dan mengelilingi mereka, maka mereka mengutus pemimpin mereka ke langit menuju Tuhan Maha Agung – Yang Maha Suci dan Maha Luhur. Para malaikat itu berkata: “Wahai Tuhan kami, kami telah mendatangi hamba-hamba-Mu yang mengagungkan nikmat-nikmat-Mu, menbaca kitab-Mu, bershalawat kepada nabi-Mu Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan memohon kepada-Mu akhirat dan dunia mereka.” Lalu Allah menjawab: “Naungi mereka dengan rahmat-Ku.” Lalu para malaikat itu berkata: “Di antara mereka terdapat si fulan yang banyak dosanya, ia hanya kebetulan lewat lalu mendatangi mereka.” Lalu Allah – Yang Maha Suci dan Maha Luhur - menjawab: “Naungi mereka dengan rahmat-Ku, mereka adalah kaum yang tidak akan sengsara orang yang ikut duduk bersama mereka.” (HR. al-Bazzar. Al-Hafizh al-Haitsami berkata dalam Majma’ al-Zawaid [16769, juz 10, hal. 77]: “Sanad hadits ini hasan.” Menurut al-Hafizh Ibnu Hajar, hadits ini shahih atau hasan).

Hadits di atas menjadi dalil keutamaan dzikir berjamaah, dan isi bacaannya juga campuran, ada dzikir, ayat-ayat al-Qur’an dan sholawat.”

WAHABI: “Owh, iya ya.”

SUNNI: “Makanya, jangan suka usil. Belajar dulu yang rajin kepada para Kiai dan ulama Ahlussunnah Wal-Jama’ah. Jangan belajar kepada kaum Wahabi yang sedikit-sedikit bilang bid’ah dan syirik.”

WAHABI: “Terima kasih”.

SUNNI: “Menurut Anda, Syaikh Ibnu Taimiyah itu bagaimana?”

WAHABI: “Beliau Syaikhul-Islam di kalangan kami yang Anda sebut Wahabi. Pendapat beliau pasti kami ikuti.”

SUNNI: “Syaikh Ibnu Taimiyah justru menganjurkan Tahlilan dalam fatwanya. Beliau berkata:

وَسُئِلَ: عَنْ رَجُلٍ يُنْكِرُ عَلَى أَهْلِ الذِّكْرِ يَقُولُ لَهُمْ : هَذَا الذِّكْرُ بِدْعَةٌ وَجَهْرُكُمْ فِي الذِّكْرِ بِدْعَةٌ وَهُمْ يَفْتَتِحُونَ بِالْقُرْآنِ وَيَخْتَتِمُونَ ثُمَّ يَدْعُونَ لِلْمُسْلِمِينَ الْأَحْيَاءِ وَالْأَمْوَاتِ وَيَجْمَعُونَ التَّسْبِيحَ وَالتَّحْمِيدَ وَالتَّهْلِيلَ وَالتَّكْبِيرَ وَالْحَوْقَلَةَ وَيُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم؟" فَأَجَابَ : الِاجْتِمَاعُ لِذِكْرِ اللهِ وَاسْتِمَاعِ كِتَابِهِ وَالدُّعَاءِ عَمَلٌ صَالِحٌ وَهُوَ مِنْ أَفْضَلِ الْقُرُبَاتِ وَالْعِبَادَاتِ فِي الْأَوْقَاتِ فَفِي الصَّحِيحِ عَنْ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ قَالَ : ( إنَّ للهِ مَلَائِكَةً سَيَّاحِينَ فِي الْأَرْضِ فَإِذَا مَرُّوا بِقَوْمِ يَذْكُرُونَ اللهَ تَنَادَوْا هَلُمُّوا إلَى حَاجَتِكُمْ ) وَذَكَرَ الْحَدِيثَ وَفِيهِ ( وَجَدْنَاهُمْ يُسَبِّحُونَك وَيَحْمَدُونَك )... وَأَمَّا مُحَافَظَةُ الْإِنْسَانِ عَلَى أَوْرَادٍ لَهُ مِنْ الصَّلَاةِ أَوْ الْقِرَاءَةِ أَوْ الذِّكْرِ أَوْ الدُّعَاءِ طَرَفَيْ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنْ اللَّيْلِ وَغَيْرُ ذَلِكَ : فَهَذَا سُنَّةُ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِ اللهِ قَدِيمًا وَحَدِيثًا. (مجموع فتاوى ابن تيمية، ٢٢/٥٢٠).

“Ibnu Taimiyah ditanya, tentang seseorang yang memprotes ahli dzikir (berjamaah) dengan berkata kepada mereka, “Dzikir kalian ini bid’ah, mengeraskan suara yang kalian lakukan juga bid’ah”. Mereka memulai dan menutup dzikirnya dengan al-Qur’an, lalu mendoakan kaum Muslimin yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Mereka mengumpulkan antara tasbih, tahmid, tahlil, takbir, hauqalah (laa haula wa laa quwwata illaa billaah) dan shalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.?” Lalu Ibn Taimiyah menjawab: “Berjamaah dalam berdzikir, mendengarkan al-Qur’an dan berdoa adalah amal shaleh, termasuk qurbah dan ibadah yang paling utama dalam setiap waktu. Dalam Shahih al-Bukhari, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah memiliki banyak Malaikat yang selalu bepergian di muka bumi. Apabila mereka bertemu dengan sekumpulan orang yang berdzikir kepada Allah, maka mereka memanggil, “Silahkan sampaikan hajat kalian”, lanjutan hadits tersebut terdapat redaksi, “Kami menemukan mereka bertasbih dan bertahmid kepada-Mu”… Adapun memelihara rutinitas aurad (bacaan-bacaan wirid) seperti shalat, membaca al-Qur’an, berdzikir atau berdoa, setiap pagi dan sore serta pada sebagian waktu malam dan lain-lain, hal ini merupakan tradisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan hamba-hamba Allah yang saleh, zaman dulu dan sekarang.” (Majmu’ Fatawa Ibn Taimiyah, juz 22, hal. 520).

Pernyataan Syaikh Ibnu Taimiyah di atas memberikan kesimpulan bahwa dzikir berjamaah dengan komposisi bacaan yang beragam antara ayat al-Qur’an, tasbih, tahmid, tahlil, shalawat dan lain-lain seperti yang terdapat dalam tradisi tahlilan adalah amal shaleh dan termasuk qurbah dan ibadah yang paling utama dalam setiap waktu.

WAHABI: “Lho, ternyata beliau juga menganjurkan Tahlilan ya. Owh terima kasih kalau begitu. Sejak saat ini, saya akan ikut jamaah Yasinan dan Tahlilan. Ternyata ajaran Wahabi tidak punya dalil, kecuali hawa nafsu yang selalu mereka ikuti.”

Ust Muhammad Idrus Ramli

14/03/2016

Hukum Photo Selfie

Hukum Selfie menurut Ulama dan mengunggahnya di media sosial.
Yaaaa, sekedar buat dilihat, diperhatikan dan diamati, diamalkan juga bagus
Forum Musyawarah Pondok Pesantren se - Jawa-Madura di pondok pesantren Lirboyo, Kota Kediri, menyepakati foto selfie dan mengunggahnya ke internet atau dunia maya adalah perbuatan haram.
Kendati demikian masih diperbolehkan, dengan alasan tertentu. "Selfie haram hukumnya bila sampai menimbulkan fitnah, " ujar Ahmad Fauzi Hamzah, anggota tim perumus forum bahtsul masail dari salah satu pondok pesantren Blitar.
Kriteria fitnah itu di antaranya foto selfie yang mampu memunculkan ketertarikan lawan jenis. Foto seronok yang tidak sesuai etika dan kepatutan termasuk di dalam kriteria fitnah.
"Juga foto yang memancing orang lain untuk berkomentar negatif dan jorok itu masuk kategori perbuatan haram, " terangnya.
Forum bahtsul masail juga membahas masalah update status pemilik akun media sosial maupun piranti gadget. Update status bisa masuk kategori haram, sunah atau wajib jika memenuhi kriteria tertentu.
"Haram bila pesannya mengandung kebohongan, adu domba dan fitnah. Biasanya kerap terjadi di masyarakat luas, mulai kalangan remaja hingga politisi," tegas Fauzi.
Sedangkan update status yang sunah dan wajib lanjut Fauzi, bila untuk kebaikan dan bermanfaat bagi orang lain. Dalam hal ini pemberi komentar, atau pengklik ikon suka atau "like" termasuk bagian yang diatur dalam ketentuan ini.
"Pemberi “Like” terhadap status negatif bisa dianggap melakukan perbuatan haram. Karena memperbolehkan sesuatu yang salah atau dosa, " papar Fauzi.
Fauzi menghimbau kepada para santri dan masyarakat luas yang aktif di jejaring sosial (facebook, tweeter dan lainya) untuk lebih hati-hati menggunakan teknologi.
"Namun kita tidak membatasi siapapun untuk menyampaikan kritik selama disampaikan dengan cara sopan, " pungkasnya.
Forum bahtsul masail di pondok pesantren Lirboyo Kota Kediri ini berlangsung pada 15-16 April 2015.

13/03/2016

Bersyukur dan Kebahagiaan

Hidup, Antara Bersyukur dan Ambisi
Ini ada tulisan bagus  tapi tdk mudah di jalan kan.
Renungan dari Anne Avantie. Pandangan Hidupku "(Untuk pribadi diriku)

Dulu ....
Aku sangat KAGUM pd manusia yang :
» Cerdas,
» Kaya,
» Berhasil dalam Karir,
» Hidup sukses,
»  dan Hebat  Dunianya.

Sekarang ...
Aku memilih untuk mengganti kriteria kekagumanku.
Aku kagum dengan :
» Manusia yang Hebat di mata TUHAN,  
» Sekalipun kadang penampilannya begitu biasa dan sangat bersahaja.

Dulu ...
Aku memilih MARAH ketika merasa 'Harga Diriku' dijatuhkan oleh orang lain yang 'Berlaku Kasar Kepadaku' dan menyakitiku dengan 'Kalimat-Kalimat Sindiran'.

Sekarang ...
Aku memilih untuk
BANYAK BERSABAR & MEMAAFKAN, Karena aku yakin 'Ada Hikmah Lain'.  yang datang dari mereka ketika aku mampu unt 'Memaafkan & Bersabar'.

Dulu ...
Aku memilih MENGEJAR DUNIA dan 'Menumpuknya' sebisaku....
Ternyata aku sadari kebutuhanku hanyalah 'Makan dan Minum' untuk hari ini.

Sekarang ...
Aku memilih untuk BERSYUKUR & BERSYUKUR dengan apa yang ada dan memikirkan bagaimana aku bisa 'Mengisi Waktuku' hari ini dengan apa yang bisa aku lakukan/perbuat dan bermanfaat 'Untuk Sesamaku'.

Dulu ...
Aku berpikir bahwa aku bisa MEMBAHAGIAKAN
» Orang tua,
» Saudara,
» dan teman-temanku
jika aku berhasil dengan duniaku... Ternyata yang membuat mereka bahagia 'Bukan Itu', melainkan :
» Ucapan,
» Sikap,
» Tingkah,
» dan Sapaanku kepada mereka.

Sekarang ...
Aku memilih untuk 'Membuat Mereka Bahagia' dengan apa yang ada padaku karena aku ingin ke-Manfaat-an ku ditengah-tengah mereka...
(Sebaik-baik Manusia adalah yg Bermanfaat buat Manusia lainnya)

Dulu ...
Fokus pikiranku adalah membuat RENCANA-RENCANA DAHSYAT untuk Duniaku...
Ternyata aku menjumpai teman dan saudara-saudaraku begitu cepat menghadap kepada-NYA...

Sekarang ...
yang menjadi 'Fokus Pikiran' dan 'Rencana-Rencana' ku adalah Bagaimana agar Hidupku dapat Berkenan di mata TUHAN dan Sesama jika suatu saat nanti diriku dipanggil oleh-NYA.

→ Τak ada yang  dapat menjamin bahwa aku dapat menikmati 'Teriknya Matahari Esok Pagi'

→ Τak ada yang  bisa memberikan jaminan kepadaku bahwa aku masih bisa 'Menghirup udara Besok Hari'.

Jadi apabila 'Hari Ini dan Esok Hari' aku masih hidup, itu adalah karena kehendak  ALLAH yang maha kuasa semata, bukan kehendak siapa-siapa...

Renungan ini mengintropeksi kita agar lebih mawas diri bahwa :
'DULU' aku ini siapa?
Dan 'SEKARANG' aku mau kemana?

Jalaluddin Ar rumi Antara Kehormatan dan Kepatuhan

Kisah Jalaluddin Ar rumi, Mematuhi perintah Guru dan kehormatan sebagai Sufi

Suatu malam, Maulana Jalaluddin Rumi mengundang Syams Tabrizi ke rumahnya. Sang Mursyid Syamsuddin pun menerima undangan itu dan datang ke kediaman Maulana. Setelah semua hidangan makan malam siap, Syams berkata pada Rumi;
“Apakah kau bisa menyediakan minuman untukku?”. (yang dimaksud : arak / khamr)
Maulana kaget mendengarnya, “memangnya anda juga minum?’.
“Iya”, jawab Syams.
Maulana masih terkejut,”maaf,saya tidak mengetahui hal ini”.
“Sekarang kau sudah tahu. Maka sediakanlah”.
“Di waktu malam seperti ini, dari mana aku bisa mendapatkan arak?”.
“Perintahkan salah satu pembantumu untuk membelinya”.
“Kehormatanku di hadapan para pembantuku akan hilang”.
“Kalau begitu, kau sendiri pergilah keluar untuk membeli minuman”.
“Seluruh kota mengenalku. Bagaimana bisa aku keluar membeli minuman?”.
“Kalau kau memang muridku, kau harus menyediakan apa yang aku inginkan. Tanpa minum, malam ini aku tidak akan makan, tidak akan berbincang, dan tidak bisa tidur”.
Karena kecintaan pada Syams, akhirnya Maulana memakai jubahnya, menyembunyikan botol di balik jubah itu dan berjalan ke arah pemukiman kaum Nasrani.
Sampai sebelum ia masuk ke pemukiman tersebut, tidak ada yang berpikir macam-macam terhadapnya, namun begitu ia masuk ke pemukiman kaum Nasrani, beberapa orang terkejut dan akhirnya menguntitnya dari belakang.
Mereka melihat Rumi masuk ke sebuah kedai arak. Ia terlihat mengisikan botol minuman kemudian ia sembunyikan lagi di balik jubah lalu keluar.
Setelah itu ia diikuti terus oleh orang-orang yang jumlahnya bertambah banyak. Hingga sampailah Maulana di depan masjid tempat ia menjadi imam bagi masyarakat kota.
Tiba-tiba salah seorang yang mengikutinya tadi berteriak; “Ya ayyuhan naas, Syeikh Jalaluddin yang setiap hari jadi imam shalat kalian baru saja pergi ke perkampungan Nasrani dan membeli minuman!!!”.
Orang itu berkata begitu sambil menyingkap jubah Maulana. Khalayak melihat botol yang dipegang Maulana. “Orang yang mengaku ahli zuhud dan kalian menjadi pengikutnya ini membeli arak dan akan dibawa pulang!!!”, orang itu menambahi siarannya.
Orang-orang bergantian meludahi muka Maulana dan memukulinya hingga serban yang ada di kepalanya lengser ke leher.
Melihat Rumi yang hanya diam saja tanpa melakukan pembelaan, orang-orang semakin yakin bahwa selama ini mereka ditipu oleh kebohongan Rumi tentang zuhud dan takwa yang diajarkannya. Mereka tidak kasihan lagi untuk terus menghajar Rumi hingga ada juga yang berniat membunuhnya.
Tiba-tiba terdengarlah suara Syams Tabrizi; “Wahai orang-orang tak tahu malu. Kalian telah menuduh seorang alim dan faqih dengan tuduhan minum khamr, ketahuilah bahwa yang ada di botol itu adalah cuka untuk bahan masakan. Seseorang dari mereka masih mengelak;
“Ini bukan cuka, ini arak”. Syams mengambil botol dan membuka tutupnya. Dia meneteskan isi botol di tangan orang-orang agar menciumnya. Mereka terkejut karena yang ada di botol itu memang cuka. Mereka memukuli kepala mereka sendiri dan bersimpuh di kaki Maulana. Mereka berdesakan untuk meminta maaf dan menciumi tangan Maulana hingga pelan-pelan mereka pergi satu demi satu.
Rumi berkata pada Syams, “Malam ini kau membuatku terjerumus dalam masalah besar sampai aku harus menodai kehormatan dan nama baikku sendiri. Apa maksud semua ini?”.
“Agar kau mengerti bahwa wibawa yang kau banggakan ini hanya khayalan semata. Kau pikir penghormatan orang-orang awam seperti mereka ini sesuatu yang abadi? Padahal kau lihat sendiri, hanya karena dugaan satu botol minuman saja semua penghormatan itu sirna dan mereka jadi meludahimu, memukuli kepalamu dan hampir saja membunuhmu. Inilah kebanggaan yang selama ini kau perjuangkan dan akhirnya lenyap dalam sesaat.
Maka bersandarlah pada yang tidak tergoyahkan oleh waktu dan tidak terpatahkan oleh perubahan zaman.

11/03/2016

Banci dan Kaum LGBT

Banci dan Kaum LGBT
Banci menurut istilah para ulama adalah orang yang tidak diketahui, apakah dia lelaki ataukah perempuan. Dia memiliki dua alat kelamin, alat kelamin lelaki dan alat kelamin perempuan, dan keduanya berfungsi.
Dalam as-Syarh al-Mumthi’ dinyatakan,
والخُنثى هو: الذي لا يُعْلَمُ أَذكرٌ هو أم أنثى؟ فيشمَلُ مَن له ذَكَرٌ وفَرْجٌ يبول منهما جميعاً
Banci (al-Khuntsa) adalah orang yang tidak diketahui apakah dia lelaki ataukah perempuan. Mereka adalah orang yang memiliki dzakar (kelamin lelaki) dan farji (kelamin wanita), dia kencing dari kedua saluran itu bersamaan. (as-Syarh al-Mumthi’, 4/223).
Jika sampai baligh sama sekali tidak bisa ditentukan mana alat kelamin yang dominan, ulama fiqh menyebutnya ‘al-Khuntsa al-Musykil’ (banci gak jelas).
Dari pengertian di atas, banci dalam syariat kembali kepada kelainan ciri fisik, bukan semata mental. Sehingga lelaki yang bermental gay, bukan termasuk kategori banci dalam kajian fiqh.
Kedua, hukum banci jadi imam
Ulama sepakat, posisi banci dalam shalat jamaah, berada diantara lelaki dan wanita. Dalam Ensiklopedi Fiqh dinyatakan,
لا خلاف بين الفقهاء في أنه إذا اجتمع رجال، وصبيان، وخناثى، ونساء، في صلاة الجماعة، تقدم الرجال، ثم الصبيان، ثم الخناثى، ثم النساء
Tidak ada perselisihan diantara ulama bahwa apabila ada berbagai macam makmum, mulai dari lelaki, anak-anak, banci, dan wanita dalam shalat jamaah, maka lelaki dewasa di depan, kemudian anak-anak, kemudian banci, kemudian wanita. (al-Mausu’ah al-Fiqhiyah, 20/25).
Banci di posisikan antara lelaki dan wanita, karena banci berpeluang untuk menjelma menjadi kedua jenis itu. Dia bisa menjadi lelaki dan bisa menjadi wanita. Sehingga jenis kelaminnya ada dua kemungkinan, bisa lelaki, bisa wanita.
Mengingat lelaki dewasa tidak boleh diimami wanita, jumhur ulama berpendapat,
Banci tidak boleh mengimami lelaki, karena ada kemungkinan dia wanitaBanci tidak boleh menjadi imam sesama banci, karena ada kemungkinan si imam wanita sementara si makmum lelaki.Banci boleh mengimami wanita. Karena wanita boleh menjadi imam wanita.
Dalam kitabnya al-Muhadzab, as-Saerozi – ulama Syafiiyah – mengatakan,
ولا تجوز صلاة الرجل خلف الخنثى الْمُشْكِلِ لِجَوَازِ أَنْ يَكُونَ امرأة, ولا صلاة الخنثى خلف الخنثى لِجَوَازِ أَنْ يَكُونَ الْمَأْمُومُ رَجُلًا وَالْإِمَامُ امرأة
Seorang lelaki tidak boleh shalat di belakang banci yang belum jelas, karena memungkinkan dia wanita. Banci tidak boleh shalat di belakang banci, karena bisa jadi makmumnya lelaki sementara imamnya wanita. (al-Muhadzab, 1/97).
Bahkan dalam madzhab Syafiiyah, makmum lelaki yang shalat di belakang banci karena tidak tahu, maka jika dia tahu, dia wajib mengulangi shalatnya. an-Nawawi mengatakan,
وان صلي رجل خلف خنثى أو خنثى خلف خنثي ولم يعلم انه خنثى ثم علم لزمه الاعادة
Jika ada lelaki yang shalat di belakang banci, atau banci shalat di belakang banci, karena tidak tahu bahwa dia banci, kemudian dia tahu, maka dia wajib mengulangi shalat. (al-Majmu’, 4/255).
Ketiga, banci kelainan mental
Melengkapi pembahasan di atas, banci karena kelainan mental.
Sejatinya dia hanya memiliki satu kelamin, lelaki. Dia lahir dan besar sebagai lelaki. Namun dia memiliki kecenderungan meniru gaya wanita. Bolehkah manusia semacam ini jadi imam?
Banci jenis ini ada dua macam,
Jenis pertama, banci yang dibuat-buat. Dia lelaki yang normal fisik dan mental, memiliki kecenderugan tertarik kepada lawan jenis (wanita). Namun dia sengaja meniru gaya wanita, bisa karena komunitas, atau karena tuntutan ngamen.
Banci jenis ini tergolong orang fasik. Dia melakukan dosa besar, karena tasyabbuh (meniru) wanita.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau mengatakan,
لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُتَشَبِّهِينَ مِنْ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ وَالْمُتَشَبِّهَاتِ مِنْ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat para lelaki yang meniru-niru kebiasaan wanita dan para wanita yang meniru-niru kebiasaan lelaki.” (HR. Bukhari 5885)
Sengaja meniru kebiasaan wanita, dan bahkan bangga dengan perbuatannya, menjadikan dirinya orang fasik. Tentang hukum, apakah dia boeh jadi imam, dijelaskan dalam Ensiklopedi Fiqh,
أما المتخلق بخلق النساء حركة وهيئة، والذي يتشبه بهن في تليين الكلام وتكسر الأعضاء عمدا، فإن ذلك عادة قبيحة ومعصية ويعتبر فاعلها آثما وفاسقا. والفاسق تكره إمامته عند الحنفية والشافعية، وهو رواية عند المالكية. وقال الحنابلة، والمالكية في رواية أخرى، ببطلان إمامة الفاسق
Lelaki yang meniru gaya wanita, meniru gerakannya, meniru gemulai suaranya, dan sengaja berlenggak-lenggok, merupakan perbuatan tercela dan kemaksiatan. Pelakunya tergolong orang fasik. Sementara orang fasik, makruh menjadi imam menurut Hanafiyah, Syafiiyah, dan salah satu riwayat dalam Malikiyah. Sementara Hambali dan salah satu riwayat dalam madzhab Malikiyah, berpendapat bahwa statusnya jadi imam itu batal. (al-Mausu’ah al-Fiqhiyah, 11/63).
Jenis kedua, banci karena kelainan mental.
Dia fisiknya lelaki, tapi mentalnya ‘kecipratan’ karakter wanita, dan itu di luar kesengajaannya. Bicaranya gemulai, gayanya seperti wanita. Statusnya sama dengan lelaki, dan sah jadi imam.
Dinyatakan dalam Ensiklopedi Fiqh,
المخنث بالخلقة، وهو من يكون في كلامه لين وفي أعضائه تكسر خلقة، ولم يشتهر بشيء من الأفعال الرديئة لا يعتبر فاسقا، ولا يدخله الذم واللعنة الواردة في الأحاديث، فتصح إمامته، لكنه يؤمر بتكلف تركه والإدمان على ذلك بالتدريج، فإذا لم يقدر على تركه فليس عليه لوم
Banci karena kelainan karakter, yaitu lelaki yang suaranya gemulai, dan gayannya seperti wanita sejak kecil, sementara dia tidak dikenal suka melakukan perbuatan buruk, maka dia tidak dihitung orang fasik. Tidak tidak mendapatkan celaan dan laknat, seperti yang disebutkan dalam hadis. Sah jadi imam, namun dia diperintahkan untuk meninggalkan tradisi gaya kewanitaannya, dan berusaha mengobati dirinya secara bertahap. Jika dia tidak mampu, dia tidak dicela. (al-Mausu’ah al-Fiqhiyah.11/62)

08/03/2016

Gerhana

والحكمة في الكسوف تنبيه عباد الشمس والقمر على انهما مسخران مذللان ولو كانا الهين لدفعا النقص عن انفسهما ولما محى نورهما
Hikmah fenomena gerhana matahari dan bulan adalah peringatan kpd para penyembah matahari dan bulan bahwa keduanya (matahari rembulan) itu dapat ditaklukkan dan ditundukkan.
Jika matahari dan bulan adalah tuhan maka pastilah keduanya dapat menolak kekurangannya, dan cahayanya tidaklah dapat memudar pudar.
(Hasyiah Al-Bajuri 'ala Fathil Qarib Jilid I, hal 228).

Hebatnya Sholawat, Amalan Kyai Masduqie Mergosono


KH. Achmad Masduqie Mahfudz mempunyai pengalaman bagus dari tentang shalawat Nabi. Pada tahun 1956, pada waktu itu beliau masih menjadi murid SLTA di Jogjakarta. Suatu ketika beliau habis berkelahi dengan jin di sebuah masjid di Gandean, beliau kalah. Karena kalah, beliau selama tiga hari rasanya tetap ingin makan, tapi tidak bisa buang air. Di hari ke empat, tubuh beliau sudah panas sekali.  Di hari ke empat itu, beliau juga sempat pesan ke adiknya bahwa nanti kalau mati jangan dibawa pulang ke jepara dan dikubur di Jogja saja. Beliau berpesan begitu, karena beliau datang ke Jogja itu niatnya mondok.  Kalau nanti beliau wafat di Jogja dan dibawa pulang ke Jepara dan dikubur di Jepara, maka nanti hilang syahid-nya.

Ketika itu adik beliau berkata,” mari kita pergi ke kyai itu, kyai yang mas biasa ngaji di hari ahad”

Lalu beliau menerima ajakan adiknya. Pergilah beliau bersama adiknya dengan naik becak dan sampai di rumah pak kyai sudah jam satu malam. Pintu rumah kyai masih terbuka. Tapi jam segitu pak kyai sudah tidak bisa melayani tamu, karena kebisaan kyai ketika sudah lewat jam 10 malam, kyai sudah khusus ibadah kepada Allah saja. Masduqie muda-pun tertidur di rumah kyai itu. Baru saja jam 3 malam, beliau terbangun terasa mau buang air di rumah pak kyai itu. Setelah itu, puaslah beliau karena sudah bisa buang air.

Pagi hari, jam tujuh, beliau bisa ketemu dengan pak kyai. Badan beliau saat ketemu pak kyai panas sekali. Beliau berkata kepada pak kyai,” pak kyai, saya sakit”. Pak kyai hanya tersenyum. Ketika pak kyai tersenyum itu, panas beliau hilang.

Pak kyai dawuh,” mas, sampean gendeng mas”

Kok gendeng yai?”, tanya Masduqie muda

“Iya, wong bukan penyakit dokter, sampean kok bawa ke dokter, ya uang sampean habis. Pokoknya kalau sampean pengin sembuh, sampean tidak boleh pegang kitab apa saja”, jawab kyai.

Jangankan baca, pegang saja tidak boleh. Padahal pada saat itu, Masduqie muda dua bulan lagi akan mengikuti ujian akhir.

“ Yai, dua bulan lagi saya ujian, lho gimana saya kok enggak boleh pegang buku”, Masduqie muda matur kepada pak kyai.

Seketika itu pak kyai menanggapinya dengan marah-marah,” yang bikin kamu lulus itu gurumu? Apa bapakmu? Apa mbahmu?”

Pada hakikatnya Allah yai,” jawab kyai masduqie

“Lha iya gitu!” timpal pak kyai

“Lalu bagaimana syariatnya yai?” tanya Masdqie muda lagi.

“Tiap hari, kamu harus baca shalawat yang banyak” jawab kyai lagi.

Masduqie muda kembali bertanya,” banyak itu berapa yai?

Pak kyai-pun menjawab,” ya paling sedikit seribu, habis baca 1000 shalawat, minta dengan berkat shalawat yang saya baca, saya minta lulus ujian dengan nilai bagus.

Ya sudah, Masduqie muda tidak berani pegang kitab maupun buku, karena memang ingin sembuh. Paman beliau berkata marah-marah,” bagaimana kamu ini? dari jepara ke sini, kamu kok nggak belajar?” Masduqie muda tidak berani komentar apa-apa. Pokoknya karena beliau dilarang kyai untuk pegang kitab atau buku, beliau nurut saja.

Menjelang beliau ujian, pelajaran bahasa jerman, bukunya ternyata diganti oleh gurunya dengan buku yang baru. Karena masing dilarang pegang buku, maka beliau tetap taat pada kyai.
Setelah ujian, Masduqie muda dipanggil guru bahasa jerman.

Pak Guru: kamu her”
Masduqie muda: Berapa nilai saya pak?

Pak Guru: Tiga!
Masduqie muda: Iya pak. Kapan pak?

Pak Guru: Seminggu lagi 

Namun setelah seminggu, Masduqie muda tidak langsung mendatangi guru bahasa jerman, karena larangan pegang buku belum selesai.

Baru setelah selesai, Masduqie muda mendatangi pak guru.

Masduqie muda: Pak, saya minta ujian pak.
Pak Guru: Ujian apa?

Masduqie muda: Ya ujian bahasa jerman pak.
Pak Guru: Lha kamu bodoh apa?

Masduqie muda: Lho kenapa pak?
Pak Guru: Nilai delapan kok minta ujian lagi, kamu itu minta nilau berapa?

Masduqie muda: Lho, ya sudah pak, barang kali bisa nilau sepuluh.

Jadi angka 3, karena shalawat, mingkem menjadi angak 8. Setelah itulah, beliau tidak pernah meninggalkan baca shalawat. Itu satu pengalaman shalawat KH. Masduqie Mahfudz saat muda
*******************

Pengalaman shalawat beliau lagi, yakni ketika beliau harus dinas di Tarakan, Kalimantan Timur. Pada suatu hari, ada tamu jam 5 sore, dan bilang ke Kyai Masduqie,” saya disuruh oleh ibu, disuruh minta air tawar.” Kyai Masduqie mengaku bahwa saat itu beliau masih bodoh. Maka seketika itu beliau menjawab,”ya silahkan ambil saja, air tawar kan banyak itu di ledeng-ledeng itu.”

“Bukan itu pak, air tawar yang dibacakan doa-doa yang buat orang sakit itu pak”, si tamu berkata pada Kyai Masduqie. Beliaupun menjawab,” Ooo, kalau itu ya tidak bisa sekarang. Ambilnya harus besok habis sholat shubuh persis.”

Beliau menjawab begitu, karena beliau mau tanya istri beliau dulu perihal abah istri beliau yang sering nyuwuk-nyuwuk dan tanya doanya. Ternyata istri beliau tidak tau tentang doa yang dibaca abahnya di rumah. 

Padahal Kyai Masduqie sudah janji. Kebetulan, habis isya waktunya beliau harus wiridan membaca dalail, beliau menemukan hadits tentang shalawat. Inti hadits tersebut kurang lebih,” siapa yang baca shalawat sekali, Allah kasih rahmat sepuluh. Baca shalawat sepuluh, Allah kasih rahmat seratus. Baca shalawat seratus, Allah kasih rahmat seribu. Tidak ada orang yang baca shalawat seribu, kecuali Allah mengabulakn permintaanya.

Ketemulah hadits tersebut sebagai jawabnnya. Lalu belaiupun bangun malam hari, ambil air wudhu. Ambil air segelas, lalu membaca shalawat seribu kali. Allahumma shalli wa sallim ‘ala sayyidina Muhammad. Setelah beliau selesai membaca seribu shalawat, beliau berdoa,” Allahumaj’al hadzal ma’ dawa an liman syarabahu min jami’il amrodh”. Arti doa tersebut,” ya allah, jadikanlah air ini sebagai obat dari segalai penyakita bagi peminumnya”. Lalu meniumpakan ke air gelas dan baca shalawat satu kali lagi. Di pagi hari, diberikanlah air tersebut kepada orang yang memintanya tadi itu.

Setelah tiga hari, ada berita dari orang tersebut bahwa orang yang kena penyakit meminum air doa tadi itu sudah sembuh. Padahal sakitnya itu sudah empat bulan tidak sembuh. Dokternya sudah tidak sanggup menangani. Dokter telah menyarankan untuk mencari obat di luar. Lalu katanya Kyai Masduqie itu selama tiga hari mengelus-elus perutnya. Masa ngelus-ngelus perut? Padahal kan yang kena penyakit itukan perempuan. Selain itu, padahal Kyai Masduqie selama tiga hari di rumah saja. Berkat shalawat, penyakinya, sembuh.

Sejak itulah, di tempat Kalimantan timur itu, terkenal ada guru agama yang pinter nyuwuk. Ya Kyai Masduqie itu. Sampai penyakit apa saja, datang ke rumah beliau. Kalau tidak beliau bacakan shalawat, ya istri beliau mengambilkan air jeding, karena sudah dipakai untuk wudhu. Ya sembuh juga penyakitnya. Inilah pengalaman shalawat Kyai Masduqie ketika dinas di Kalimantan.

Suatu ketika, beliau harus ke Samarinda naik kapal milik pribadi Gubernur Bapak Aji Pangeran Tenggung Pranoto. Di tengah-tengah perjalanan laut, di Tanjung Makaliat kapalnya kena angin puting beliung. Maka goyang-goyanglah kapalnya. Kyai Masduqie sadar, wudhu, lalu naik ke atas kapal. Beliau ajak adzan malaikat yang penyebul angin itu. Lalu berhentilah angin tersebut. Itu pengalaman sholawat Kyai Masduqie.

Kalau ada penyakitnya aneh-aneh, datang ke Mergosono, insya Allah saya bacakan sholawat seribu kali, kalau ndak mempan sepuluh ribu kali, insya Allah qabul,” kata Kyai Masduqie saat pengajian di Majlis Riyadul Jannah.

“Berkat sholawat Nabi, sampean tahu sekarang, saya bangun pondok sampai tingkat tiga, nggak pernah minta sokongan dana masyarakat, mengeedarkan edaran, nggak pernah. Modalnya hanya sholawat saja. Uang yang datang ya ada juga, tapi nggak habis-habis. Itu berkat sholawat.” Lanjut Kyai Masduqie dalam pengajiannya.

Putra beliau Sembilan orang bisa membaca kitab semua, bisa sarjana semua. Modalnya itu adalah sholawat Nabi. Kalau putra beliau ada yang mau ujian, disamping putranya juga disuruh baca sholawat, beliau juga membacakan sholawat untuk kelancaran dan kesuksesan putranya yang mau ujian itu.
Kyai Masduqie dawuh,” berkat sholawat Nabi SAW, semua yang saya inginkan belum ada yang tidak dituruti....
oleh Allah. Belum ada permintaan yang tidak dituruti berkat sholawat Nabi itu. Semua permintaan saya terpenuhi berkat sholawat”.

Shollu ‘alan Nabi Muhammad!!!

Allahumma shalli wa sallim ‘ala sayyidina Muhammad.
______________________________

Ditulis berdasarkan pengajian KH. Achmad Masduqie Mahfudz di Majlis Riyadlul Jannah.
(mas Lut, PAC ANSOR Jombang Kota)