Saat ngaji dalam rutinan Diba Kubro Kecamatan Jombang Kota di Masjid ar Roudoh Tugu, Sabtu (5/8/2017), Rois Syuriah MWCNU Jombang Kota, KH Ahmad Hasan Hasibuan, menjelaskan pentingnya sikap luwes dan lembut. ’’Saat Sahabat Muad bin Jabal hendak dikirim ke luar negeri, Nabi berpesan, yassiru wala tuassiru, bassyiru wala tunaziru. Permudah jangan dipersulit. Beri kabar gembira, jangan ditakut-takuti,’’ papar pengasuh PP Assaidiyah 2 Bahrul Ulum Tambakberas ini.
Itu pula yang dilakukan Wali Songo dalam mengislamkan penduduk nusantara. Sehingga mayoritas penduduk nusantara menjadi muslim. Walaupun 350 tahun dijajah Portugis, Belanda dan Jepang yang non muslim pun, penduduk Indonesia tetap mayoritas muslim.
Padahal teorinya, agama rakyat adalah agama penguasa. Dijajah, dikuasai dan dipimpin pemerintah non muslim selama 350 tahun, mestinya penduduk Indonesia jadi non muslim. Namun teori itu mentah di bumi Wali Songo.
’’Jangan sampai yang sudah diislamkan Wali Songo itu kemudian sekarang dikafir-kafirkan,’’ pesannya.
Agar bisa bersikap lembut dan luwes semacam itu, kita harus punya ilmu yang luwas. ’’Luwes itu karena ilmunya luwas. Seperti air yang banyak,’’ paparnya. Air yang banyak bisa mensucikan dan tidak gampang berubah jadi najis. Beda dengan air sedikit, kena najis sedikit saja sudah berubah menjadi najis.
Kiai Hasan berpesan agar rutinan salawatan itu diteruskan. Diistiqomahkan. ’’Sebab salawatan ini bisa menghindarkan balak, bencana dan musibah,’’ ucapnya mengutip QS Al Anfal 33, Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah pula Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.
Beliau juga mengutip QS Alhujurat 7, Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. Wa’lamu anna fikum rosulallah. Dalam QS Al Anfal 33 diatas digunakan kalimat, wa anta fihim. Dan kamu sedang berada diantara mereka.
Faedah fi, kata Kiai Hasan, li tsubut. Untuk menegaskan tetapnya suatu perkara. Tetap yang tidak berubah. Dalam kedua ayat diatas digunakan fi. Ini menunjukkan bahwa Rosulullah itu tetap ada ditengah-tengah kita. ’’Tergantung bagaimana kita menghadirkannya. Semakin banyak kita membaca salawat, maka Rosulullah semakin hadir ditengah-tengah kita,’’ bebernya.
[17:21, 8/10/2017] Radar Rojif: WALA TANABAZU BIL ALQOB
Saat ngaji dalam Diba Kubro Jombang Kota di masjid Ar Roudoh Tugu, Sabtu (5/8/2017), Rois Syuriah MWCNU Jombang Kota yang juga pengasuh PP Assaidiyah 2 Bahrul Ulum Tambakberas, KH Ahmad Hasan Hasibuan menjelaskan larangan memanggil orang lain dengan panggilan yang buruk. ’’Wala tana bazu bil alqob,’’ ucapnya mengutip QS Alhujurat 11.
’’Memanggil orang muslim dengan sebutan kafir atau ahlul bid’ah itu tidak boleh,’’ jelasnya. ’’Sebab panggilan yang paling jelek adalah panggilan yang buruk sesudah orang itu beriman, bi’sal ismul fusuqu bakdal iman,’’ tambahnya mengutip lanjutan ayat tersebut.
Wali Songo sudah berusah payah mengislamkan penduduk nusantara yang dulu belum Islam. Begitu sekarang sudah Islam kok dipanggil kafir, fasik, munafik, ahli bid’ah. ’’Itu semua seburuk-buruk panggilan,’’ tandasnya.
Dakwah dengan mengkafir-kafirkan, membid’ah-bid’ahkan selamanya tak akan pernah berhasil.
Ada cerita yang disebutkan dalam Tafsir Yasin Hamami ayat 14. Nabi Isa pernah mengirim dua utusan ke sebuah wilayah. Ketika sampai di wilayah itu, dua orang ini langsung mengumpulkan semua orang di alun-alun. Keduanya ceramah dengan keras mengkafir-kafirkan penguasa di wilayah tersebut sambil mengajak ikut ajarannya Nabi Isa.
Tidak berselang lama, prajurit istana datang menangkap keduanya dan langsung memancungnya. Keduanya mati sebelum dakwah menunjukkan hasil sama sekali.
Lalu Nabi Isa mengirim utusan yang ketiga. Utusan yang ketiga ini dakwah dengan lembut. Mula-mula dia dekati keluarga istana. Hingga akhirnya bisa menjadi orang kepercayaan raja. Semua hal dimintakan pertimbangan kepadanya. Hingga akhirnya bisa mempengaruhi sebagian besar keluarga kerajaan dan rakyat jelata untuk mengikuti ajaran Nabi Isa.
Sampai akhir cerita, utusan yang ketiga ini memang tetap tidak berhasil mengislamkan raja. Namun dia tidak sampai kehilangan nyawa. Dakwahnya juga menunjukkan hasil dengan imannya sebagian keluarga kerajaan dan sebagian penduduk.
[12:06, 8/13/2017] Radar Rojif: BELUM JADI MANUSIA SEBELUM DIMUSUHI MANUSIA
Saat sowan Rois Syuriah MWC NU Jombang Kota yang juga Pengasuh PP Assaidiyah 2 Bahrul Ulum Tambakberas, KH Ahmad Hasan Hasibuan bersama para sahabat PAC GP Ansor Kecamatan Jombang Kota, Sabtu (1/7/2017), beliau cerita fadilah ratibul haddad.
"Awal tinggal disini sempat ada yang ganggu," tuturnya.
Beliau lalu didatangi seorang habib diberi ijazah ratibul haddad. Beliau lalu rutin mengamalkannya. "Sejak saat itu alhamdulillah gangguan nya hilang," jelasnya.
Setiap orang, kata Kiai Hasan, pasti punya musuh. Baik dalam maksud kiasan maupun hakiki. Baik dari makhluk halus maupun kasar. Sebab itu perlu benteng seperti ratibul haddad ini.
Ratibul haddad ini adalah salah satu wirid pahlawan nasional KH As'ad Syamsul Arifin Situbondo. Sehingga walaupun dikepung dan diberondong peluru oleh penjajah, beliau bisa selamat.
"Kata Kiai Djamaludin Ahmad, manusia itu belum jadi manusia jika belum dimusuhi manusia," papar Kiai Hasan.
Apa yang disampaikan Kiai Jamal itu cocok dengan yang disampaikan Imam Abil Hasan Asy-Syadzily Ra.
Beliau menyatakan:
ﻻ ﻳﻜﻤﻞ ﻋﺎﻟﻢ ﻓﻲ ﻣﻘﺎﻡ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺣﺘﻰ ﻳﺒﺘﻠﻰ ﺑﺄﺭﺑﻊ : ﺷﻤﺎﺗﺔ ﺍﻷﻋﺪﺍﺀ، ﻭﻣﻼﻣﺔ ﺍﻷﺻﺪﻗﺎﺀ، ﻭﻃﻌﻦ ﺍﻟﺠﻬﺎﻝ، ﻭﺣﺴﺪ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ . ﻓﺈﻥ ﺻﺒﺮ ﺟﻌﻠﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺇﻣﺎﻣﺎً ﻳﻘﺘﺪﻯ ﺑﻪ
Seorang alim belum akan mencapai tingkat kesempurnaan ilmunya hingga mengalami empat ujian:
1. Musuhnya merasa gembira. Karena dia kena cobaan atau musibah.
2. Dicela oleh para sahabat.
3. Dihina orang-orang yang bodoh.
4. Iri hati dari kalangan ulama.
Jika dia mampu bersabar terhadap itu semua, pasti Allah akan menjadikannya sebagai pemimpin yang diikuti.
Alhamdulillah dalam PKD Ansor di Tambakberas, Kiai Hasan sudah mengijzahkan ratibul haddad. Semoga kita bisa istiqomah mengamalkannya.
Itu pula yang dilakukan Wali Songo dalam mengislamkan penduduk nusantara. Sehingga mayoritas penduduk nusantara menjadi muslim. Walaupun 350 tahun dijajah Portugis, Belanda dan Jepang yang non muslim pun, penduduk Indonesia tetap mayoritas muslim.
Padahal teorinya, agama rakyat adalah agama penguasa. Dijajah, dikuasai dan dipimpin pemerintah non muslim selama 350 tahun, mestinya penduduk Indonesia jadi non muslim. Namun teori itu mentah di bumi Wali Songo.
’’Jangan sampai yang sudah diislamkan Wali Songo itu kemudian sekarang dikafir-kafirkan,’’ pesannya.
Agar bisa bersikap lembut dan luwes semacam itu, kita harus punya ilmu yang luwas. ’’Luwes itu karena ilmunya luwas. Seperti air yang banyak,’’ paparnya. Air yang banyak bisa mensucikan dan tidak gampang berubah jadi najis. Beda dengan air sedikit, kena najis sedikit saja sudah berubah menjadi najis.
Kiai Hasan berpesan agar rutinan salawatan itu diteruskan. Diistiqomahkan. ’’Sebab salawatan ini bisa menghindarkan balak, bencana dan musibah,’’ ucapnya mengutip QS Al Anfal 33, Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah pula Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.
Beliau juga mengutip QS Alhujurat 7, Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. Wa’lamu anna fikum rosulallah. Dalam QS Al Anfal 33 diatas digunakan kalimat, wa anta fihim. Dan kamu sedang berada diantara mereka.
Faedah fi, kata Kiai Hasan, li tsubut. Untuk menegaskan tetapnya suatu perkara. Tetap yang tidak berubah. Dalam kedua ayat diatas digunakan fi. Ini menunjukkan bahwa Rosulullah itu tetap ada ditengah-tengah kita. ’’Tergantung bagaimana kita menghadirkannya. Semakin banyak kita membaca salawat, maka Rosulullah semakin hadir ditengah-tengah kita,’’ bebernya.
[17:21, 8/10/2017] Radar Rojif: WALA TANABAZU BIL ALQOB
Saat ngaji dalam Diba Kubro Jombang Kota di masjid Ar Roudoh Tugu, Sabtu (5/8/2017), Rois Syuriah MWCNU Jombang Kota yang juga pengasuh PP Assaidiyah 2 Bahrul Ulum Tambakberas, KH Ahmad Hasan Hasibuan menjelaskan larangan memanggil orang lain dengan panggilan yang buruk. ’’Wala tana bazu bil alqob,’’ ucapnya mengutip QS Alhujurat 11.
’’Memanggil orang muslim dengan sebutan kafir atau ahlul bid’ah itu tidak boleh,’’ jelasnya. ’’Sebab panggilan yang paling jelek adalah panggilan yang buruk sesudah orang itu beriman, bi’sal ismul fusuqu bakdal iman,’’ tambahnya mengutip lanjutan ayat tersebut.
Wali Songo sudah berusah payah mengislamkan penduduk nusantara yang dulu belum Islam. Begitu sekarang sudah Islam kok dipanggil kafir, fasik, munafik, ahli bid’ah. ’’Itu semua seburuk-buruk panggilan,’’ tandasnya.
Dakwah dengan mengkafir-kafirkan, membid’ah-bid’ahkan selamanya tak akan pernah berhasil.
Ada cerita yang disebutkan dalam Tafsir Yasin Hamami ayat 14. Nabi Isa pernah mengirim dua utusan ke sebuah wilayah. Ketika sampai di wilayah itu, dua orang ini langsung mengumpulkan semua orang di alun-alun. Keduanya ceramah dengan keras mengkafir-kafirkan penguasa di wilayah tersebut sambil mengajak ikut ajarannya Nabi Isa.
Tidak berselang lama, prajurit istana datang menangkap keduanya dan langsung memancungnya. Keduanya mati sebelum dakwah menunjukkan hasil sama sekali.
Lalu Nabi Isa mengirim utusan yang ketiga. Utusan yang ketiga ini dakwah dengan lembut. Mula-mula dia dekati keluarga istana. Hingga akhirnya bisa menjadi orang kepercayaan raja. Semua hal dimintakan pertimbangan kepadanya. Hingga akhirnya bisa mempengaruhi sebagian besar keluarga kerajaan dan rakyat jelata untuk mengikuti ajaran Nabi Isa.
Sampai akhir cerita, utusan yang ketiga ini memang tetap tidak berhasil mengislamkan raja. Namun dia tidak sampai kehilangan nyawa. Dakwahnya juga menunjukkan hasil dengan imannya sebagian keluarga kerajaan dan sebagian penduduk.
[12:06, 8/13/2017] Radar Rojif: BELUM JADI MANUSIA SEBELUM DIMUSUHI MANUSIA
Saat sowan Rois Syuriah MWC NU Jombang Kota yang juga Pengasuh PP Assaidiyah 2 Bahrul Ulum Tambakberas, KH Ahmad Hasan Hasibuan bersama para sahabat PAC GP Ansor Kecamatan Jombang Kota, Sabtu (1/7/2017), beliau cerita fadilah ratibul haddad.
"Awal tinggal disini sempat ada yang ganggu," tuturnya.
Beliau lalu didatangi seorang habib diberi ijazah ratibul haddad. Beliau lalu rutin mengamalkannya. "Sejak saat itu alhamdulillah gangguan nya hilang," jelasnya.
Setiap orang, kata Kiai Hasan, pasti punya musuh. Baik dalam maksud kiasan maupun hakiki. Baik dari makhluk halus maupun kasar. Sebab itu perlu benteng seperti ratibul haddad ini.
Ratibul haddad ini adalah salah satu wirid pahlawan nasional KH As'ad Syamsul Arifin Situbondo. Sehingga walaupun dikepung dan diberondong peluru oleh penjajah, beliau bisa selamat.
"Kata Kiai Djamaludin Ahmad, manusia itu belum jadi manusia jika belum dimusuhi manusia," papar Kiai Hasan.
Apa yang disampaikan Kiai Jamal itu cocok dengan yang disampaikan Imam Abil Hasan Asy-Syadzily Ra.
Beliau menyatakan:
ﻻ ﻳﻜﻤﻞ ﻋﺎﻟﻢ ﻓﻲ ﻣﻘﺎﻡ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺣﺘﻰ ﻳﺒﺘﻠﻰ ﺑﺄﺭﺑﻊ : ﺷﻤﺎﺗﺔ ﺍﻷﻋﺪﺍﺀ، ﻭﻣﻼﻣﺔ ﺍﻷﺻﺪﻗﺎﺀ، ﻭﻃﻌﻦ ﺍﻟﺠﻬﺎﻝ، ﻭﺣﺴﺪ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ . ﻓﺈﻥ ﺻﺒﺮ ﺟﻌﻠﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺇﻣﺎﻣﺎً ﻳﻘﺘﺪﻯ ﺑﻪ
Seorang alim belum akan mencapai tingkat kesempurnaan ilmunya hingga mengalami empat ujian:
1. Musuhnya merasa gembira. Karena dia kena cobaan atau musibah.
2. Dicela oleh para sahabat.
3. Dihina orang-orang yang bodoh.
4. Iri hati dari kalangan ulama.
Jika dia mampu bersabar terhadap itu semua, pasti Allah akan menjadikannya sebagai pemimpin yang diikuti.
Alhamdulillah dalam PKD Ansor di Tambakberas, Kiai Hasan sudah mengijzahkan ratibul haddad. Semoga kita bisa istiqomah mengamalkannya.
0 komentar:
Post a Comment