23/01/2017

RUTINAN OM RUTINAN

RUTINAN OM RUTINAN

Saat ngaji dalam rutinan Rijalul Ansor Sabtu malam Ahad Pahing di Masjid Agung Baitul Mukminin (21/1/2017),  Pengasuh PP Bahrul Ulum Tambakberas KH Irfan Soleh mengapresiasi para kader Ansor yang hadir. ’’Meskipun hujan masih ada yang mau datang, ini luar biasa. Berapapun yang datang, dan seperti apapun keadaannya, saya harap rutinan ini terus dijalankan. Caranya urip-urip Ansor dan NU itu ya melalui ngaji rutinan seperti ini,’’ paparnya.

Makanya di tiap ranting ada rutinan. Di tiap PAC ada rutinan. Di PC juga ada rutinan. ’’Semuanya harus terus berjalan,’’ pesannya.

Apalagi rutinan itu dilaksanakan di masjid. ’’Memakmurkan masjid merupakan salah satu sebab diberi Allah meninggal khusnul khotimah,’’ tuturnya disambut amin jamaah.

’’Orang masuk masjid belum melakukan apa-apa itu oleh Allah sudah ditambah imannya,’’ jelasnya.

Kewajiban memakmurkan masjid, kata Gus Irfan, hanya dibebankan kepada orang-orang beriman. Sebagaimana yang disebut dalam QS At Taubah 18. ’’Kader Ansor yang mau mendatangi dan melaksanakan kegiatan di masjid, sudah pasti termasuk orang-orang yang beriman,’’ paparnya

SAHABAT UMAR PERINTIS ANSOR

SAHABAT UMAR PERINTIS ANSOR

Saat ngaji dalam rutinan Rijalul Ansor  di Masjid Agung Baitul Mukminin Alun-alun Jombang Sabtu malam ahad pahing  (21/1/2017), KH Irfan Soleh menyebut bahwa Sahabat Umar bin Khotob merupakan perintis Gerakan Pemuda Ansor yang pertama.

"Sahabat Umar berkata, selama engkau berada disampingku wahai Rosulullah, engkau tidak akan mati." Maksudnya tidak akan ada orang kafir yang bisa menyakiti.

"Ansor dulu juga seperti itu. Menjadi pembela, penjaga dan pelindung  para kiai. Ansor saiki isik wani  ngunu ta? " tanya Gus Irfan.

SELEKTIF JAMAAH

SELEKTIF JAMAAH

Saat ngaji dalam rutinan Ahad pahing MWCNU Jombang Kota di halaman musola KH Ansori Syehah Tambakberas, (18/12/2016), KH Irfan Soleh menjelaskan pentingnya berjamaah. ’’Sampean ikut jamaah NU iku wis bener. Sebab nanti orang masuk surga itu berjamaah,’’ ucapnya lalu mengutip QS Azzumar 73.

’’Sampean iso ngalim tur ahli ibadah koyok Mbah Wahab, koyok Mbah Hasyim? Ora iso. Awake dewe jelas ora iso koyok Mbah Wahab, koyok Mbah Hasyim. Lha isone mlebu suwargo yo melok rombongane,’’ tuturnya.

NU, kata Gus Irfan, didirikan oleh para ulama. Semua ajarannya diwarisi para ulama dari Nabi Muhammad SAW. Melalui sahabat, tabiin, tabiit tabiin, hingga para wali termasuk wali songo.

Ikut NU, sama dengan mengikuti jalan orang-orang mukmin sebagaimana disebut dalam QS Annisa 115. Yakni jalan ulama mayoritas atau sawadil a’dzom.


Kita tidak boleh mengikuti jalan mayoritas manusia yang tidak beriman. Sebagaimana disebut dalam QS Al An’am 116. Namun kita diharuskan memilih sawadil a’dzom yakni jalan orang-orang beriman yang mayoritas sebagaimana disebut QS Annisa 115.
(Lutfi Ridho)

BAROKAH TIKAR

BAROKAH TIKAR


Saat ngaji rutin tamasaktum di masjid Ar Roudoh Tugu Sabtu (7/1/2017), Pengasuh PP Assaidiyah 2 Bahrul Ulum Tambakberas yang juga Rois Syuriah MWCNU Jombang Kota, KH Ahmad Hasan menjelaskan tafsir QS Attur 21. Bahwasannya orang beriman yang memiliki anak cucu beriman, kelak akan dikumpulkan di surga. ’’Hubungan orang tua dan anak ini tidak hanya didasarkan pada hubungan darah. Tapi juga nasab keilmuan, atau guru dengan murid,’’ jelasnya.

Kelak, murid yang beriman mengikuti gurunya, juga akan dikumpulkan bersama-sama di surga.


Ayat ini, sekaligus menjelaskan adanya hubungan timbal balik  antara orang tua dan anak. Antara guru dan murid. Jika orang tua nirakati anak atau murid, maka anak dan muridnya bisa baik. Ketika anak dan murid menjadi baik, maka orang tua dan gurunya memperoleh tambahan kebaikan. Saat anak atau murid berbuat kebaikan, maka orang tua dan gurunya mendapat bagian kebaikan tanpa mengurangi pahala sang anak atau murid.


Kiai Hasan lantas cerita penjual tikar yang bernama Pak Mansur asal Madura. Pak Mansur ini sangat memuliakan kiai. ’’Karena yang dimiliki hanya tikar, Pak Mansur ini sering tabarukan dengan memberi tikar kepada kiai,’’ tuturnya.

Putra Pak Mansur ini lantas menjadi kiai besar. Dia adalah KH Tolhah Mansur, pendiri IPNU. Kiai Tolhah Mansur ini diambil menantu KH Wahib putra KH Wahab Chasbullah. Kiai Tolhah Mansur ini punya anak salah satunya Romahurmuzy yang sekarang menjadi ketua PPP pusat.


Kiai Hasan juga cerita seorang wali asal Madura. Awalnya, beliau ini orang biasa. Setiap haulnya Raden Ibrahim alias KH Syamsul Arifin ayahnya KH As’ad Syamsul Arifin, dia selalu mengirim sapi. Nah, KH Syamsul Arifin ini seorang wali. ’’Loh, karena memuliakan KH Syamsul Arifin dengan selalu ngirim sapi setiap haulnya, orang ini akhirnya juga jadi wali,’’ jelasnya.


Ini klop dengan yang disampaikan KH Qoyyum Mansur saat haul KH Bisri Syansuri Denanyar rejeb 2016. Bahwa banyak orang biasa jadi kiai karena orang tuanya memuliakan kiai. Banyak kiai anaknya jadi orang biasa karena ngelokno wong bodo.  Kiai mbarokahi, wong bodo malati. 


Saat ngaji Ihya Ulumuddin juz IV  bab mukasyafah di KH Taufiqurahman Muchid PP Sunan Ampel, ternyata memang ada bagian yang menceritakan ini. Imam Ghozali dawuh, kalau belum bisa mukasyafah, cintailah orang-orang yang mukasyafah, menowo-menowo Allah membuka hatimu sehingga bisa mukasyafah.
(Lutfi Ridho)

WALI DUDUK

WALI DUDUK


Kamis (12/1/2017), menjadi hari yang istimewa.


Pagi pukul 06.00-07.00 saat ngaji Ihya Ulumuddin di PP Sunan Ampel, KH Taufiqurrahman Muchid menceritakan Abu Ja’far al-Karabi al- Baghdadi, gurunya Syekh Junaid al-Baghdadi. Suatu hari dia diundang makan seseorang lebih dari empat kali dan terus menghindar.


Beliau ini rupanya tidak suka diagungkan orang. Dia pun berupaya menutupi kemuliaannya. Dia masuk pemandian. Kemudian memakai baju bagus yang dilepas pemiliknya. Setelah memakai baju itu, al-Karibi berjalan pelan-pelan. Otomatis diteriaki pencuri dan ditangkap. Sejak itu dia digelari pencuri pemandian. Sehingga tak ada lagi orang sowan.


Itulah salah satu sifat walinya Allah.


Siang pukul 08.30-09.00, pengasuh PP Al-Madinah Denanyar KH Najib Muhammad saat ngaji di Polres Jombang menjelaskan QS Alquraisy yang berisi empat ayat. Intinya, untuk tegaknya negara butuh kekuatan pangan/ekonomi dan keamanan. Makanya perkenomian dan TNI/Polri harus kuat. Dan untuk itu, butuh beking Allah yang maha kuat. Sebab Allah lah yang maha menjamin kecukupan rezeki dan keamanan.


Walinya Allah, hanya mencari Allah.


Malam pukul 21.00-23.00, saat pengajian malam Jumat Gus Lik Kediri di Polres Jombang yang digelar PG GP Ansor Kabupaten Jombang bersama Polres, saya kaget.


Ditengah acara, seseorang dengan celana komprang hitam yang diwingkis diatas mata kaki, dengan baju koko hitam dan tanpa kopiah, tanpa serban naik panggung utama dengan menunduk.


Dengan menundukkan tubuhnya dia menyalami para Kapolsek yang duduk di barisan kedua. Saking menunduknya saat salaman, seperti hendak mencium tangan para Kapolsek tersebut.


Saat MC yang merupakan penasehat GP Ansor H Muhdlor mempersilahkan Gus Lik, orang tersebut maju ke dampar yang disediakan. Selama ceramah, beliau terus menunduk. Sama sekali tidak menyentuh mik. Terlihat sangat tawadlu.


Ayat-ayat Quran mengalun dengan fasih dari mulutnya. Kedalaman ilmunya benar-benar terlihat. Sebagai ulama, welas asihnya kepada umat benar-benar terasa.
Ribuan jamaah secara khusyu menyimak tausiahnya dengan berdiri memegang payung.
Jalanan mulai lampu merah RSUD sampai lampu merah tugu malam itu penuh dengan parkir mobil.


Agar negara kita terhindar bencana, Gus Lik memberikan dua resep yang disebut dalam QS Al-Anfal 33. Pertama, bersama Rosulullah. ’’Agar kita bisa awor (gumbul) Rosulullah, harus banyak baca salawat,’’ jelasnya.


Kedua, banyak istigfar. ’’Mustagfirin niku terus menerus maos istigfar,’’ jelasnya.


Dalam tausiahnya, Gus Lik menuturkan, orang Jawa itu hanya menang adab. Menang totokromo. Sehingga inilah yang harus dijaga.

’’Kalau maknani ’’na-ma Rosulullah’’, para kiai niku mboten wantun muni ’’turu sopo Rosulullah’’. Mesti; sare sopo Rosulullah,’’ jelasnya.


Sare itu kata tidur yang paling halus setelah turu dan tilem.


’’Adab inilah yang nanti membuat kita masuk surga,’’ jelasnya.


’’Kalau sekarang pun kita kehilangan adab, lalu dengan apa lagi kita akan masuk surga???’’
(Lutfi Ridho)

VIRUS KONCO

VIRUS KONCO

Saat ngaji di majelis Riyadun Nabawi Tugu Jombang, Jumat  (13/1/2017), Gus Karim Mayangan mengingatkan dawuh Iman Ghozali di kitab tanbihul ghofilin. "Muasarah muasiroh pergaulan itu nulari," tuturnya.

1. Gaul dengan orang kaya. Membuat kita tertular virus terlalu mencintai dunia.  Karena biasanya yg dibahas soal koleksi harta.

2. Gaul dengan orang miskin. Membuat kita semakin bersyukur dan ridlo. Sebab yg dibahas biasanya keterbatasan nya. Sehingga kita makin tahu anugerah yang diberikan Allah kepada diri kita.

3. Gaul dengan penguasa. Membuat kita ketularan virus sombong dan keras hati. "Salah satu ciri ulama dunia adalah suka gumbul penguasa untuk mendapatkan sesuatu. Bukan untuk nuturi, " jelasnya.

4. Gaul dengan wanita. Membuat kita bertambah  bodoh dan syahwat.

5. Gaul dengan bocah. Membuat kita bertambah senang main2 dan guyon.

6. Gaul dengan orang fasik yg agamanya rusak atau meremehkan agama. Membuat kita berani melakukan dosa dan malas bertaubat.

7. Gaul dengan orang solih. Membuat kita senang beribadah.

8. Gaul dengan ulama. Membuat kita bertambah ilmu dan wirai. "Walaupun yang disampaikan ulama itu bukan qoul ulama, bukan hadits, bukan Quran, tetaplah inti  ketiganya itu. Sebab setiap harinya ulama selalu mengkaji ketiganya," tuturnya.

Gus Karim lalu menutup tausiahnya dengan mengutip QS Attaubah 119.

Hai orang-orang beriman bertakwalah kepada Allah  dengan cara  bergaulah  dengan orang-orang yg baik.

Wakunu maassodiqin.

Kunu itu amr. Al aslu fil amr lil wujub.
(Lutfi)

MASUKNYA BELANDA KE JOMBANG

MASUKNYA BELANDA KE JOMBANG (Mengenang Akhir Desember 1948) 

M. Fathoni Mahsun


 Tanggal 29 Desember 1948 menjadi sangat penting artinya bagi Jombang. Karena ini merupakan awal dari huru-hara besar bernama agresi Belanda ke II. Kelak, sejak tanggal tersebut terjadi beberapa kali perang, baik dalam skala besar yang mengakibatkan banyak korban jiwa, atau dalam skala kecil. Generasi saat ini mungkin tidak banyak yang tahu bahwa di hampir seluruh jengkal tanah di Jombang pernah terjadi perang. Masuknya Belanda ke Jombang sebenarnya sudah diantisipasi jauh-jauh hari.  Bahkan sejak beberapa hari setelah merdeka. Karena dengan kalahnya Jepang oleh sekutu, maka bisa diramalkan bahwa Sekutu akan mengambil alih Indonesia. Dan bagian dari anggota Sekutu adalah Belanda. Maka tindakan antisipasi yang dilakukan setelah merdeka adalah, membentuk angkatan perang bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR). Pembentukan BKR ini diperintahkan langsung oleh Presiden Soekarno dan diberlakukan di seluruh wilayah Indonesia. Di Jombang dipimpin oleh mantan Cudancho PETA, Kretarto, yang kemudian berpangkat letnan kolonel. BKR ini dikemudian hari berubah nama menjadi TKR, TRI, lalu TNI. BKR pimpinan Kretarto ini lah yang merupakan cikal-bakal KODIM Jombang saat ini. Pembentukan BKR mendapat momennya ketika terjadi peristiwa 10 November 1945 di Surabaya. Ketika itu partisipasi masyarakat untuk mendaftar menjadi prajurit sangat besar, baik yang langsung mendaftar melalui BKR, atau yang mendaftar lewat badan kelasykaran, terutama melalui Hisbulloh. Dalam catatan sejarah yang penulis dapatkan, satu kali masa pendaftaran saja, Hisbulloh menerima 4000 pendaftar. Namun karena keterbatasan tenaga pelatih dan logistik, maka yang diterima hanya 1000 orang saja. Pada akhirnya suatu hari kelak, sebagian anggota Hisbulloh tersebut digabungkan dalam TRI sebanyak satu batalyon. Masuknya Belanda ke Jombang diawali mendaratnya Belanda di pantai Gelondong dekat Tuban, pada 18 Desember 1945. Beberapa antisipasi dilakukan oleh BKR pimpinan Kretarto, untuk menahan gerak Belanda masuk ke Jombang. Namun sebelum masuk ke Jombang, di Mantub dan Ngimbang sudah ada pasukan yang didrop dari berbagai daerah di Jawa Timur, untuk menghalau pergerakan Belanda. Walau akhirnya pertahanan yang dibangun pasukan tersebut jebol. Mendapati keadaan demikian, selain menempatkan pasukan untuk menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi, sebelum Belanda benar-benar merengsek ke Jombang, maka di Ploso diadakan bumi hangus pada tanggal 20 Desember 1948. Diantara yang dibumihanguskan adalah jembatan-jembatan, pasar, serta tempat-tempat penting. Menurut saksi sejarah yang penulis temui, pasar Kabuh termasuk yang dibumihanguskan, dengan cara dibakar habis. Penempatan pasukan di sebelah utara Jombang, bertempat di sekitar pasar Kabuh dan Ploso. Diantaranya pasukan di bawah pimpinan Lettu Indon, batalyon Djarot Subianto, dan batalyon Darmosugondo. Markas Darmosugondo ketika itu bertempat di sebuah rumah di barat pasar Kabuh. Sebelum ditugaskan menghalau Belanda dari arah Tuban, pada tahun 1947, Darmosugondo ditugaskan menghalau Belanda dari arah Gempol Kerep. Ketika itu Darmosugondo memerintahkan anak buahnya yang bekerjasama dengan masyarkat membuat kali di utara Brantas, membujur ke utara mendekati kali Marmoyo. Sedangkan markasnya bertempat di Kudu. Namun pasukan-pasukan yang ditempatkan di Kabuh  dan Ploso itu, akhirnya tidak bisa menahan pergerakan pasukan Belanda dari arah Tuban yang dikawal pesawat dan kendaraan lapis baja. Pasukan TNI  di Kabuh dan Ploso akhirnya mundur ke desa Rapahombo, Pojok Klitik dan Jipurapah, bersamaan dengan jatuhnya Ploso pada tanggal 25 Desember 1948. Perang-perang berikutnya akhirnya dilakukan dengan menggunakan strategi gerilya, bukan lagi dengan cara frontal, karena kalah unggul dalam persenjataan. Mengetahui pertahanan di Kabuh dan Ploso Jebol, maka pada 26 Desember 1948, di dalam kota Jombang dilakukan bumi hangus. Tempat-tempat penting sebisa mungkin dihancurkan dengan cara dibom agar tidak bisa dimanfaatkan Belanda. Diantara tempat-tempat penting yang dibumihangsukan itu adalah, pendopo kabupaten, pasar-pasar, kantor-kantor pemerintahan, jembatan-jembatan, pabrik-pabrik gula (dulu di Jombang ada 10 pabrik gula, yang 8 dibumihanguskan), RS Mojowarno, dan lain-lain. Sementara itu di timur Jombang, sudah diperintahkan pasukan untuk mengganggu Belanda yang ketika itu sudah menguasai Mojokerto. Diantaranya adalah batalyon Bambang Yuwono yang bermarkas di Mojoagung, kebagian menyerang Pugeran dan Mojosari. Batalyon Soetjipto dan Mansyur Solikhi menyerang Pacet. Batalyon Mobile Brigade pimpinan Mayor tituler Soetjipto Danukusumo, menyerang Dinoyo. Namun, usaha yang sedemikian rupa itu, ternyata tidak mampu menghalau pergerakan Belanda ke Jombang. Belanda merengsek ke Jombang dari utara dan timur sekaligus. Walhasil tanggal 29 Desember 1948 Jombang jatuh ke tangan Belanda. Yang notabene setelah perjanjian Renville, merupakan daerah RI paling timur. Di timurnya lagi, yaitu Mojokerto sudah merupakan daerah kuasaan Belanda.

20/01/2017

Limolasan Bulan Januari 2017

Acara LIMOLASAN kegiatan rutin PAC GP. Ansor Jombang Kota, Ahad 15 Januari 2017 jam 19.30 di Mushola Al-Fallah (depan SMA Muhamadiyah).

Tema :
"Pemberdayaan Ekonomi dan Peluang Modal Usaha bagi Anggota PAC GP. Ansor Jomkot".

Narasumber 1. Direktur BMT Sidogiri Cab. Jombang,
- Anggota PAC Jombang Kota dapat diberikan pinjaman usaha dr BMT Sidogiri Cabang Jombang, diharapkan peluang modal ini bisa diambil manfaatnya oleh anggota PAC Ansor Jombang Kota.
- Pinjaman modal usaha bagi Anggota PAC dengan melampirkan rekomendasi dari ketua PAC Ansor Jombang Kota hingga 1 juta rupiah dan dapat diangsur saat acara rutin rijalul ansor saat limolasan.
- Akad pembiayaan ini sangat lunak dan mudah melalui akad yang syar'i dengan latar belakang dari konsepsi pondok pesantren sidogiri Pasuruan.
Ujroh yg diterima dr nasabah ditasarrufkan untuk zakat, pembangunan pondok pesantren dan kegiatan keagamaan lainnya Santunan kepada fakir miskin dan sosial lainnya.

Kordinator BRIS Enterprenur Kec. Jombang.
1. Program keummatan BRIS di Jombang dalam membangun jaringan ekonomi mandiri difokuskan pd pembangunan ekonomi warga nahdhiyyin.
2. Warga PAC Ansor Jombang Kota diberikan peluang usaha terutama dibidang usaha sembako, terutama beras, minyak goreng dan gula.
3. Mapping kebutuhan warga nahdhiyyin diperkirakan kebutuhan berasnya 20 Kg per orang per bulan.
4. Hal ini sebagai wujud perlawanan penjajahan ekonomi dimulai dari kelompok kecil di PAC dengan menghindari belanja di pasar modern (mart).
5. Sahabat-sahabat Ansor diberikan hak untuk membentuk kelompok-kelompok kecil di desa-desa untuk mendistribusikan kebutuhan pokok masyarakat ini guna kemandirian ekonomi masyarakat (iso dodolan) di sekitar rumah masing-masing.
6. Program ini disamping untuk memenuhi kebutuhan sembako masyarakat sekitar kita juga sebagai media bisnis tanpa modal bagi anggota PAC Ansor Jombang Kota.

( Lutfi Ridho)

08/01/2017

NABI MUSA NYARIS DICORET JADI NABI

NABI MUSA NYARIS DICORET JADI NABI

Saat ngaji dihadapan ibu-ibu Bhayangkari di Polres Jombang, Jumat (6/1/2017), Pengasuh Pesantren Al-Amanah Bahrul Ulum Tambakberas, KH Abdul Kholiq Hasan menjelaskan QS Annisa 36. Ayat itu ditutup dengan penegasan bahwa Allah tidak suka dengan orang sombong, congkak dan merasa lebih baik dibanding yang lain. Beliau lantas cerita Nabi Musa. ’’Nabi Musa pernah diperintah Allah mencari makhluk yang lebih hina,’’ ungkapnya. Ketemu orang tua, Nabi Musa berprasangka bahwa orang tua itu lebih baik karena hidup lebih lama sehingga amalnya lebih banyak. Ketemu anak muda, Nabi Musa berprasangka anak muda dosanya lebih sedikit karena usia hidupnya lebih sedikit. Ketemu orang sakit lepra. Nabi Musa berprasangka orang itu lebih baik. Karena jika sabar dengan sakitnya, orang itu mulia dihadapan Allah. Nabi Musa lalu ketemu anjing kudisan. Nabi Musa sempat berpikir bahwa anjing itu lebih jelek darinya. Nabi Musa lantas tersadar. Bahwa sejelek apapun anjing, tak akan dihisab di akhirat. Dengan demikian, bisa jadi anjing lebih mulia dihadapan Allah karena tak punya dosa sama sekali. Alhasil, Nabi Musa kembali tanpa membawa satupun makhluk yang dianggap lebih jelek dari dirinya. ’’Allah lalu berkata, seandainya kamu membawa satu saja makhluk yang kamu anggap lebih buruk, niscaya kamu Saya coret jadi Nabi karena merasa lebih baik dibanding yang lain,’’ pungkasnya. 
 (Lutfi Ried)

04/01/2017

KYAI ISMAIL dan KESAKTIAN GUS KHOLIQ TEBUIRENG

KYAI ISMAIL dan KESAKTIAN GUS KHOLIQ TEBUIRENG

Saat rutinan PAC GP Ansor Kecamatan Jombang Kota, di Musala Al-Falah, Jumat, (16/12/2016), aktivis Banser Kabupaten Jombang Moh Lutfi Ridlo, yang saat ini menjabat sebagai Kepala biro Perencanaan Pendidikan dan Latihan Satkoorcab Banser Jombang. Dia cerita tentang kesaktian Gus Kholiq, salah satu putra KH Hasyim Asy’ari Tebuireng. ’’Cerita ini disampaikan Abah saya H.Machsusin bin Baidlowi yang mendengar kesaksian langsung dari Kiai Ismail Kasembon,’’ tuturnya. Kiai Ismail ini peladennya Gus Kholiq. Jelang wafat, KH Hasyim Asy’ari seperti sudah merasa. Dia pun mengumpulkan putra-putrinya. Salah satu putri beliau yakni Bu Nyai Khoiriyah saat itu masih muqim di Makkah. Kiai Hasyim lantas memanggil Gus Kholiq dan disuruh segera menjemput Nyai Khoiriyah. Saat itu, Kiai Ismail berada di kamar Gus Kholiq. ’’Saat Gus Kholiq dipanggil, Kiai Ismail sedang menyelesaikan pekerjaan rutinnya membersihkan rumah, Gus Kholiq hanya manthuk dan berkata Inggih Bah saat diperintah Mbah Hasyim Asy'ari,tanpa kalimat tambahan apapun. Lalu Gus Kholiq memanggil Kyai Ismail, Kang tulung sumetno bakhur (menyan arab), lalu Kyai Ismailpun bersembunyi dibawah dipan,’’ tuturnya. Sehingga beliau melihat aktivitas Gus Kholiq di dalam kamar. Setelah dipanggil Kiai Hasyim, Gus Kholiq kembali masuk kamar. Beliau lantas shalat dua rakaat. Lantas berdoa. ’’Tidak lama kemudian kamar terasa horeg (bergetar hebat). Lalu muncul macan putih diiringi dengan gemuruh angin. Gus Kholiq lantas pergi menaiki punggung macan tersebut,’’ paparnya. Tak lama kemudian, Gus Kholiq sudah datang di Tebuireng bersama Bu Nyai Khoiriyah yang dijemput di Mekkah. Cerita ini disampaikan Cak Lutfi di musala Al-Falah yang berada tepat di depan rumah tokoh Muhammadiyah KH Muchid Jaelani. Saya pun jadi ingat cerita yang disampaikan KH Muchid Jaelani. Beliau sempat cerita, pertama kali datang ke Jombang dari Malang adalah untuk nyantri di Tebuireng. Saat itu masih jaman Gus Kholiq. ’’Mulut saya ini pernah diludahi Gus Kholiq,’’ kata Kiai Muchid. ’’Sopo wani nglepeh, ya ditelan,’’ lanjutnya. Sejak itu, beliau bisa membaca sendiri kitab-kitab kuning meskipun yang belum diajarkan.. (leeried@gmail.com arek sambongdukuh Jombang)