Karomah Kyai Kholil Bangkalan
Adapun karomah Mbah Kholil
selanjutnya:
l. Kedatangan macan
Suatu hari di bulan Syawal. Kiai Kholil
tiba-tiba memanggil santrinya. Anak-anakku, sejak hari ini kalian harus
memperketat penjagaan pondok pesantren. Pintu gerbang harus senantiasa dijaga, sebentar
lagi akan ada macan masuk ke pondok kita ini.” Kata Syeikh Kholil agak serius.
Mendengar tutur guru yang sangat dihormati itu, segera para santri
mempersiapkan diri. Waktu itu sebelah timur Bangkalan memang terdapat
hutan-hutan yang cukup lebat dan angker. Hari demi hari, penjagaan semakin
diperketat, tetapi macan yang ditungu-tunggu itu belum tampak juga. Memasuki
minggu ketiga, datanglah ke pesantren pemuda kurus, tidak berapa tinggi
berkulit kuning langsat sambil menenteng kopor seng. Sesampainya di depan pintu
rumah SyeikhKholil, lalu mengucap salam. Mendengar salam itu, bukan jawaban
salam yang diterima, tetapi Kiai malah berteriak memanggil santrinya ; Hey
santri semua, ada macan….macan.., ayo kita kepung. Jangan sampai masuk ke
pondok.” Seru Syeikh Kholil bak seorang komandan di medan perang. Mendengar
teriakan Syeikh kontan saja semua santri berhamburan, datang sambil membawa apa
yang ada, pedang, clurit, tongkat, pacul untuk mengepung pemuda yang baru
datang tadi yang mulai nampak kelihatan pucat. Tidak ada pilihan lagi kecuali
lari seribu langkah. Namun karena tekad ingin nyantri ke Syeikh Kholil begitu
menggelora, maka keesokan harinya mencoba untuk datang lagi. Begitu memasuki
pintu gerbang pesantren, langsung disongsong dengan usiran ramai-ramai.
Demikian juga keesokan harinya. Baru pada malam ketiga, pemuda yang pantang
mundur ini memasuki pesantren secara diam-diam pada malam hari. Karena lelahnya
pemuda itu, yang disertai rasa takut yang mencekam, akhirnya tertidur di bawah
kentongan surau. Secara tidak diduga, tengah malam Syeikh Kholil datang dan
membantu membangunkannya. Karuan saja dimarahi habis-habisan. Pemuda itu dibawa
ke rumah Syeikh Kholil. Setelah berbasa-basi dengan seribu alasan. Baru pemuda
itu merasa lega setelah resmi diterima sebagai santri Syeikh Kholil. Pemuda itu
bernama Abdul Wahab Hasbullah. Kelak kemudian hari santri yang diisyaratkan
macan itu, dikenal dengan nama KH. Wahab Hasbullah, seorang Kiai yang sangat
alim, jagoan berdebat, pembentuk komite Hijaz, pembaharu pemikiran. Kehadiran
KH Wahab Hasbullah di mana-mana selalu berwibawa dan sangat disegani baik kawan
maupun lawan bagaikan seekor macan, seperti yang diisyaratkan Syeikh Kholil.
0 komentar:
Post a Comment