KYAI ISMAIL dan KESAKTIAN GUS KHOLIQ TEBUIRENG
Saat rutinan PAC GP Ansor Kecamatan Jombang Kota, di Musala Al-Falah, Jumat, (16/12/2016), aktivis Banser Kabupaten Jombang Moh Lutfi Ridlo, yang saat ini menjabat sebagai Kepala biro Perencanaan Pendidikan dan Latihan Satkoorcab Banser Jombang.
Dia cerita tentang kesaktian Gus Kholiq, salah satu putra KH Hasyim Asy’ari Tebuireng.
’’Cerita ini disampaikan Abah saya H.Machsusin bin Baidlowi yang mendengar kesaksian langsung dari Kiai Ismail Kasembon,’’ tuturnya. Kiai Ismail ini peladennya Gus Kholiq.
Jelang wafat, KH Hasyim Asy’ari seperti sudah merasa. Dia pun mengumpulkan putra-putrinya. Salah satu putri beliau yakni Bu Nyai Khoiriyah saat itu masih muqim di Makkah.
Kiai Hasyim lantas memanggil Gus Kholiq dan disuruh segera menjemput Nyai Khoiriyah. Saat itu, Kiai Ismail berada di kamar Gus Kholiq. ’’Saat Gus Kholiq dipanggil, Kiai Ismail sedang menyelesaikan pekerjaan rutinnya membersihkan rumah, Gus Kholiq hanya manthuk dan berkata Inggih Bah saat diperintah Mbah Hasyim Asy'ari,tanpa kalimat tambahan apapun.
Lalu Gus Kholiq memanggil Kyai Ismail, Kang tulung sumetno bakhur (menyan arab), lalu Kyai Ismailpun bersembunyi dibawah dipan,’’ tuturnya. Sehingga beliau melihat aktivitas Gus Kholiq di dalam kamar.
Setelah dipanggil Kiai Hasyim, Gus Kholiq kembali masuk kamar. Beliau lantas shalat dua rakaat. Lantas berdoa. ’’Tidak lama kemudian kamar terasa horeg (bergetar hebat). Lalu muncul macan putih diiringi dengan gemuruh angin. Gus Kholiq lantas pergi menaiki punggung macan tersebut,’’ paparnya.
Tak lama kemudian, Gus Kholiq sudah datang di Tebuireng bersama Bu Nyai Khoiriyah yang dijemput di Mekkah.
Cerita ini disampaikan Cak Lutfi di musala Al-Falah yang berada tepat di depan rumah tokoh Muhammadiyah KH Muchid Jaelani. Saya pun jadi ingat cerita yang disampaikan KH Muchid Jaelani. Beliau sempat cerita, pertama kali datang ke Jombang dari Malang adalah untuk nyantri di Tebuireng. Saat itu masih jaman Gus Kholiq. ’’Mulut saya ini pernah diludahi Gus Kholiq,’’ kata Kiai Muchid. ’’Sopo wani nglepeh, ya ditelan,’’ lanjutnya. Sejak itu, beliau bisa membaca sendiri kitab-kitab kuning meskipun yang belum diajarkan..
(leeried@gmail.com arek sambongdukuh Jombang)
0 komentar:
Post a Comment