MANTEB NU
Saat ngaji dalam peringatan Maulid Nabi dan Harlah NU yang digelar Ranting NU Tambakberas, Sabtu (11/2/2017), KH Marzuki Mustamar meminta warga NU tetap istiqomah dalam NU. ’’Ojo sampai metu teko NU. Melu NU, tetep imane. Melu NU, khusnul khotimah,’’ tegasnya.
Beliau lantas menguraikan lima alasan tetap memilih NU.
Pertama, para kiai NU di pesantren terbukti keilmuan dan kesolehannya. ’’Santri bertahun-tahun tinggal bersama kiai di pesantren. Tidak pernah lihat kiai salah membaca kitab kuning. Tidak pernah lihat kiai tak jamaah. Tak pernah lihat kiai mbujuki. Sehingga wajar kalau masyarakat manut kiai,’’ paparnya.
Kalau pindah ikut kelompok lain, apakah sudah pernah membuktikan keilmuan dan kesolehan pemimpin mereka?
Kedua, sanad keilmuan kiai NU dan kiai pesantren jelas dan nyambung sampai Rosulullah SAW. ”Sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka lihatlah dari siapakah kalian mengambil agama kalian,” ucapnya mengutip sebuah hadist.
Ketiga, kiprah NU jelas maslahat. Sejak berdirinya, NU tidak pernah terlibat pemberontakan terhadap NKRI. Beda dengan kelompok Islam lain seperti DI/TII dan lain-lain.
Jumlah pesantren NU ada 25 ribu. Mereka ini mendidik orang yang awalnya bodoh menjadi berilmu. ’’Kontribusinya sangat besar untuk negara ini,’’ bebernya.
Beliau minta agar lingkungan NU dan pesantren benar-benar dijaga agar tidak kemasukan kelompok lain. Beliau lalu mencontohkan Yaman. Awalnya damai. Lalu di utara muncul Wahabi. Di selatan muncul Syiah. Keduanya saling mengkafirkan dan membunuh. Sehingga akhirnya kelompok habaib yang di timur yakni Hadramaut terjepit. Yaman akhirnya pecah dan terus berperang sampai sekarang.
Syria juga demikian. Arab Saudi menyokong pemberontak. Syiah Iran juga ikut campur. Negara tersebut akhirnya terkoyak hingga sekarang. Lebih dari satu juta penduduk jadi pengungsi.
’’NU ini organisasi yang asli didirikan orang Indonesia, didanai orang Indonesia. Jadi tidak mungkin menghancurkan Indonesia. Beda dengan yang berasal dari Arab, yang berasal dari Iran. Dana mereka dari luar. Yang pegang remotnya orang luar. Jika kita membiarkan yang didanai Arab dan Iran itu besar, pasti Indonesia akan hancur. Karena yang meremot dari luar,’’ tandasnya.
Keempat, di NU ada tradisi saling mendoakan. Santri mendoakan kiai. Kiai mendoakan santri. ’’Jika kita mati lalu dicap malaikat amal kita kurang, masih bisa berharap kiriman dari keluarga, santri dan kiai. Kalau non NU, tidak kenal tradisi saling mendoakan. Mereka doa untuk diri sendiri masing-masing,’’ paparnya.
Kelima, NU jelas benar. Beliau lalu mencontohkan dalil sedekah untuk mayit. Yakni hadist dari Aisyah. “Ibuku mati mendadak, sementara beliau belum berwasiat. Saya yakin, andaikan beliau sempat berbicara, beliau akan bersedekah. Apakah beliau akan mendapat aliran pahala, jika saya bersedekah atas nama beliau?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya. Bersedekahlah atas nama ibumu.” (HR. Bukhari 1388 dan Muslim 1004).
Beliau juga mencontohkan banyak dalil amaliah NU lainnya. Selengkapnya dalil-dalil tersebut bisa dilihat di http://www.hujjahnu.com/ yang diasuh KH Ma’ruf Khozin, pengurus Aswaja NU Center PWNU Jatim yang juga pengasuh rubrik tanya jawab di majalah aula.
(Lutfi)
Saat ngaji dalam peringatan Maulid Nabi dan Harlah NU yang digelar Ranting NU Tambakberas, Sabtu (11/2/2017), KH Marzuki Mustamar meminta warga NU tetap istiqomah dalam NU. ’’Ojo sampai metu teko NU. Melu NU, tetep imane. Melu NU, khusnul khotimah,’’ tegasnya.
Beliau lantas menguraikan lima alasan tetap memilih NU.
Pertama, para kiai NU di pesantren terbukti keilmuan dan kesolehannya. ’’Santri bertahun-tahun tinggal bersama kiai di pesantren. Tidak pernah lihat kiai salah membaca kitab kuning. Tidak pernah lihat kiai tak jamaah. Tak pernah lihat kiai mbujuki. Sehingga wajar kalau masyarakat manut kiai,’’ paparnya.
Kalau pindah ikut kelompok lain, apakah sudah pernah membuktikan keilmuan dan kesolehan pemimpin mereka?
Kedua, sanad keilmuan kiai NU dan kiai pesantren jelas dan nyambung sampai Rosulullah SAW. ”Sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka lihatlah dari siapakah kalian mengambil agama kalian,” ucapnya mengutip sebuah hadist.
Ketiga, kiprah NU jelas maslahat. Sejak berdirinya, NU tidak pernah terlibat pemberontakan terhadap NKRI. Beda dengan kelompok Islam lain seperti DI/TII dan lain-lain.
Jumlah pesantren NU ada 25 ribu. Mereka ini mendidik orang yang awalnya bodoh menjadi berilmu. ’’Kontribusinya sangat besar untuk negara ini,’’ bebernya.
Beliau minta agar lingkungan NU dan pesantren benar-benar dijaga agar tidak kemasukan kelompok lain. Beliau lalu mencontohkan Yaman. Awalnya damai. Lalu di utara muncul Wahabi. Di selatan muncul Syiah. Keduanya saling mengkafirkan dan membunuh. Sehingga akhirnya kelompok habaib yang di timur yakni Hadramaut terjepit. Yaman akhirnya pecah dan terus berperang sampai sekarang.
Syria juga demikian. Arab Saudi menyokong pemberontak. Syiah Iran juga ikut campur. Negara tersebut akhirnya terkoyak hingga sekarang. Lebih dari satu juta penduduk jadi pengungsi.
’’NU ini organisasi yang asli didirikan orang Indonesia, didanai orang Indonesia. Jadi tidak mungkin menghancurkan Indonesia. Beda dengan yang berasal dari Arab, yang berasal dari Iran. Dana mereka dari luar. Yang pegang remotnya orang luar. Jika kita membiarkan yang didanai Arab dan Iran itu besar, pasti Indonesia akan hancur. Karena yang meremot dari luar,’’ tandasnya.
Keempat, di NU ada tradisi saling mendoakan. Santri mendoakan kiai. Kiai mendoakan santri. ’’Jika kita mati lalu dicap malaikat amal kita kurang, masih bisa berharap kiriman dari keluarga, santri dan kiai. Kalau non NU, tidak kenal tradisi saling mendoakan. Mereka doa untuk diri sendiri masing-masing,’’ paparnya.
Kelima, NU jelas benar. Beliau lalu mencontohkan dalil sedekah untuk mayit. Yakni hadist dari Aisyah. “Ibuku mati mendadak, sementara beliau belum berwasiat. Saya yakin, andaikan beliau sempat berbicara, beliau akan bersedekah. Apakah beliau akan mendapat aliran pahala, jika saya bersedekah atas nama beliau?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya. Bersedekahlah atas nama ibumu.” (HR. Bukhari 1388 dan Muslim 1004).
Beliau juga mencontohkan banyak dalil amaliah NU lainnya. Selengkapnya dalil-dalil tersebut bisa dilihat di http://www.hujjahnu.com/ yang diasuh KH Ma’ruf Khozin, pengurus Aswaja NU Center PWNU Jatim yang juga pengasuh rubrik tanya jawab di majalah aula.
(Lutfi)
0 komentar:
Post a Comment