05/09/2016

CINTA YANG TERBAGI (1): MBAH UMAR

CINTA YANG TERBAGI (1) : MBAH UMAR
Saat walimatus safar Sabtu (3/9/2016), Kapolres Jombang AKBP Agung Marlianto menceritakan anugerah dan ujian yang dia temui selama proses berangkat haji.

’’Sekitar satu setengah bulan lalu, saya diajak Mbah Umar (reporter TV One) untuk melihat galian di Ngoro,’’ ucap Kapolres mengawali cerita. Setelah melihat galian, Mbah Umar pamit hendak liputan tukang becak naik haji di Klubuk Kecamatan Kabuh.

’’Saya bilang ke Mbah Umar, saya ikut sekalian,’’ ucapnya.

Dari situ dia tahu betapa gigihnya si tukang becak untuk berhaji. Sampai-sampai rela menabung selama 20 tahun baru bisa haji. ’’Dari situ hati saya terketuk. Kok saya yang seperti ini tidak punya tekad seperti si tukang becak tersebut,’’ ungkapnya.



Dari Klubuk itu juga dia melihat masih ada lokalisasi terselubung yang beroperasi. ’’Akhirnya bersama teman-teman Satpol PP kita operasi,’’ jelasnya.



Setelah ketemu tukang becak yang berangkat haji itu, dia lantas memantapkan tekad untuk pergi haji. Dua hari berselang, dia diberitahu bahwa ada travel penyelenggara haji plus yang punya slot untuk lima orang. ’’Saya langsung putuskan mengambil lima slot tersebut. Untuk saya dan istri, bapak ibu saya, dan kakak saya,’’ bebernya.



Ujian akhirnya datang menyapa. Pagi jelang walimatus safar, pihak travel melaporkan bahwa visa untuk bapak, ibu dan kakaknya belum turun. Sehingga tak bisa berangkat bersama. Padahal pengajuan visa lima orang itu bersamaan. Tapi yang turun baru dua. ’’Apa yang lebih membahagiakan anak selain ketika bisa menghajikan kedua orang tuanya?. Jantung saya rasanya copot diberi tahu informasi tersebut. Mudah-mudahan ada jalan agar bapak ibu dan kakak saya tetap bisa haji sama-sama,’’ harapnya.



Ujian tidak berhenti disitu. Saat memimpin eksekusi lahan tol Rabu (31/8/2016), dia didampingi Dandim sempat berjanji dihadapan salah satu pemilik rumah. Si pemilik rumah minta agar Kapolres janji bahwa genting dan kusen diturunkan baik-baik sehingga tak ada satupun genting yang pecah. Sehingga genting dan kusen bisa dipakai kembali.



Pada hari kedua, Kamis (1/9/2016), Kapolres ada tugas luar kota. Dia ditelepon Dandim bahwa rumah yang dijanjikan itu goyang. Genting dan kusennya sudah lapuk. Kalau dipanjat untuk diturunkan, bisa ambruk sehingga mencelakakan petugas. Sehingga jalan satu-satunya harus dirobohkan. Kapolres akhirnya mengizinkan untuk dirobohkan.



’’Semalam (Jumat 2/9/2016 malam) saya ditelepon oleh si pemilik rumah. Dia marah-marah. Dia menagih janji bahwa tak akan ada satupun gentingnya yang pecah. Saya sudah menjelaskan bahwa itu demi keselamatan. Bahkan saya bilang, silahkan dihitung nilai genting dan kusennya. Nanti  saya ganti dengan uang pribadi. Orang itu justru bilang dengan nada tinggi: ”Tidak usah. Sudah cukup bagi saya untuk tahu Anda orang seperti apa dari kejadian ini!”. Telepon langsung ditutup. Itu menjadi pukulan telak bagi saya. Dari situ saya mengambil pelajaran bahwa sebagai pemimpin tak boleh gampang-gampang berjanji,’’ urainya.

Sebelum berangkat, istrinya sempat tanya bekal apa saja yang dibawa ke tanah suci. ’’Saya jawab, bawa saja yang ada di list. Setelah itu kita pasrah kepada Allah. Kalau memang ditakdirkan dipanggil selama-lamanya disana, ya kita harus ridlo,’’ ucapnya.

Saat manasik, dia mendapat informasi bahwa suhu di tanah suci 53 derajat celcius. ’’Saya dan istri mohon maaf atas segala kesalahan. Mohon doa agar bisa melaksanakan semua rukun haji secara sempurna. Serta mudah-mudahan bapak ibu dan kakak saya segera dapat jalan agar bisa berangkat menyusul....’’ pungkasnya.
(Rojiful Mamduh)

0 komentar:

Post a Comment