16/11/2016

Ansor dan (Kedewasaan) Politik

Dalam sejarah perkembangannya, Ansor memulai komitmenya di dunia politik ketika diadakan Kongres VII yang diselenggarakan di Jakarta pada tahun 1967. Hasrat Ansor untuk terjun langsung di dunia politik ini dilatarbelakangi oleh kondisi yang sedang berkembang, yaitu adanya usaha mengecilkan peran Ansor dalam menumpas PKI dan menumbangkan Orde Lama. Hal demikian terungkap pada diskusi tematik yang diadakan PAC Ansor Jombang Kota, pada acara Limolasan, 15/11/2016.

Farid al-Farisi, yang menjadi pembicara dalam diskusi tersebut juga menuturkan bahwa politik adalah cara untuk mencapai sesuatu, ini adalah hal yang mutlak diperlukan dalam kehidupan sehari-hari kita. Namun, masalahnya akan lain apabila sudah bergeser pada partai politik. Perbedaan mulai muncul, bahkan tidak jarang berujung permusuhan. Oleh karenanya Ansor harus bisa mengelola permasalahan ini secara bijak.

Berkenaan dengan politik praktis, apakah kader Ansor boleh berpolitik? Pria yang biasa disapa Gus Farid ini memberikan jawaban, boleh tapi tidak wajib. Karena pada kenyataannya banyak kader Ansor yang tidak memungkinkan masuk ke politik praktis, misalkan karena sudah berkiprah sebagai PNS atau karyawan.

Namun untuk menjaga tarik menarik kepentingan, kader Ansor yang berada di partai politik yang berbeda-beda, ketika bicara tentang Ansor harus menanggalkan seragam partainya. Hal ini untuk menjaga politisasi Ansor. Akan tetapi bila dibutuhkan untuk membesarkan Ansor, maka kader-kader yang di berbagai partai politik tersebut bisa memanfaatkan jaringannya.

Diskusi tematik demikian rutin diadakan PAC Ansor Jombang Kota setiap bulan. Temanya berganti-ganti sesuai situasi yang sedang berkembang. Ketua PAC Ansor Jombang Kota, M. Fathoni Mahsun mengungkapkan, bahwa diskusi seperti ini salah satunya adalah untuk menemukan dan menggodok ide gerakan yang akan dilakukan PAC Ansor Jombang Kota. Dengan kata lain, diskusi tersebut dimaksudkan sebagai media konsolidasi.
Sehingga jangan sampai forum-forum ijtima’ yang diselenggarakan masuk katagori sebagaimana yang disampaikan Rois Syuriyah PCNU Jombang, KH. Nasir Fattah, ismun bila musamma (hanya sebutan saja tanpa makna).

Khusus mengenai tema politik, ini adalah kali keduanya dihelat dalam Limolasan. Pada tema politik sebelumnya, menuai kontroversi yang sedemikian rupa. Banyak pihak yang pro dan banyak pula yang kontra, karena yang dihadirkan ketika itu dari kalangan praktisi politik. Salah satu pihak yang paling kontra atau tidak setuju adalah Gus Farid sendiri.

Sebagaimana diakuinya dalam forum, meskipun dia adalah pelaku politik tapi tidak mau diundang atas nama partai politik. Tema Ansor dan Politik kali ini selain dimaksudkan untuk mendengarkan pemikiran-pemikiran Gus Farid, memang juga dimaksudkan untuk memperbaiki hubungan yang pernah renggang, sehingga semuanya menjadi clear.

Dengan demikian, bertemunya dua pihak yang pernah berberbeda persepsi mengenai cara Ansor menjalin hubungan dengan partai politik ini, adalah bagian dari pendewasaan politik. “Dewasa berpolitik adalah bisa membedakan kapan kita ngomong perbedaan (persepsi, red) politik, dan kapan ngomong tentang Ansor.” Tegas Bendahara PC Ansor Jombang ini. (Bi)

0 komentar:

Post a Comment