28/07/2016

WIRAI

WIRAI   
Saat disowani pengurus GP Ansor Cabang Jombang Senin (18/7/2016), Rois Syuriah PCNU KH Abdul Nashir Fattah sempat cerita soal wirai. ’’Sak iki opo isik ono wong wirai? Wong pancen abot,’’ tuturnya.   Tingkatan wirai yang paling rendah, kata Kiai Nasir, adalah wirai adli. ’’Yakni manut opo ae dawuhe ulama,’’ tuturnya. Orang seperti ini, sekarang sulit dicari. Sebab sekarang ini, orang cenderung memilih ulama yang sesuai selera. ’’Gak cocok karo dawuhe ulama siji, yo ngalih golek dawuhe ulama liyo,’’ ucapnya.   Kiai Nasir cerita, Saat zaman Imam Ahmad bin Hambal. Ada wanita yang bekerja memintal benang. Nah, terkadang, wanita ini memintal dengan memanfaatkan penerangan lampu milik tetanggannya. Karena cahaya lampu si tetangga sampai di halaman rumahnya.   Perempuan ini tanya kepada Imam Ahmad bin Hambal, apakah hal itu boleh? ’’ Imam Ahmad menjawab tidak boleh. Dan perempuan itu taat. Karena memang sangat wirai,’’ kata Kiai Nasir.   Tingkatan wirai yang kedua adalah wirai muttaqi. Orang ini menjaga diri agar benar-benar hanya mengonsumsi yang halal. Kiai Nasir lantas mencontohkan Ibrahim bin Adham. Setelah menunaikan ibadah haji di Makkah dan Madinah, Ibrahim lantas melanjutkan ke Baitul Maqdis yang juga termasuk tempat sucinya umat Islam. ’’Afdolnya kita memang harus ke tiga tempat suci itu,’’ kata Kiai Nasir.   Sebelum berangkat ke Palestina, Ibrahim bin Adham membeli kurma. Ketika kurma ditimbang, ternyata ada satu kurma yang jatuh. Ibrahim menganggap yang jatuh itu sudah miliknya. Dia pun mengambil dan memakannya.   Di Baitul Maqdis, kata Kiai Nasir, ada qubbah yang manusia hanya diperbolehkan ibadah pagi sampai sore. Malam hari, tempat itu dikosongkan karena dipakai ibadah malaikat. Sejak pagi sampai sore, Ibrahim ibadah disitu. Sore hari, petugas obrak-obrak untuk mengosongkan tempat tersebut. Namun para petugas tidak melihat Ibrahim bin Adham.   Sehingga ketika pintu ditutup, Ibrahmim bin Adham masih didalamnya. Tak lama berselang, Ibrahim mendengar percakapan malaikat. Malaikat 1: Apa ini Ibrahim bin Adham yang doanya selalu menembus langit? Malaikat 2: Itu dulu. Sekarang tidak lagi. Malaikat 1: Kenapa? Malaikat 2: Karena dia makan kurma jatuh yang dianggap miliknya. Padahal itu bukan miliknya. Mendengar itu, Ibrahim bin Adham langsung pulang. Dia kembali ke rumahnya di Syria. Untuk menyiapkan bekal kembali ke Madinah. Di Madinah, dia menemui penjual kurma tempat dia dulu membeli.   Penjualnya ternyata telah ganti anaknya. Si penjual yang dulu telah meninggal dunia. Ibrahim lantas menceritakan keinginannya. Dan dia minta agar satu biji kurma itu dihalalkan. Sang anak tersebut bilang, bagianku aku halalkan. Tapi aku masih punya ibu dan saudara. Ibrahim lantas mendatangi ibu dan saudaranya untuk minta dihalalkan. ’’Setelah itu, doa Ibrahim bin Adham kembali menembus langit,’’ kata Kiai Nasir.   Cak Ghufron sempat tanya. "Wirai yang paling tinggi dos pundi Kiai?" "Sing paling tinggi wirai tasdiqi. Kasarane, seumpomo wetenge kemasukan barang sing gak halal, langsung dimuntahno. Ojo kok sing haram. Sing subhat ae gak gelem," jawab Kiai Nasir. (Rojiful Mamduh)

1 comment: