03/11/2016

RIDLO GURU

RIDLO GURU 
 Saat ngaji dalam haul ke-34 KH Abdul Malik Hamid dan haul ke-61 KH Hamid Hasbullah di PP Al-Muhajirin 3 Bahrul Ulum Tambakberas Sabtu (29/10/2016) Wakil Rois Am PBNU, KH Miftahul Ahyar, meminta agar orang tua hanya mengirimkan rezeki yang halal kepada putra-putrinya yang ada di pondok. ’’Kalau yang dikirimkan tidak halal, nanti anaknya di pondok ora gelem ngaji,’’ tuturnya. Makanan dan minuman yang halal, kata Kiai Miftah, merupakan syarat mutlak agar anak berhasil dalam mencari ilmu. ’’Yang juga diperlukan agar anak berhasil di pondok adalah doanya orang tua dan ridlonya guru,’’ paparnya. Soal ridlo guru ini, saat ngaji di TV 9, Jumat (28/10/2016), Habib Abu Bakar bin Hasan Assegaf menjelaskan bahwa jika ada santri disuruh guru kok pakai tanya kenapa? Maka selamanya santri itu tidak akan memperoleh kebaikan. Beliau lantas mengisahkan seorang guru yang bercanda kepada muridnya. Guru itu bilang, jika kamu tidak membawa kepala bapakmu kesini, maka kamu belum aku anggap murid. Santri itu langsung pulang. Dia mengambil golok. Masuk ke kamar bapaknya. Dia melihat bapaknya sedang berhubungan dengan sang ibu. Tanpa bicara, si bapak langsung di gorok. Kepalanya dibawa kepada sang guru. Si guru kaget dan bertanya. Kepala siapa ini? ’’Ini kepala bapak saya. Saya bawa kesini karena guru tadi merintah demikian.’’ Si guru bilang, aku tadi cuma bercanda. ’’Bagi saya, apapun perkataan guru harus saya lakukan,’’ jawab si murid. Si guru kemudian tanya. Kamu tahu kepala siapa ini? ’’Kepala bapakku,’’ kata si murid. ’’Bukan,’’ kata si guru. Ini kepala orang kafir yang memprkosa ibumu. Setting cerita itu, ternyata terjadi pada masa penjajahan. Intinya, perintah guru, selalu ada hikmahe. So, santri mutlak harus taat kepada guru. Makanya waktu ngaji rutinan Jumat legi di Masjid Agung Baitul Mukminin (28/10/2016), pakar tafsir Quran Pesantren Tebuireng KH Mustain Syafiie mengaku setuju guru boleh memukul siswa. ’’Nabi pesan agar anak umur 7 tahun diajari shalat. Usia 10 tahun tidak mau shalat diapakan? Dipukul. Apalagi kalau sudah lebih 10 tahun,’’ paparnya. Namun mukulnya tidak untuk menyakiti, tapi littakdib (untuk membina). Dorbu, dalam Quran, kata Kiai Mustain, semuanya littakdib. Termasuk mukulnya suami kepada istri sebagaiman disebut dalam QS Annisa 34. ’’Kalau mukul untuk membunuh, pasti ada gandengannya. Misalnya dorbarriqob. Mukul di leher. Ini untuk membunuh,’’ jelasnya. Pukulan kiai atau guru ngaji, justru ada karomahnya. Suatu ketika ada anak belajar fatehah. Sampai ayat keenam dia bermasalah. Berulang kali guru bilang mustaQim namun si santri tetap bilang mustaKim. Akhirnya santri ini dipukul. Setelah dipukul, si santri bilang. ’’SaQit Kiai, saQit.’’ Jadi awalnya tidak bisa bunyi qof setelah dipukul langsung bisa.. Rojiful Mamduh

0 komentar:

Post a Comment