18/08/2016

SUFI DAGANG

SUFI DAGANG 
Saat ngaji rutinan Rabu malam di rumas Mas Andik Nawawi (depan Bank Mega Jombang), (17/8/2016), Ustad Soleh, ketua Lembaga Bahsul Masail PCNU Jombang cerita tentang dagang dalam pandangan Islam. Nabi Muhammad SAW tidak hanya menganjurkan berdagang, namun juga mencontohkan berdagang. Sampai-sampai dikatakan bahwa sembilan dari 10 pintu rezeki adalah dari perdagangan. Rosulullah sendiri adalah contoh pedagang sukses. Diawali dengan magang berdagang ikut pamannya saat masih remaja. Ketika usia 25, usaha dagangnya sudah sangat sukses sehingga bisa memberi mas kawin unta dan perhiasan senilai Rp 1 miliar kepada Siti Khodijah.   Lalu bagaimana dagang yang baik? ’’Dagang yang baik adalah yang sama-sama enak. Penjual enak, pembeli juga enak. Saat kita jadi penjual, Nabi menganjurkan kita jadi penjual yang enakan. Saat kita jadi pembeli, Nabi menganjurkan kita jadi pembeli yang enakan,’’ tutur Ustad Soleh.   Penjual yang enakan adalah yang mengambil untung sedikit serta menerima jika pembeli mengembalikan barang yang telah dibeli namun tidak cocok.   Pembeli yang enakan adalah yang tidak keterlalun menawar harga. Dan tidak gampang mengembalikan barang yang sudah terlanjur dibeli.   ’’Nabi menyampaikan jika ada pedagang yang menghapus penyesalan pembelinya dengan membolehkan pembeli mengembalikan barang yang tidak cocok, maka kelak diakhirat, Allah akan menghapus atau membatalkan kesalahan-kesalahan pedagang tersebut,’’ jelasnya.   Sebaliknya, jika pembeli tidak mengembalikan barang yang kurang cocok karena tidak ingin membuat si penjual menyesal/gelo, maka kelak di akhirat Allah akan membatalkan kesalahan-kesalahan si pembeli tersebut.   Lalu bagaimana trik agar dagang sukses? ’’Sahabat Zubair yang juga saudagar sukses pernah ditanya  para sahabat terkait kiat suksesnya berdagang. Zubair menjawab, triknya yakni saat kulak selalu memilih barang terbaik. Dan saat menjual hanya mengambil untung sedikit,’’ paparnya.   Untung sedikit itu seberapa? ’’Tokoh sufi yang juga pedagang sukses di Bagdad, Sari Assaqoti pernah ditanya tentang sukses bisnisnya. Dia menjawab hanya mengambil untung lima persen. Seumpama   jual barang Rp 10 ribu, dia hanya ambil untung Rp 500. Karena Allah memberkahi kepada apapun yang dikehendaki,’’ jelasnya. ’’ Jadi semakin sedikit  ambil laba semakin bagus. Karena yang laku akan semakin banyak,’’ tambahnya.   Ustad Soleh memaparkan, para guru tariqah Syaziliyah mulai Imam Syadzili sangat menganjurkan dagang. ’’Jadikan tasbihmu adalah timbanganmu, jadi jangan berpangku tangan mengharapkan hadiah ataupun sedekah,’’ ungkapnya. Jamaah dimotivasi berkarya dan mengingat Allah dalam kesehariannya. Bukan hanya dalam wiridnya. ’’Dalam risalah Qusairiyah juga disebutkan. Bahwa jika ingin wusul kepada Allah, maka harus mengingat Allah dalam semua aktifitas termasuk dalam berdagang. Jangan hanya ingat Allah saat wiridan,’’ bebernya.   Sebab orang yang mengingat Allah, tidak akan maksiat kepada Allah. Nabi menyampaikan, tak ada orang yang zina,mencuri,  membunuh maupun minum khomer kecuali saat itu dia kehilangan iman. Orang yang terus ingat Allah, pasti dalam berdagang tak akan mengurangi timbangan dan tak akan merugikan pembeli. Oia, dari cerita yang saya dengar dari Mbah Bolong, mursyid syadziliyah yang sekarang yakni Gus Saladin Tulungagung, juga sangat mendorong jamaah untuk berkarya. Mengingat Allah dalam aktifitas keseharian, dalam berkarya, apalagi dalam berdagang, sudah pasti lebih sulit dibanding mengingat Allah saat sedang meriung wiridan. Sahabat Mashur ketua PC GP Ansor Lamongan cerita dia hanya ambil untung satu persen. Dan omset penjualan pulsanya sampai Rp 5 miliar. (Rojiful Mamduh)

0 komentar:

Post a Comment