07/03/2016

Sejarah Perkembangan Paham Aswaja

    2.  Periode Sahabat.
Kehidupan umat Islam pasca Rasul SAW, khususnya dibaiatnya sahabat Abu Bakar al-Siddiq ra. menjadi khalifah sampai berakhirnya masa kekhatifahan sahabat Ali bin Abi Talib kw. (karamAliahu wajhah),nyaris bernuansa lain dan mulai muncul perpecahan sebagaimana yang pernah disinyalir oleh Rasul SAW sendiri dalam beberapa haditsnya.
Sampai dengan masa kekhalifahan sahabat Umar bin Al-Khattab ra., perpecahan memang belum begitu kentara. Tetapi mulai kekhalifahan sahabat Usman bin Affan ra., fenomenanya mulai nampak jelas. Dan pada masa kekhalifahan sahabat Ali bin Abi Talib kw. Perpecahan mulai menjadi sebuah kenyataan. Dampak dan perpecahan ini, pada gilirannya menjadi sumber perbedaan paham di tengah umat Islam dalam mempedomani ajaran Islam.
Sejarah mencatat, bahwasanya sejak sahabat Abu Bakar ra. dibaiat menjadi khalifah, muncul gerakan pembangkang zakat yang menjadi sendi (rukun) Islam. Di pihak lain, muncul pula gerakan anti-Islam di bawah komando nabi-nabi palsu seperti : Musailamah al-Kazzab, Aswad al-Ansi, danTuhailah bin Khuwailid.
Meluasnya wilayah pemerintahan Islam di bawah pimpinan sahabat Umar ra., pun tak urung menimbulkan dendam terpendam dan para penguasa yang ditaklukkannya. Timbullah gerakan di bawah tanah untuk menyusupkan ajaran agama mereka ke dalam ajaran Islam dengan target untuk menghancurkan Islam dari dalam. Indikasinya sangat jelas, yakni terungkapnya kisah-kisah israiliyat di dalam beberapa disiplin keilmuan, bahkan lebih nyata lagi pada kasus pembunuhan terhadap khalifah Umar ra. sendiri.
Dalam sejarah dibuktikan bahwa pembunuh Umar ra. adalah Abu Lu’luah, Hurmuzan (keduanya asal Persia/Yahudi) dan jufainah (Nasrani). Inilah indikasi nyata adanya dendam kesumat dari pihak negara-negara yang ditaklukkan sahabat Umar ra. Dan mereka ini pastilah orang-orang non-Ahlussunnah Waljamaah!
Pada masa pemerintahan Usman ra. (23-35H), nuansa perpecahan kian meningkat dan issu nepotisme pun mulai merebak. Lidah Provokator ulung Abdullah bin Saba’ (si Yahudi yang pura-pura Islam), mulai berhasil mempengaruhi dan meracuni para elit politik. Perasaan tidak puas terhadap kepemimpinan Usman semakin menjadi-jadi, kontra politik sengaja dibesar-besarkan, dan pemberontakan demi pemberontakan terjadi di Kufah, Basrah, Mesir, dan tempat-tempat lain dengan tujuan untuk menjatuhkan kepemimpinan sahabat Usman ra.
Di sisi lain, muncul pula sebuah mazhab yang di kenal dengan “wisayah” yang tidak lain didirikan oleh provokator cerdik Abdullah bin Saba Isi mazhab itu berupa doktrin bahwa Rasul SAW ditegaskan telah berwasiat kepada Ali bin Abi Thalib ra. sebagai pengganti dalam kedudukan khalifah. Maka diserukan kepada khalayak bahwa Ali-lah yang berhak menduduki jabatan khalifah, Usman dan dua pendahulunya tidak sah, bahwa perampas hak Ali.
Mazhab Wisayah itu diperkuat lagi dengan adanya paham yang disebut “Haq Ilahi” yang sama-sama dicetuskan oleh provokator licin Abdullah bin Saba Isinya ialah menyatakan bahwa kedudukan khalifah adalah hak Tuhan, dan hak Tuhan itu jatuh kepada sahabat melalui wasiat Rasul.
Dengan demikian, praktis pada masa kepemimpmnan sahabat Usman ra. ini, golongan non Ahlussunnah Waljamaah sudah mulai berani menampakkan diri.
Apalagi pada masa kekhalifahan sahabat Ali bin Abi Talib kw. Partai-partai politik mulai bermunculan dengan latar belakang perbedaan golongan (paham) yang berbeda-beda. Partai Syi’ah yang mengklaim berada di belakang Ali ra, jelas sudah menyimpang dan petunjuk al-Quran dan al-Sunnah. Mereka pun akhirnya terpecah menjadi banyak golongan yang bertumpu pada tiga golongan besar, yakni Syi’ah aI-Ghulah, Rafidah, dan Syi’ah Zaidiyyah.
Penyimpangan yang dilakukan kaum Syi’ah dengan berbagai golongan itu, antara lain:
a.       Berani memasukkan kepercayaan Yahudi dan Nasrani serta Hindu Samani dan Majusi Mani tentang paham inkarnasi (al-khulul) dan paham reinkarnasi (al tanashukh).
b.      Mengkultuskan sahabat Ali kw, seraya mengkafirkan tiga sahabat (khalifah.) sebelumnya.
c.       Menolak pendapat ljma’ dan Qiyas, serta membolehkan kawin kontrak (mut’ah).
Selain Syi’ah. partai yang cukup besar ialah partai Khawarij. Mereka adalah orang-orang yang keluar dari golongan Ali dan menyatakan sebagai pembela Usman yang pada gilirannya berhadapan dengan Syi’ah.
Jika dirunut dari masa kepemimpinan Abu Bakar ra. sampai masa kepemimpinan Ali bin Abi Talib kw. (1140 H/632-661 M), umat Islam tidak luput dari nuansa perpecahan yang berakibat pada nuansa perbedaan paham. Namun paham-paham yang muncul dan sampai keluar dari rel Ahlussunnah Waljamaah (al-Quran dan al Hadits) pada dasarnya tidak sebanding dengan jumlah mereka yang masih berada di relnya.

bersambung ...

0 komentar:

Post a Comment