DHOLIM
Saat ceramah dalam kegiatan Jumat Bahagia IPNU-IPPNU di MTs Al-Hikmah Janti Jogoroto (3/6/2016), Wakil Ketua PCNU yang juga pengasuh Pesantren Al Aqobah Diwek, Jombang KH Junaidi Hidayat minta agar sekolah tak terlalu manut pemerintah. ’’Pemerintah itu tidak pernah yakin bahwa sistem yang diterapkannya sepenuhnya bagus seratus persen. Makanya sistemnya selalu berubah-ubah. Lha sistem ora bener kok dianut nemen-nemen,’’ katanya.
Dia berharap, sekolah berani mengembangkan sistemnya sendiri. Sesuai potensi dan keunggulan masing-masing. ’’Pak Makhi (kepala MTs Al Hikmah), ambil dari pemerintah sekedarnya saja. Selebihnya berkreasi sendiri, kembangkan sesuai potensi yang dimiliki,’’ paparnya.
Jika manut pemerintah, semua anak harus pintar mata pelajaran ujian nasional seperti matematika, IPA dan bahasa Inggris. ’’Anak yang tidak menguasai itu dianggap bodoh. Padahal setiap anak punya kelebihan masing-masing,’’ jelasnya.
Jika manut itu, selamanya anak MTs akan dianggap bodoh. Karena tak mungkin bersaing dalam ketiga mata pelajaran itu. ’’Anak autis itu kan IQ nya sangat rendah. Tapi dibawah pembinaan seorang tokoh pendidikan, anak itu bisa muncul potensi terbaiknya,’’ jelasnya. Ada anak autis yang sekali lihat sudah bisa membuat sketsa semua orang yang ditemui. Ada pula anak autis yang setelah dididik mampu menghapal ribuan lagu dalam waktu singkat. ’’Dengan pendidikan yang baik, sesuai potensinya, anak autis saja bisa jadi seperti itu. Apalagi anak normal,’’ paparnya.
Selama ini, anak menganggap sekolah seperti penjara karena mereka dipaksa menekuni hal-hal yang tidak sesuai minat, potensi dan bakatnya. ’’Buktinya, mereka senang luar biasa kalau libur. Pendidikan yang baik, mestinya membuat siswa nyaman dan krasan. Sehingga ketika keluar, anak menangis karena tak rela pisah,’’ jelasnya.
Tugas sekolah, kata Pak Jun, memfasilitasi dan mengembangkan potensi, minat dan bakat siswa tersebut. ’’Sebab dari ujung kaki sampai rambut ini punya potensi,’’ bebernya. Mulut jika ditekuni bisa jadi penceramah. Tangan jika ditekuni bisa jadi penulis. ’’Kakinya pemain sepak bola itu nilainya berapa miliar,’’ ucapnya.
Agar potensi, minat dan bakat itu berkembang, sekolah harus sering memfasilitasi siswa gelar karya. ’’Wali murid saat menyaksikan perpisahan anak TK gembira karena ada pentas anaknya. Anak juga senang karena tampil dihadapan orang tua. Giliran perpisahan SMP dan SMA, tidak lagi ceria karena tak ada unjuk kemampuan siswa,’’ ujarnya.
Pada kesempatan itu, Pak Jun juga tidak setuju sekolah melakukan seleksi penerimaan siswa baru. ’’Pilih-pilih siswa itu zolim, tidak boleh. Tujuan siswa sekolah atau mondok itu untuk belajar. Lha kalau yang bodoh tak boleh sekolah atau mondok, itu kan keliru. Kalau menolak siswa karena kapasitas tak cukup tidak apa-apa. Tapi kalau menolak siswa karena bodoh, itu zolim,’’ tandasnya.
Alhamdulillah dapat ilmu banyak dari Jumat Bahagia IPNU IPPNU Jombang.
Jumat Bahagia (5/8/2016) sekarang dilaksanakan di SMA 2 Darul Ulum tepatnya di masjid Al Islah Tapen Kudu..
0 komentar:
Post a Comment