01/05/2016

Habib Lutfi Bin Yahya: Syariat, Tarekat, Hakekat dan Ma'rifat

Tidak benar jika mengaku bertarekat tetapi meninggalkan syariat, karena tarekat adalah buah dari syariat. Jadi, kalau bertarekat harus melalui pintunya dahulu, yaitu syariat.
Syariat lah yang mengatur kehidupan kita, dengan menggunakan hukum. Dari mulai akidah, keimanan, keislaman, sehingga kita beriman kepada ALLAH, Malaikat, Kltab ALLAH, Rasul, hari akhir serta takdir baik dan buruk. Dan syariat pula mengetahui rukun Islam, yaitu dua kalimat syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji. Serta keutamaan shalat, juga hubungan antara manusia, seperti jual-bell, pernikahan, dan lain-lainnya.

Setelah menjalankan syariat dengan balk, kita bertarekat, sebagai jalan menuju kepada ALLAH ﷻ. Jadi, jika diartikan secara sederhana jalan menuju kepada ALLAH disebut tarekat. Bertarekat perlu dibimbing oleh para Mursyid, yang akan mengantar murid darl mengerti sampai mengenal ALLAH hingga nantinya "dikenal" ALLAH ﷻ, yang artinya dekat dan disayang oleh ALLAH ﷻ. Amalan utama tarekat adalah berdzikir.

Dan juga, yang juga perlu dipahami, pengertlan tarekat tidak terbatas hal itu. Yang dltuntut oleh tarekat di jalan ALLAH adalah perilaku yang mulia dari para pengikut tarekat. Terutama mem-bersihkan kotoran-kotoran yang ada dl dalam batin dan lahirnya, sehingga secara lahir dan batin kita bersih dalam menuju ke jalan ALLAH.

Sebagai contoh berwudhu. Wudhu adalah peraturan syariat, guna menjalankan shalat dan lain-lainnya. Biasanya kita hanya berwudhu untuk mendapatkan keutamaan wudhu, serta sebagai syarat untuk menjalankan shalat.
Sedangkan tarekat menuntut buah (hasil) dari wudhu di dalam kehidupan kita. Berapa kali kita membasuh muka ketika berwudhu, berapa kali kita membasuh tangan setiap hari untuk menjalankan ibadah. Dari situ kita coba aplikasikan dalam kehldupan kita masing-maslng.
Darl hasil wudhu, kita cari buahnya yaitu lebih berakhlak, lebih rendah hati, lebih beradab, sehingga ada peningkatan dari hari ke hari. Itulah buahnya (hasilnya), sehingga kita semakin dekat kepada ALLAH. Sebab, justru di hadapan ALLAH, kita semakin menundukkan kepala. Karena semua itu adalah pemberian-NYA semata-mata. Kalau bukan karena pemberian-NYA, bagaimana bisa mengerti segala yang kita miliki ini.

Begitu juga, kita pun diberi pemahaman oleh ALLAH terhadap junjungan kita Nabi Muhammad ﷺ atas limpahan rahmat kepadanya, sehingga kita menjadi pengikutnya yang setia. Untuk itulah kita selalu memuji Rasulullah ﷺ dengan tujuan supaya kita lebih dekat kepada Rasulullah. Dengan begitu, sosok Rasulullah akan menjadi idola bagi kita dalam menapaki kehidupan hingga akhir hayat.
Bertarekat akan memupuk sikap rendah hati kita kepada Para Wali, Ulama serta Guru-Guru kita yang telah memberikan pemahaman tentang kebenaran ajaran syariat dan tarekat. Itu baru dari segi membersihkan muka secara lahiriah dan bathiniah, hal itu akan mencegah tangan kita dari berbuat maksiat. Kita akan selalu diperingatkan untuk tidak mengambil yang bukan milik kita apalagi melakukan korupsi, misalnya yang sangat merugikan rakyat. Sebab tangan kita sudah disucikan setiap hari. Kalau kita bisa mempelajari banyak hal dari wudhu saja, insyaALLAH masalah korupsi itu bisa diberantas. Lalu telinga kita yang digunakan untuk mendengarkan suatu yang baik. Kita tidak akan menyampaikan yang kita dengar kalau informasi itu justru akan memancing masalah atau memanaskan situasi, apalagi menimbulkan perpecahan dan kekacauan. Tentu saja, hal itu berlaku pula bagi mata kita, kedua kaki kita, dan anggota badan lainnya. Itulah hasil karya, hasil didikan, yang mendapatkan bimbingan dari ALLAH.

Mengapa kita harus berwudhu ketika akan mendirlkan shalat !? Berwudhu tidak hanya membersihkan kotoran lahiriah kita, tetapi pada hakikatnya juga membersihkan kotoran batiniah. Al-Qur'an menyebutkan bahwa shalat mencegah dari kemungkaran dan kerusakan, karena kita sudah memahami makna wudhu dan shalat itu secara tarekat.

Bagi para murid yang ingin belajar tarekat, saya anjurkan, mulailah dari seorang guru yang dipercaya. Tapi sebaliknya, bagi guru yang ingin ditaati muridnya, cobalah didik para murid itu seperti timba yang mendekati sumurnya, bukan sumuryang mendekati timbanya. Maka akan terbentuklah kewibawaan guru terhadap muridnya. Bagi murid, saya anjurkan untuk belajar hanya pada satu guru.
Sebagai contoh mudahnya, kalau air teh dicampur susu lalu dicampur lagi dengan kopi atau lainnya, meskipun halal, apa jadinya? Bagaimana rasanya? Jadi kalau ingin minum teh, minum saja teh tanpa dicampur dengan lainnya. Nikmati minum teh dengan gula, kemudian cari manfaatnya bagi tubuh. Begitu juga kalau ingin minum kopi, susu, atau lainnya. Itu hanya sebagai perumpamaan. Jadi, kalau ingin belajar tarekat, jangan sekadar melihat organisasi itu besar Meski organisasi tarekat itu kecil, kalau lebih berpengaruh terhadap jiwa kita, sehingga iebih mendekatkan diri kepada ALLAH, tidak perlu ragu lagl untuk mengikutinya.
.
- Habib Muhammad Luthfi bin Yahya (Rois Am Jam'iyyah Ahlith Thariqah al-Mu'tabaroh an-Nahdliyyah)

0 komentar:

Post a Comment