Kehidupan umat Islam pasca Rasul SAW,
khususnya dibaiatnya sahabat Abu Bakar al-Siddiq ra. menjadi khalifah sampai
berakhirnya masa kekhatifahan sahabat Ali bin Abi Talib kw. (karamAliahu
wajhah),nyaris bernuansa lain dan mulai muncul perpecahan sebagaimana yang
pernah disinyalir oleh Rasul SAW sendiri dalam beberapa haditsnya.
Sampai dengan masa kekhalifahan sahabat
Umar bin Al-Khattab ra., perpecahan memang belum begitu kentara. Tetapi mulai
kekhalifahan sahabat Usman bin Affan ra., fenomenanya mulai nampak jelas. Dan
pada masa kekhalifahan sahabat Ali bin Abi Talib kw. Perpecahan mulai menjadi
sebuah kenyataan. Dampak dan perpecahan ini, pada gilirannya menjadi sumber
perbedaan paham di tengah umat Islam dalam mempedomani ajaran Islam.
Sejarah mencatat, bahwasanya sejak sahabat
Abu Bakar ra. dibaiat menjadi khalifah, muncul gerakan pembangkang zakat yang
menjadi sendi (rukun) Islam. Di pihak lain, muncul pula gerakan anti-Islam di bawah
komando nabi-nabi palsu seperti : Musailamah al-Kazzab, Aswad al-Ansi,
danTuhailah bin Khuwailid.
Meluasnya wilayah pemerintahan Islam di
bawah pimpinan sahabat Umar ra., pun tak urung menimbulkan dendam terpendam dan
para penguasa yang ditaklukkannya. Timbullah gerakan di bawah tanah untuk
menyusupkan ajaran agama mereka ke dalam ajaran Islam dengan target untuk
menghancurkan Islam dari dalam. Indikasinya sangat jelas, yakni terungkapnya
kisah-kisah israiliyat di dalam beberapa disiplin keilmuan, bahkan lebih nyata
lagi pada kasus pembunuhan terhadap khalifah Umar ra. sendiri.
Dalam sejarah dibuktikan bahwa pembunuh
Umar ra. adalah Abu Lu’luah, Hurmuzan (keduanya asal Persia/Yahudi) dan
jufainah (Nasrani). Inilah indikasi nyata adanya dendam kesumat dari pihak
negara-negara yang ditaklukkan sahabat Umar ra. Dan mereka ini pastilah orang-orang
non-Ahlussunnah Waljamaah!
Pada masa pemerintahan Usman ra. (23-35H),
nuansa perpecahan kian meningkat dan issu nepotisme pun mulai merebak. Lidah
Provokator ulung Abdullah bin Saba ’ (si Yahudi
yang pura-pura Islam), mulai berhasil mempengaruhi dan meracuni para elit
politik. Perasaan tidak puas terhadap kepemimpinan Usman semakin menjadi-jadi,
kontra politik sengaja dibesar-besarkan, dan pemberontakan demi pemberontakan
terjadi di Kufah, Basrah, Mesir, dan tempat-tempat lain dengan tujuan untuk
menjatuhkan kepemimpinan sahabat Usman ra.
Di sisi lain, muncul pula sebuah mazhab
yang di kenal dengan “wisayah” yang tidak lain didirikan oleh provokator cerdik
Abdullah bin Saba Isi mazhab itu berupa doktrin bahwa Rasul SAW ditegaskan
telah berwasiat kepada Ali bin Abi Thalib ra. sebagai pengganti dalam kedudukan
khalifah. Maka diserukan kepada khalayak bahwa Ali-lah yang berhak menduduki
jabatan khalifah, Usman dan dua pendahulunya tidak sah, bahwa perampas hak Ali.
Mazhab Wisayah itu diperkuat lagi dengan
adanya paham yang disebut “Haq Ilahi” yang sama-sama dicetuskan oleh provokator
licin Abdullah bin Saba Isinya ialah menyatakan bahwa kedudukan khalifah adalah
hak Tuhan, dan hak Tuhan itu jatuh kepada sahabat melalui wasiat Rasul.
Dengan demikian, praktis pada masa
kepemimpmnan sahabat Usman ra. ini, golongan non Ahlussunnah Waljamaah sudah
mulai berani menampakkan diri.
Apalagi pada masa kekhalifahan sahabat Ali
bin Abi Talib kw. Partai-partai politik mulai bermunculan dengan latar belakang
perbedaan golongan (paham) yang berbeda-beda. Partai Syi’ah yang mengklaim
berada di belakang Ali ra, jelas sudah menyimpang dan petunjuk al-Quran dan
al-Sunnah. Mereka pun akhirnya terpecah menjadi banyak golongan yang bertumpu
pada tiga golongan besar, yakni Syi’ah aI-Ghulah, Rafidah, dan Syi’ah Zaidiyyah.
Penyimpangan yang dilakukan kaum Syi’ah
dengan berbagai golongan itu, antara lain:
a. Berani
memasukkan kepercayaan Yahudi dan Nasrani serta Hindu Samani dan Majusi Mani
tentang paham inkarnasi (al-khulul) dan paham reinkarnasi (al
tanashukh).
b. Mengkultuskan
sahabat Ali kw, seraya mengkafirkan tiga sahabat (khalifah.) sebelumnya.
c. Menolak
pendapat ljma’ dan Qiyas, serta membolehkan kawin kontrak (mut’ah).
Selain Syi’ah. partai yang cukup besar
ialah partai Khawarij. Mereka adalah orang-orang yang keluar dari golongan Ali
dan menyatakan sebagai pembela Usman yang pada gilirannya berhadapan dengan
Syi’ah.
Jika dirunut dari masa kepemimpinan Abu
Bakar ra. sampai masa kepemimpinan Ali bin Abi Talib kw. (1140 H/632-661 M),
umat Islam tidak luput dari nuansa perpecahan yang berakibat pada nuansa
perbedaan paham. Namun paham-paham yang muncul dan sampai keluar dari rel
Ahlussunnah Waljamaah (al-Quran dan al Hadits) pada dasarnya tidak sebanding
dengan jumlah mereka yang masih berada di relnya.
bersambung ...
0 komentar:
Post a Comment