27/02/2017

IBDAK BINAFSIK

IBDAK BINAFSIK


Saat ngaji dalam walimahnya Rekanita Aini Denanyar Ahad (25/12/2016), KH Jamaludin Ahmad menyampaikan pentingnya nuturi diri sendiri.

"Sebelum menasehati orang lain, nasehatilah dirimu sendiri. Ibdak binafsik," tuturnya.

Dengan selalu melihat kekurangan diri,kita tak akan sempat mencari kekurangan orang lain. Sehingga tidak gampang mencela orang lain.

Itu pas dengan makna QS Assof 2-3.

Juga hadits.

Rasulullah SAW bersabda: "Seseorang didatangkan pada hari kiamat kemudian dilemparkan ke neraka hingga ususnya terburai keluar dan berputar-putar dineraka seperti keledai mengitari alat penumbuk gandumnya, kemudian penduduk neraka bertanya: 'Hai fulan! Apa yang menimpamu, bukankah dulu kau memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran? ' Ia menjawab: 'Benar, dulu saya memerintahkan kebaikan tapi saya tidak melakukannya dan saya melarang kemungkaran tapi saya melakukannya'."
*[shahih muslim, no. 5305]*

Dikisahkan Syeikh 'Abdul Qadir Al-Jailani bila berceramah menggunakan bahasa yang sangat sederhana. Anak beliau yang telah banyak menuntut ilmu dan gemar berceramah berkata dalam hati, "Jika aku diizinkan berceramah, tentu akan lebih banyak orang yang menangis".

Suatu hari Syeikh 'Abdul Qadir Al-Jailani ingin mendidik anaknya. la berkata kepadanya, "Wahai anakku, berdiri dan berceramahlah". Si anak kemudian berceramah dengan sangat bagus. Namun, tidak ada seorang pun yang menangis dan merasa khusyuk'. Mereka bahkan bosan mendengar ceramahnya.

Setelah anaknya selesai berceramah Syeikh 'Abdul Qadir naik ke mimbar lalu berkata, "Para hadirin, tadi malam, isteriku, ummul fuqoro menghidangkan ayam panggang yang sangat lazat, tapi tiba-tiba seekor kucing datang dan memakannya."

Mendengar ucapan ini, para hadirin menangis histeris dan menjerit.

Si anak berkata, "Aneh..., aku bacakan kepada mereka ayat-ayat Quran, hadits-hadits Nabi, syair dan berbagai akhbar, tidak ada seorang pun yang menangis. Tapi, ketika ayahku menyampaikan ucapan yang tidak ada ertinya, mereka justeru menangis. Sungguh aneh, apa sebabnya ?".

Sebabnya ialah Inti ceramah bukan terletak pada susunan kalimat, tapi pada kesucian hati dan sifat shidiq si pembicara.

Sewaktu Syeikh 'Abdul Qadir berbicara, para hadirin menangis karena mengertikan kucing dalam cerita beliau sebagai setan yang mencuri amal anak cucu Adam dengan cara menimbulkan sikap riyak, ujub dan sombong.

Ada yang menangis karena mengibaratkan cerita itu dengan keadaan su-ul khotimah, yakni ia membayangkan seseorang yang memiliki amal sangat banyak, tapi usianya berakhir dengan su-ul khotimah.

Mereka semua menangis dan merasa takut kepada Allah hanya karena ucapan biasa. Sesungguhnya ucapan itu telah membuat mereka berfikir, menerbitkan cahaya di hati mereka, berkat cahaya yang memancar dari hati Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani.

Bahwa semua ilmu yang masih ada unsur riyak, ujub, sombong dan merasa dirinya paling benar sekalipun bersumber dari Al-Qur`an maupun Hadits, maka tiada hal yang bisa di dapat darinya kecuali hanya sia-sia belaka, sebab semua itu dikendalikan oleh iblis yang senantiasa mengganggu orang-orang berilmu tapi bodoh dalam menyampaikan ilmunya.
(Lutfi Rid)

0 komentar:

Post a Comment