27/02/2017

GETING NYANDING, ALOK ELOK

GETING NYANDING, ALOK ELOK


QS Alhujurat 11-12 melarang kita mencela, menghina, mengolok, memanggil dengan panggilan yang jelek, mencari-cari kesalahan dan menggosip atau ngerasani...
Setiap perintah dan larangan Allah konsekuensi utamanya adalah di akhirat. Namun bonusnya diberikan di dunia.
Ada hadist; siapa yang mencela atau membuka aib seseorang, maka dia tak akan mati sebelum diuji dengan aib yang sama.
Oleh orang Jawa, itu disederhanakan dengan:

Geting nyanding.
Alok elok.
(Lutfi)

SEMANGAT BANSER NU

Kami bukanlah pasukan inti negara ini...
Tapi kami punya andil besar dalam menggapai kemerdekaan di bumi pertiwi..
Kami tak se-elit TNI...
Kami juga tak dibayar untuk mengabdi...
Tapi pengorbanan kami tak mungkin dihitung demi menjaga NKRI...
Kami bukan aksi kemarin sore...
Yang berteriak atas dasar agama hanya memikirkan kata "piro honore"...
Tapi kami sudah ada sejak Negara ingin merdeka...
Yang tak takut bela negara meski kami tak bersenjata....
Kami tak pandang bulu dalam menjaga...
Bukan untuk cari muka...
Tapi karena itu bagian dari marwah...
Marwah yang menjaga hak & privacy setiap manusia dalam beribadah...
Kami tak menebar teror...
Karena kami bukan pasukan kotor...
Kami juga bukan pasukan sumbu kompor...
Yang akan meledak jika ada yang sengaja menjadi provokator...
Kami tak hobi memaki...
Kami juga tidak suka sifat benci...
Para guru kami yang seorang kiai...
Selalu mengajarkan tuk saling menghargai...
Kami memang tak punya sisi materi...
Tapi pengorbanan kami tak penah dihitung hanya untuk sekedar menafkahi anak istri...
Marwah organisasi yang menjadi tumpuan kami...
Untuk menjaga dan melindungi bumi pertiwi....
Nahdhatul Ulama ajaran kami...
Al Qur'an & Hadits pedoman kami...
Ijma' & qiyas pelengkap hukum kami...
ANSOR BANSER organisasi kami...
NKRI Harga Mati....
Dari kami...
Lutfi

RECIPROCAL

RECIPROCAL

Adalah teman saya di GP. Ansor Jombang Kota, dia berkisah pada saat acara rijalul Ansor PAC Jombang Kota yang lebih dikenal dengan acara Limolasan PAC Jomkot, bahwa saat nyantri di Pesantren Luhur Malang, 2001-2005, rekan satu pondok saya, Cak Mujib Lamongan pernah menjelaskan definisi bahasa. Salah satu sifat bahasa yang dikatakannya yakni reciprocal alias digunakan imbal balik.
Dalam bahasa Inggris ada Reciprocal Pronoun alias kata ganti yang digunakan pada kondisi ketika dua atau lebih subjek melakukan aksi yang sama terhadap satu sama lain. Pronoun ini terdiri dari: each other dan one another. Maknanya, satu sama lain.
Bahasa gaulnya, kamu jual, aku beli.
Dalam Islam, ternyata ada bahasan soal reciprocal ini.
Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan. (QS Al An’am 108)
Dari Abdillah bin Amru bin Al Ash RA, dia berkata: bahwa Rasulullah SAW bersabda,

"Diantara dosa-dosa besar yaitu, seorang mencela kedua orang tuanya." Ditanyakan pada beliau, "Mungkinkah seorang itu mencela kedua orang tuanya sendiri?." Rasulullah SAW bersabda, " Ya, tatkala seseorang mencela ayah orang lain, berarti ia mencela ayahnya sendiri demikian jika ia mencela ibu orang lain, berarti ia mencela ibunya sendiri." (Muttafaq 'Alaih).

Dalam perjalanan menuju lokasi Rijalul Ansor PAC GPAnsor Jogoroto di Mayangan (14/2/2017), Ketua Rijalul Ansor Cabang Jombang yang juga Pengasuh PP Al Muhajirin 3 Bahrul Ulum Tambakberas, KH Latif Malik, juga mencontohkan perihal reciprocal tersebut.

Dalam QS Alhujurat 11-12, Allah melarang kita mencela, menghina, mengolok, memanggil dengan panggilan yang jelek, mencari-cari kesalahan dan menggosip atau ngerasani...

Setiap perintah dan larangan Allah konsekuensi utamanya adalah di akhirat. Namun bonusnya diberikan di dunia.

Ada hadist; siapa yang mencela atau membuka aib seseorang, maka dia tak akan mati sebelum diuji dengan aib yang sama.

’’Oleh orang Jawa, itu disederhanakan dengan geting nyanding (yang dibenci akan mendekat), alok elok (yang dicela akan menimpa diri kita),’’ tuturnya.

Saya sering mengikuti khutbah dan pengajian Dr KH Mustain Syafiie Jumat Legi di Masjid Alun-Alun Jombang dan Jumat Wage di PesantrenTebuireng. Beliau sangat tegas menolak pemimpin kafir. Namun tak pernah sekalipun beliau mencela dan menghina Ahok.

Beberapa waktu lalu ada dua cowok ABG mendatangi kantor PCNU Jombang untuk daftar aksi 112. Keduanya mengaku dapat informasi bahwa pendaftaran berangkat aksi 112 dikoordinir oleh PCNU masing-masing.

Saya ceritakan itu ke teman yang dekat dengan dunia intelijen, dia hanya tertawa. Ternyata, hal semacam itu termasuk salah satu strategi mengkonfirmasi. Agar mendapatkan informasi valid.

Untuk mendapatkan informasi yang benar, dia melempar informasi yang salah..

Dari sini saya berprasangka. Jangan-jangan orang yang mencela Ahok habis-habisan itu justru sedang menjalankan teori bola bekel. Semakin dibanting keras ke lantai, maka pantulannya akan semakin tinggi.
(Lutfi)

IBDAK BINAFSIK

IBDAK BINAFSIK


Saat ngaji dalam walimahnya Rekanita Aini Denanyar Ahad (25/12/2016), KH Jamaludin Ahmad menyampaikan pentingnya nuturi diri sendiri.

"Sebelum menasehati orang lain, nasehatilah dirimu sendiri. Ibdak binafsik," tuturnya.

Dengan selalu melihat kekurangan diri,kita tak akan sempat mencari kekurangan orang lain. Sehingga tidak gampang mencela orang lain.

Itu pas dengan makna QS Assof 2-3.

Juga hadits.

Rasulullah SAW bersabda: "Seseorang didatangkan pada hari kiamat kemudian dilemparkan ke neraka hingga ususnya terburai keluar dan berputar-putar dineraka seperti keledai mengitari alat penumbuk gandumnya, kemudian penduduk neraka bertanya: 'Hai fulan! Apa yang menimpamu, bukankah dulu kau memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran? ' Ia menjawab: 'Benar, dulu saya memerintahkan kebaikan tapi saya tidak melakukannya dan saya melarang kemungkaran tapi saya melakukannya'."
*[shahih muslim, no. 5305]*

Dikisahkan Syeikh 'Abdul Qadir Al-Jailani bila berceramah menggunakan bahasa yang sangat sederhana. Anak beliau yang telah banyak menuntut ilmu dan gemar berceramah berkata dalam hati, "Jika aku diizinkan berceramah, tentu akan lebih banyak orang yang menangis".

Suatu hari Syeikh 'Abdul Qadir Al-Jailani ingin mendidik anaknya. la berkata kepadanya, "Wahai anakku, berdiri dan berceramahlah". Si anak kemudian berceramah dengan sangat bagus. Namun, tidak ada seorang pun yang menangis dan merasa khusyuk'. Mereka bahkan bosan mendengar ceramahnya.

Setelah anaknya selesai berceramah Syeikh 'Abdul Qadir naik ke mimbar lalu berkata, "Para hadirin, tadi malam, isteriku, ummul fuqoro menghidangkan ayam panggang yang sangat lazat, tapi tiba-tiba seekor kucing datang dan memakannya."

Mendengar ucapan ini, para hadirin menangis histeris dan menjerit.

Si anak berkata, "Aneh..., aku bacakan kepada mereka ayat-ayat Quran, hadits-hadits Nabi, syair dan berbagai akhbar, tidak ada seorang pun yang menangis. Tapi, ketika ayahku menyampaikan ucapan yang tidak ada ertinya, mereka justeru menangis. Sungguh aneh, apa sebabnya ?".

Sebabnya ialah Inti ceramah bukan terletak pada susunan kalimat, tapi pada kesucian hati dan sifat shidiq si pembicara.

Sewaktu Syeikh 'Abdul Qadir berbicara, para hadirin menangis karena mengertikan kucing dalam cerita beliau sebagai setan yang mencuri amal anak cucu Adam dengan cara menimbulkan sikap riyak, ujub dan sombong.

Ada yang menangis karena mengibaratkan cerita itu dengan keadaan su-ul khotimah, yakni ia membayangkan seseorang yang memiliki amal sangat banyak, tapi usianya berakhir dengan su-ul khotimah.

Mereka semua menangis dan merasa takut kepada Allah hanya karena ucapan biasa. Sesungguhnya ucapan itu telah membuat mereka berfikir, menerbitkan cahaya di hati mereka, berkat cahaya yang memancar dari hati Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani.

Bahwa semua ilmu yang masih ada unsur riyak, ujub, sombong dan merasa dirinya paling benar sekalipun bersumber dari Al-Qur`an maupun Hadits, maka tiada hal yang bisa di dapat darinya kecuali hanya sia-sia belaka, sebab semua itu dikendalikan oleh iblis yang senantiasa mengganggu orang-orang berilmu tapi bodoh dalam menyampaikan ilmunya.
(Lutfi Rid)

WUJIDA WUJIDAHU

WUJIDA WUJIDAHU

Suatu hari Pengasuh Pesantren Luhur Malang, KH Ahmad Muhdlor menceritakan ini. Mudah-mudahan temen-temen masih ingat sehingga mengoreksi jika saya salah.

Abah cerita, saking semangatnya sambutan, ada tokoh yang selip lidah.

"Wujida wujidahu. Wujida wujidahu. Berkali-kali dia bilang begitu. Setelah saya dengarkan, ternyata yang dimaksud adalah man jadda wajada," tuturnya.

Itulah sebabnya beliau menekankan bahwa halaqah itu penting. Agar tidak selip lidah seperti itu.

Pada 2010, saya pernah ikut Mbah Bolong, Gus Chalimi dan Gus Latif pengasuh Muhajirin 3 Bahrul Ulum Tambakberas, sowan KH Maimun Zubair Sarang.

Mbah Maimun dawuh. KH Hasyim Asy'ari Tebuireng punya banyak santri dari karesidenan Kediri yang ngaji tapi tidak tinggal di pondok.

Ada santri yang jarang datang ikut pengajian.

Mbah Hasyim lalu tanya, apa alasannya kok jarang ngaji.

Santri itu menjawab. Kulo ikut dawuh panjenengan Kiai. Dawuh yang mana? "Zarhaba tazdad haba".

Apa maksudnya? Pertemuan yang jarang, meningkatkan rasa cinta.

Mbah Hasyim lalu membenarkan. Yang bener; zur ghibban tazdad hubban.

Mbah Maimun lalu berkomentar sambil tertawa. Nggeh niku oleh-olehnya ngaji mboten konsentrasi.

Jadi ngaji itu harus fokus.
(Lutfi)

TOLERAN

TOLERAN

Saat ngaji dalam Rijalul Ansor di Masjid Alun-alun Jombang, Sabtu (3/9/2016), Gus Rojih Ubab cucu Mbah Maimun Zubair menjelaskan kaedah hubungan kafir mukmin.

Pertama, Semua yang membuat orang kafir tidak senang, bagus buat mukmin.

Kedua, semua yang membuat kafir senang, jelek bagi mukmin.

Ini sesuai teks dalam QS Alfath 29: liyagizo bihimul kuffar (Orang-orang mukmin itu membuat orang kafir tidak senang).

Saat ngaji di Tambakberas (11/2/2017), KH Marzuki Mustamar menyebut Arab Saudi Wahabi membantu pemberontak Syiria Rp 12 triliun.

Perang yang terus berkecamuk di Syria yang dikenal keras kepada Israel itu kira-kira membuat kafir senang atau tidak?

Arab Saudi Wahabi aktif membombardir kelompok Syiah di Yaman sehingga negeri para habaib itu hancur. Kira-kira ini membuat kafir senang atau tidak?

Rudal Iran semakin canggih hingga membuat Israel marah dan Amerika kembali menjatuhkan embargo. Kira-kira itu membuat kafir senang atau tidak?

Itulah sebabnya KH Ma'ruf Amin selalu berpesan.

Agar Indonesia aman damai, umat Islam Indonesia tak boleh radikal juga tak boleh liberal. Tak boleh Wahabi juga tak boleh Syiah.

Umat Islam Indonesia harus tetap jadi ummatan wasatan. Umat yang tengah-tengah. Toleran dengan kanan kiri, tetapi tidak menjadi kanan kiri...(Lutfi)

KAEDAH MALAM JUMAT

KAEDAH MALAM JUMAT

الْمَعْرُوْفُ عُرْفًا كَالْمَشْرُوْطِ شَرْطًا

“Sesuatu yang menjadi kebiasaan dihukumi sama dengan sesuatu yang dipersyaratkan.” (Al-Asybah wan-Nazhair, as-Suyuthi, 92)


Tiap malam jumat jima. Akhirnya klo mlm jumat loyo ya harus jamu. Seakan-akan jima malam jumat jadi wajib.

Klo mlm jumat tdk di jima, istri bisa marah dan curiga Jangan-jangan jima diluar. (Lutfi)

MANTEB NU

MANTEB NU

Saat ngaji dalam peringatan Maulid Nabi dan Harlah NU yang digelar Ranting NU Tambakberas, Sabtu (11/2/2017), KH Marzuki Mustamar meminta warga NU tetap istiqomah dalam NU. ’’Ojo sampai metu teko NU. Melu NU, tetep imane. Melu NU, khusnul khotimah,’’ tegasnya.

Beliau lantas menguraikan lima alasan tetap memilih NU.

Pertama, para kiai NU di pesantren terbukti keilmuan dan kesolehannya. ’’Santri bertahun-tahun tinggal bersama kiai di pesantren. Tidak pernah lihat kiai salah membaca kitab kuning. Tidak pernah lihat kiai tak jamaah. Tak pernah lihat kiai mbujuki. Sehingga wajar kalau masyarakat manut kiai,’’ paparnya.

Kalau pindah ikut kelompok lain, apakah sudah pernah membuktikan keilmuan dan kesolehan pemimpin mereka?

Kedua, sanad keilmuan kiai NU dan kiai pesantren jelas dan nyambung sampai Rosulullah SAW. ”Sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka lihatlah dari siapakah kalian mengambil agama kalian,” ucapnya mengutip sebuah hadist.

Ketiga, kiprah NU jelas maslahat. Sejak berdirinya, NU tidak pernah terlibat pemberontakan terhadap NKRI. Beda dengan kelompok Islam lain seperti DI/TII dan lain-lain.
Jumlah pesantren NU ada 25 ribu. Mereka ini mendidik orang yang awalnya bodoh menjadi berilmu. ’’Kontribusinya sangat besar untuk negara ini,’’ bebernya.

Beliau minta agar lingkungan NU dan pesantren benar-benar dijaga agar tidak kemasukan kelompok lain. Beliau lalu mencontohkan Yaman. Awalnya damai. Lalu di utara muncul Wahabi. Di selatan muncul Syiah. Keduanya saling mengkafirkan dan membunuh. Sehingga akhirnya kelompok habaib yang di timur yakni Hadramaut terjepit. Yaman akhirnya pecah dan terus berperang sampai sekarang.

Syria juga demikian. Arab Saudi menyokong pemberontak. Syiah Iran juga ikut campur. Negara tersebut akhirnya terkoyak hingga sekarang. Lebih dari satu juta penduduk jadi pengungsi.

’’NU ini organisasi yang asli didirikan orang Indonesia, didanai orang Indonesia. Jadi tidak mungkin menghancurkan Indonesia. Beda dengan yang berasal dari Arab, yang berasal dari Iran. Dana mereka dari luar. Yang pegang remotnya orang luar. Jika kita membiarkan yang didanai Arab dan Iran itu besar, pasti Indonesia akan hancur. Karena yang meremot dari luar,’’ tandasnya.

Keempat, di NU ada tradisi saling mendoakan. Santri mendoakan kiai. Kiai mendoakan santri. ’’Jika kita mati lalu dicap malaikat amal kita kurang, masih bisa berharap kiriman dari keluarga, santri dan kiai. Kalau non NU, tidak kenal tradisi saling mendoakan. Mereka doa untuk diri sendiri masing-masing,’’ paparnya.


Kelima, NU jelas benar. Beliau lalu mencontohkan dalil sedekah untuk mayit. Yakni hadist dari Aisyah. “Ibuku mati mendadak, sementara beliau belum berwasiat. Saya yakin, andaikan beliau sempat berbicara, beliau akan bersedekah. Apakah beliau akan mendapat aliran pahala, jika saya bersedekah atas nama beliau?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya. Bersedekahlah atas nama ibumu.” (HR. Bukhari 1388 dan Muslim 1004).
Beliau juga mencontohkan banyak dalil amaliah NU lainnya. Selengkapnya dalil-dalil tersebut bisa dilihat di http://www.hujjahnu.com/ yang diasuh KH Ma’ruf Khozin, pengurus Aswaja NU Center PWNU Jatim yang juga pengasuh rubrik tanya jawab di majalah aula.
(Lutfi)

MELIHAT ALLAH DALAM AHOK

MELIHAT ALLAH DALAM AHOK


Saat ngaji di Masjid Ar Roudoh Tugu, Jombang, Sabtu (25/2/2017), Rois Syuriah Ranting NU Sambong Kiai Khoirul Anwar menjelaskan QS Al An’am 79.
Inni wajjahtu wajhiya lilladzi fatorossamawati wal ard.
Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi. (QS Al An’am 79)


’’Jika sudah tawajjuh, maka kita bisa melihat Allah dalam kondisi apapun,’’ tegasnya.
’’Ketika kita ditimpa sakit, yang kelihatan pertama apakah Allah? Kalau yang kelihatan pertama adalah Allah, berarti tawajuh,’’ lanjutnya.


Demikian pula ketika ditimpa masalah. ’’Saat dapat masalah, siapa yang kelihatan pertama kali? Kalau yang pertama terlihat adalah Allah, berarti sudah tawajuh,’’ tuturnya.


Dengan tawajuh, seseorang tidak mungkin stres. Tawajuh, juga tak mungkin membuat seseorang membabi buta. ’’Tawajuh, tak akan membuat seseorang menghalalkan segala cara,’’ tandasnya.


Beberapa waktu lalu di Jombang ada cowok diputus pacarnya lalu bunuh diri ke sungai Brantas. Di Jepang, banyak orang yang ketika gagal mencapai tujuan melakukan bunuh diri. Perilaku semacam itu tak mungkin dilakukan orang yang tawajuh.


Karena ingin cepat kaya, banyak orang melakukan riba. Karena ingin berkuasa, banyak orang tega memfitnah dan mencaci maki. Perilaku seperti itu tak mungkin dilakukan orang yang tawajuh.


’’Dalam kasus Ahok pun, orang yang tawajuh akan melihat bahwa Ahok itu seperti kita semua adalah wayang. Dalangnya adalah Allah,’’ jelasnya.


’’Orang yang tawajuh, tak akan berani merasa lebih baik dari Ahok. Para ulama bahkan tidak berani merasa lebih baik dibanding Fir’aun. Sebab Fir’aun sebagaimana kita juga wayang. Dalangnya adalah Allah,’’ ungkapnya.


Saat ngaji rutinan Jumat Legi di Masjid Agung Baitul Mukminin Alun-alun Jombang, pakar tafsir Quran Pesantren Tebuireng Dr KH Mustain Syafiie juga menyatakan, bagaimanapun, munculnya fenomena Ahok itu juga ada hikmahnya.
’’Karena yang memasarkan Ahok, QS Almaidah 51 akhirnya menjadi sangat terkenal,’’ tuturnya.


Itulah sebabnya, meski tegas melarang memilih pemimpin kafir, Kiai Mustain tidak pernah mencaci maki atau menghina Ahok. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW yang tak pernah memberi contoh mencaci maki dan menghina.


Dalam Alquran, Allah bahkan tegas melarang menghina, mencela dan mencaci maki. Sebagaimana terdapat dalam QS Alhujurat 11-12 dan QS Al An’am 108.


Lalu orang yang rajin menghina dan mencaci maki itu meneladani siapa?
Jangan-jangan justru dia meneladani Ahok.
Sebagaimana nasehat orang Jawa; geting nyanding. Alok melok. (Apa yang kita benci akan mendekat. Apa yang kita cela akan menimpa).
(Lutfi)