METU TEKO NU SAMBER MBLEDEK
Saat ngaji dihadapan para mahasiswa IABAFA Sabtu (19/11/2016), Pengasuh PP Al-Muhibbin Bahrul Ulum Tambakberas, KH Idris Jamal meminta para mahasiwa jadi sarjana yang santri. ’’Beberapa kali saya mengajak sowan santri tingkat akhir ke Romo KH Abdul Jalil Tulungagung, pesannya selalu sama, sekolaho setinggi apapun, sak kuate orang tua membiayai, tapi jangan tinggal kiai,’’ tuturnya.
Kiai Jamal, kata Gus Idris, juga selalu menyampaikan pesan yang sama dengan redaksi berbeda. ’’Kiai Jamal sering menyampaikan pesannya Mbah Wahab. Ojo metu teko NU. Metu teko NU, samber mbledek,’’ tegasnya.
Imam Abu Hasan As-Syadzili, juga menyampaikan pesan yang sama dengan redaksi berbeda. ’’Abu Hasan As-Syadzili berpesan, jika punya hajat, wasilahlah dengan Imam Ghozali,’’ tuturnya.
Salah satu pendiri NU sekaligus Pendiri Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Asembagus Situbondo, yang menerima gelar pahlawan nasional 10 November 2016, KH As’ad Syamsul Arifin, juga menyampaikan pesan yang sama. ’’ Santri Sukorejo yang keluar dari NU (Nahdlatul Ulama), jangan berharap berkumpul dengan saya di akhirat.’’
Semua pesan tersebut intinya sama. Yakni jangan meninggalkan kiai.
(Lutfi Ridho)
0 komentar:
Post a Comment