23/03/2016

Mbah Hamid SANG PENCIPTA KALIMAT PENUTUP PIDATO "


KH. AHMAD ABDUL HAMID KENDAL : SEJARAH DAN PENCIPTA KALIMAT PENUTUP  PIDATO "BILLAAHI TAUFIQ WAL HUDAYAH" dan  "WALLAAHUL MUWAFFIQ ILAA AQWAMITH THARIQ"

Saat menghadiri peringatan hari lahir (Harlah) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ke-46, Gus Dur diminta untuk memberikan sambutan oleh panitia.

Setelah berbicara panjang lebar, dan hendak menutup pidatonya, Gus Dur tanpa disadari akan mengucapkan kalimat "wabillahi taufiq wal hidayah", tapi tiba2 dia diam sejenak....

"Saya kok mau salah menyampaikan salam penutup, harusnya kan yg khas NU," ujarnya.

"Dulu ulama2 NU, sepakat menggunakan
wabillahi taufiq wal hidayah untuk ucapan penutup dan Nahdliyiin wajib mengikuti. Tapi setelah musim kampanye pemilu tahun 70-an, Golkar memakai ucapan itu untuk menutup setiap pidato kampanyenya." Tutur cucu pendiri NU ini.

Gus Dur kemudian menjelaskan tentang sejarah singkat kalimat penutup pidato khas warga NU yg masih digunakan sampai saat ini.

"Jadi Golkar minjem ‘ wabillahi taufiq wal hidayah’ dari NU dan belum dikembalikan hingga saat ini," lanjutnya, diikuti gelak tawa hadiri..

Sejarah dan Pencipta

Kalimat penutup pidato dan surat-menyurat khas warga NU sebelum salam penutupan. Arti harfiahnya: “Allah adalah Dzat yg memberi petunjuk ke jalan yg selurus2nya.” Istilah ini diciptakan oleh KH Ahmad Abdul Hamid dari Kendal, Jawa Tengah.

Sebelum menciptakan kalimat Wallahul muwaffiq ila aqwamit-tharieq, Kiai Ahmad telah menciptakan istilah Billahit taufiq wal-hidayah. Namun karena Billahit taufiq wal hidayah kemudian digunakan oleh hampir semua kalangan umat Islam, maka ia merasa kekhasan untuk orang NU tidak ada lagi.

Untuk itu ia menciptakan istilah baru, Wallahul muwaffiq ila aqwamit tharieq yg dirasakan cukup sulit ditirukan oleh orang non-NU.

KH Ahmad Abdul Hamid adalah salah satu ulama kharismatik di Jawa Tengah. Ia merupakan pengasuh Pondok Pesantren al-Hidayah dan Imam Masjid Besar Kendal. Karena peran dan ketokohannya, masyarakat Kendal menyebutnya sebagai “Bapak Kabupaten Kendal”.

Kiprah Kiai Ahmad, demikian panggilannya sehari2, di lingkungan NU dimulai dari tingkat daerah sampai PBNU. Beberapa posisi penting di NU yg pernah didudukinya adalah Rais Syuriyah PCNU Kabupaten Kendal, Wakil Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah, Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah (dgn Katib KH Sahal Mahfudz), dan terakhir sebagai Mustasyar PBNU. Ia juga tercatat sebagai distributor majalah Berita NO , yang terbit tahun 1930an. Dalam sebuah tulisan, Kiai Sahal Mahfudz menyebutkan bahwa Kiai Ahmad menyimpan dokumen-dokumen majalah NU seperti Buletin LINO ( Lailatul Ijtima' Nadhlatoel Oelama )

Kiai Ahmad termasuk sangat produktif menulis dan menerjemahkan kitab2. Kitab2nya umumnya ditulis dalam bahasa Jawa dengan tulisan Arab Pegon. Salah satu tulisannya yg cukup fenomenal adalah terjemahan Qanun Asasi Hadlratus Syech KH Hasyim Asy’ari yang ia terjemahkan atas permintaan Sekretaris Jenderal PBNU Prof. KH Saifudin Zuhri.

Terjemahan tersebut telah dimulai oleh KH Mahfud Sidiq, tetapi tidak selesai sehingga PBNU meminta Kiai Ahmad untuk menyelesaikannya. Terjemahan itu oleh Kiai Ahmad dinamakan " Ihyau Amalil Fudlala’ Fi Tarjamati Muqaddimatil Qanunil Asasi li-Jam’iyati Nahdlatil Ulama" .
KH Ahmad Abdul Hamid wafat pada 14 Februari 1998 bertepatan dengan 16 Syawal 1418 H. ( aman wae)

0 komentar:

Post a Comment