Karomah Kyai Kholil Bangkalan
Adapun karomah Mbah Kholil
selanjutnya:
m. Santri yang tidak ikut jamaah
Dan diantara karomahnya*, pada suatu hari menjelang
pagi, santri bernama Bahar dari Sidogiri merasa gundah, dalam benaknya tentu
pagi itu tidak bisa sholat subuh berjamaah. Ketidak ikutsertaan Bahar sholat
subuh berjamaah bukan karena malas, tetapi disebabkan halangan junub. Semalam
Bahar bermimpi tidur dengan seorang wanita. Sangat dipahami kegundahan Bahar.
Sebab wanita itu adalah istri Kiai Kholil, istri gurunya. Menjelang subuh,
terdengar Kiai Kholil marah besar sambil membawa sebilah pedang seraya
berucap:“Santri kurang ajar.., santri kurang ajar…..Para santri yang sudah naik
ke masjid untuk sholat berjamaah merasa heran dan tanda tanya, apa dan siapa
yang dimaksud santri kurang ajar itu. Subuh itu Bahar memang tidak ikut sholat
berjamaah, tetapi bersembunyi di belakang pintu masjid. Seusai sholat subuh
berjamaah, Kiai Kholil menghadapkan wajahnya kepada semua santri seraya
bertanya ; Siapa santri yang tidak ikut berjamaah?” Ucap Kiai Kholil nada
menyelidik. Semua santri merasa terkejut, tidak menduga akan mendapat
pertanyaan seperti itu. Para santri menoleh ke kanan-kiri, mencari tahu siapa
yang tidak hadir. Ternyata yang tidak hadir waktu itu hanyalah Bahar. Kemudian
Kiai Kholil memerintahkan mencari Bahar dan dihadapkan kepadanya. Setelah
diketemukan lalu dibawa ke masjid. Kiai Kholil menatap tajam-tajam kepada bahar
seraya berkata ; Bahar, karena kamu tidak hadir sholat subuh berjamaah maka
harus dihukum. Tebanglah dua rumpun bambu di belakang pesantren dengan petok
ini Perintah Kiai Kholil. Petok adalah sejenis pisau kecil, dipakai menyabit rumput.
Setelah menerima perintah itu, segera Bahar melaksanakan dengan tulus. Dapat
diduga bagaimana Bahar menebang dua rumpun bambu dengan suatu alat yang sangat
sederhana sekali, tentu sangat kesulitan dan memerlukan tenaga serta waktu yang
lama sekali. Hukuman ini akhirnya diselesaikan dengan baik. Alhamdulillah,
sudah selesai, Kiai Ucap Bahar dengan sopan dan rendah hati. Kalau begitu,
sekarang kamu makan nasi yang ada di nampan itu sampai habis, Perintah Kiai
kepada Bahar.Sekali lagi santri Bahar dengan patuh menerima hukuman dari Kiai
Kholil. Setelah Bahar melaksanakan hukuman yang kedua, santri Bahar lalu
disuruh makan buah-buahan sampai habis yang ada di nampan yang telah tersedia.
Mendengar perintah ini santri Bahar melahap semua buah-buahan yang ada di
nampan itu. Setelah itu santri Bahar diusir oleh Kiai Kholil seraya berucap ;
Hai santri, semua ilmuku sudah dicuri oleh orang ini ucap Kiai Kholil sambil
menunjuk ke arah Bahar. Dengan perasaan senang dan mantap santri Bahar pulang
meninggalkan pesantren Kiai Kholil menuju kampung halamannya. Memang benar, tak
lama setelah itu, santri yang mendapat isyarat mencuri ilmu Kiai Kholil itu,
menjadi Kiai yang sangat alim, yang memimpin sebuah pondok pesantren besar di
Jawa Timur. Kia beruntung itu bernama Kiai Bahar, seorang Kiai besar dengan
ribuan santri yang diasuhnya di Pondok Pesantren Sido Giri, Pasuruan, Jawa
Timur.
Next…
0 komentar:
Post a Comment