23/01/2017

WALI DUDUK

WALI DUDUK


Kamis (12/1/2017), menjadi hari yang istimewa.


Pagi pukul 06.00-07.00 saat ngaji Ihya Ulumuddin di PP Sunan Ampel, KH Taufiqurrahman Muchid menceritakan Abu Ja’far al-Karabi al- Baghdadi, gurunya Syekh Junaid al-Baghdadi. Suatu hari dia diundang makan seseorang lebih dari empat kali dan terus menghindar.


Beliau ini rupanya tidak suka diagungkan orang. Dia pun berupaya menutupi kemuliaannya. Dia masuk pemandian. Kemudian memakai baju bagus yang dilepas pemiliknya. Setelah memakai baju itu, al-Karibi berjalan pelan-pelan. Otomatis diteriaki pencuri dan ditangkap. Sejak itu dia digelari pencuri pemandian. Sehingga tak ada lagi orang sowan.


Itulah salah satu sifat walinya Allah.


Siang pukul 08.30-09.00, pengasuh PP Al-Madinah Denanyar KH Najib Muhammad saat ngaji di Polres Jombang menjelaskan QS Alquraisy yang berisi empat ayat. Intinya, untuk tegaknya negara butuh kekuatan pangan/ekonomi dan keamanan. Makanya perkenomian dan TNI/Polri harus kuat. Dan untuk itu, butuh beking Allah yang maha kuat. Sebab Allah lah yang maha menjamin kecukupan rezeki dan keamanan.


Walinya Allah, hanya mencari Allah.


Malam pukul 21.00-23.00, saat pengajian malam Jumat Gus Lik Kediri di Polres Jombang yang digelar PG GP Ansor Kabupaten Jombang bersama Polres, saya kaget.


Ditengah acara, seseorang dengan celana komprang hitam yang diwingkis diatas mata kaki, dengan baju koko hitam dan tanpa kopiah, tanpa serban naik panggung utama dengan menunduk.


Dengan menundukkan tubuhnya dia menyalami para Kapolsek yang duduk di barisan kedua. Saking menunduknya saat salaman, seperti hendak mencium tangan para Kapolsek tersebut.


Saat MC yang merupakan penasehat GP Ansor H Muhdlor mempersilahkan Gus Lik, orang tersebut maju ke dampar yang disediakan. Selama ceramah, beliau terus menunduk. Sama sekali tidak menyentuh mik. Terlihat sangat tawadlu.


Ayat-ayat Quran mengalun dengan fasih dari mulutnya. Kedalaman ilmunya benar-benar terlihat. Sebagai ulama, welas asihnya kepada umat benar-benar terasa.
Ribuan jamaah secara khusyu menyimak tausiahnya dengan berdiri memegang payung.
Jalanan mulai lampu merah RSUD sampai lampu merah tugu malam itu penuh dengan parkir mobil.


Agar negara kita terhindar bencana, Gus Lik memberikan dua resep yang disebut dalam QS Al-Anfal 33. Pertama, bersama Rosulullah. ’’Agar kita bisa awor (gumbul) Rosulullah, harus banyak baca salawat,’’ jelasnya.


Kedua, banyak istigfar. ’’Mustagfirin niku terus menerus maos istigfar,’’ jelasnya.


Dalam tausiahnya, Gus Lik menuturkan, orang Jawa itu hanya menang adab. Menang totokromo. Sehingga inilah yang harus dijaga.

’’Kalau maknani ’’na-ma Rosulullah’’, para kiai niku mboten wantun muni ’’turu sopo Rosulullah’’. Mesti; sare sopo Rosulullah,’’ jelasnya.


Sare itu kata tidur yang paling halus setelah turu dan tilem.


’’Adab inilah yang nanti membuat kita masuk surga,’’ jelasnya.


’’Kalau sekarang pun kita kehilangan adab, lalu dengan apa lagi kita akan masuk surga???’’
(Lutfi Ridho)

0 komentar:

Post a Comment