Tadarus Sejarah Ansor Jombang #4
Meskipun telah ada sejak 1934, bukan berarti eksistensi Ansor (yang ketika itu bernama Ansor Nahdlatul Ulama -ANU) selalu ada di muka bumi ini. Ansor pernah “hilang”, yaitu ketika Jepang membubarkan seluruh organisasi kemasyarakatan, organisasi kepanduan, dan organisasi kepemudaan yang ada di Indonesia. Pada September 1943 Jepang akhirnya mengizinkan NU dan Muhammadiyah hidup lagi. Namun Ansor masih tetap bobok manis sampai beberapa waktu kemudian. Tokoh-tokohnya seperti Tohir Bakri selanjutnya menyokong kepengurusan Tanfidziah PBNU.
Ketika carut-marut persoalan bangsa sudah mulai
terurai, yaitu bahwa Indonesia sudah memproklamirkan kemerdekaan, serta agresi
pertama dan kedua sudah berhasil dibereskan, maka pemikiran untuk membangunkan
Ansor mulai muncul. Menariknya, Cak Anam dalam bukunya “Gerak Langkah Pemuda
Ansor” mengungkapkan, bahwa orang pertama kali yang melempar ide membangunkan Ansor kembali
adalah Chusaini, mantan anggota Ansor yang baru saja kembali dari medan
pertempuran di seputar Jombang, Mojokerto dan Tuban.
Penulis memang tidak berhasil mendapatkan informasi
lebih lanjut, Chusaini yang disebut-sebut Cak Anam ini menjadi anak buah siapa
ketika bertempur. Namun keberadaan Chusaini yang ikut bertempur, melemparkan
ingatan saya pada Hisbulloh. Ya Hisbulloh..., sebuah organisasi kepanduan
selain PETA, yang diusulkan oleh Wahid Hasyim pada Jepang, untuk mengakomodir
kalangan santri. Kuat dugaan Chusaini ini juga anggota Hisbulloh.
Ansor boleh saja tidak boleh bangun oleh Jepang,
tapi kaum santri yang direpresentasikan oleh Wahid Hasyim tidak kurang akal,
bendera Hisbulloh dikibarkan. Hairus (2004) menulis, bahwa hampir seluruh
pemuda pesantren, dan terutama sekali yang menjadi anggota ANU, bergabung ke
dalam tentara Hisbulloh. Bahkan sejak zaman Jepang hingga tahun-tahun setelah
kemerdekaan itu seluruh aktivitas ANU tertumpah dalam kegiatan Laskar
Hisbullah. Bahkan lambang Hisbulloh yang didirikan 1943 ini mirip dengan
lambang ANU.
Di Jombang gagasan pembentukan Hisbulloh ini segera diwujudkan.
Pada sekitar akhir 1943 atau awal 1944, KH Mahfudz Anwar Seblak mengirimkan santri-santrinya
untuk dilatih di Cibarusa Bogor, pusat penggemblengan anggota Hisbulloh, mereka
itu adalah Hasyim Latif, Sa’dulloh Khumaidi, dan Maksum. Dalam tulisan Abdul
Jalal (1992), sebenarnya ada 4 orang santri yang dikirimkan, tapi satu nama
tidak tesebut karena menunggu keterangan
dari Khumaidi, mungkin karen lupa atau terlewat akhirnya satu nama tersebut
tidak tertulis di sejarah.
Para personel yang dikirim ke Cibarusa ini, termasuk
4 orang dari Jombang kemudian ditunjuk untuk melatih anggota Hisbulloh di
daerahnya masing-masing. Mereka selanjutnya menunjuk 25 pemuda pilihan untuk
dididik menjadi kader militer profesional. Tidak hanya latihan fisik, Hisbulloh
Jombang juga mendapat latihan rohani yang dipimpin langsung oleh Wahid Hasyim. Mereka
diajak bersama-sama untuk mengamalkan hisib rifa’i, hisib bahr, hisib nawawi
dan lain-lain.
Tidak lama berselang, situasi menjadi kacau sehingga
tidak dimungkinkan dilakukan latihan intensif lagi. Berita-berita di radio
mengatakan bahwa pulau-pulau di sekitar Pasifik yang dikuasai Jepang satu
persatu jatuh ke tangan Amerika. Demikian juga Tokyo sudah dibom oleh negeri
Paman Sam tersebut. Beredar prediksi bahwa Jepang akan segera kalah. Oleh karenanya
para pimpinan Nasional termasuk juga Wahid Hasyim, bertindak cepat untuk
mempersiapkan kemerdekaan. Hingga akhirnya diproklamasikanlah kemerdekaan pada
17 Agustus 1945.
Seiring dengan perintah Presiden Soekarno untuk
membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Kyai Hasyim Asy’ari menginginkan
Hisbulloh Jombang untuk segera dibentuk. Keinginan ini beliau sampaikan ke H.
Affandi Jagalan, sewaktu bertemu di Masjid Jami’. Oleh H. Affandi segera
ditindaklanjuti dengan mencari orang yang bisa mempelopori pembentukan
Hisbulloh di Jombang. Pilihan pun kemudian jatuh ke Wahib Wahab Tambak Beras,
yang notabene merupakan mantan anggota PETA berpangkat Shudancho.
Dari sini muncul cerita menarik, Wahib ketika itu
dicari oleh H. Affandi beserta dengan kemenakannya yang juga mantan anggota
PETA, ke Hotel Semeru. Karena biasanya dia tidur di situ, namun ternyata tidak
ada. Pencarian kemudian dilanjutkan ke Hotel Lam Yang di Jl. Veteran, Wahib
yang sedang tidur karuan saja terkejut, apalagi H. Affandi sampai menggebyurkan
air untuk membangunkannya. “Ada apa?” katanya. “Baiknya kita pulang saja.” Saut
H. Affandi. Mereka bertiga akhirnya ke Tambak Beras menemui Kyai Wahab.
Kepada Kyai Wahab, H. Affandi menyampaikan mendapat
perintah dari Kyai Hasyim untuk membentuk Laskar Hisbulloh. Dan pimpinannya
sudah ditunjuk yaitu Wahib. Kyai Wahab sebenarnya keberatan, soalnya kata
beliau, Wahib anaknya bandel. H. Affandi tetap bersikukuh, karena untuk
mengatasi kebandelannya Wahib biar diselesaikan oleh kyai Wahab sendiri. “Terserah
kamu,” Jawab Kyai Wahab akhirnya.
Pada 7 Oktober 1945 diselenggarakan lah rapat
penyusunan struktur Hisbulloh Jombang di rumah H. Affandi Jagalan. Sa’dulloh
Khumaidi dan Hasyim Latif yang merupakan jebolah Cibarusa didapuk untuk
membantu Wahib. Setelah struktur kepengurusan terbentuk, timbul kebutuhan untuk
memiliki markas. Entah bagaimana caranya, akhirnya Pabrik Gula Djombang Baru
dijadikan markas. Tempat ini yang kemudian digunakan untuk merekrut calon
anggota baru.
Demi merektrut anggota baru, Wahib meminta untuk
disebarkan undangan atau selebaran yang isinya meminta kepada seluruh pemuda
Islam yang berminat berjuang membela kemerdekaan RI, diharap mendaftar sebagai
anggota Laskar Hisbulloh. Selebaran ini dikirimkan ke ranting-ranting Ansor. Ya..,
saat itu jalur yang digunakan untuk mengumpulkan para pemuda adalah GP. Ansor. Pemuda
yang mendaftar membludak, diperkirakan sampai menyentuh angka 4000 orang.
Kita tidak akan berbicara lebih lanjut tentang peran
Hisbulloh, karena ini masih panjang ceritanya. Pada kesempatan ini penulis
hanya berkepentingan menyajikan titik temu antara Ansor dan Hisbulloh. Wahib
Wahab sendiri akhirnya tidak hanya menjadi pimpinan Hisbulloh di Jombang tapi
memimpin Hisbulloh se Karsidenan Surabaya, yang meliputi Surabaya, Gresik,
Mojokerto, dan Jombang. Wilayah-wilayah tersebut sesuai dengan wilayah yang
disebut Chusaini di atas. Sehingga semakin kuat dugaan, Chusaini yang menggagas
kembali dibentuknya Ansor tersebut, juga anggota Hisbulloh.
Jombang, 17/ 8/2016
M. Fathoni Mahsun
Kader Ansor Jombang
0 komentar:
Post a Comment