KECELEK
Saat ceramah di acara Diba Kubro Kecamatan Jogoroto yang digelar di TPQ Al Muhajirin Dusun Sumbersari Desa Sukosari Kecamatan Jogoroto, Jombang, Sabtu (23/7/2016), KH Saerozi Lamongan cerita soal tiga orang yang kecelik.
Pertama, orang ingin mulia dengan memperlihatkan kebaikan. ’’Orang yang ingin mulia dengan ngetok-ngetokno keapikane iku kecelik. Sebab keapikan iku lek diketokno ora nggarai apik. Justru nggarai elek,’’ tuturnya. Sebaliknya, keapikan kalau ditutupi, akan semakin kelihatan baik.
’’Sampean kenalan karo wong. Sampean takoni jenenge sopo. Kok deweke jawab. Kulo almukarrom kiai haji Soleh. Yo malah diguyu. Kok ora ditambahi almarhum pisan,’’ ucapnya disambut tawa jamaah.
Pelok, isi buah mangga, kata Kiai Saerozi, jika ditanam di tanah dalam-dalam, justru akan menumbuhkan pohon dan buah. ’’Coba pelok iku delehen duwur mejo. Yo sido garing,’’ tambahnya.
’’Makanya ada maqolah, kun ardun fi qodaminnas. Jadilah kamu bumi bagi kaki-kaki manusia,’’ tuturnya. ’’Bumi itu dibawah. Yo diinjak-injak. Yo diidoni. Tapi regane tambah suwi tambah larang. Padahal bumine ora lapo-lapo,’’ ucapnya kembali disambut ger-geran jamaah.
Makanya jika ngelakoni apik, sebaiknya disembunyikan atau ditutupi. ’’Attawadlu’u la tazidu illa rif’ah. Wong tawadlu akan semakin mulia,’’ ucapnya.
’’Orang yang berbuat baik dengan diketok-ketokno iku biasane gak eroh dalane berbuat apik. Utowo gak biasa ngelakoni apik,’’ jelasnya.
Kedua, orang yang ingin kaya dengan enggan bersedekah. ’’Bayangane duwek akeh iku lek disimpen. Iku kecelik. Duwek akeh iku lek disedekahno. Assodaqotu la tazidu illa kasron,’’ tuturnya.
Setiap malam, malaikat turun mendoakan orang-orang yang sedekah. Ya Allah, gantilah yang lebih banyak kepada orang-orang yang sedekah.
’’Saya kemarin di Kediri ketemu MI yang setiap tahun gurune diberi motor. Saya tanya kok iso ngunu,’’ kata Kiai Saerozi. Salah satu pengurus cerita, awalnya dia hanya beri satu motor. Lha kok rezekini tambah akeh tambah akeh. Akhire motor yang diberikan terus bertambah. ’’Kemarin yang dibagikan sudah 11 motor,’’ bebernya.
Uang, kata Kiai Saerozi, sejatinya adalah pembantu. ’’Kalau disedekahkan, uang itu hidup. Golekno pahala sing sedekah,’’ jelasnya. Misalnya uang itu dipakai mbayari guru ngaji. Maka orang yang sedekah dapat pahala ngajar ngaji tanpa susah payah ngajar ngaji. ’’Sebaliknya, kalau hanya disimpan, uang itu turu. Sampean seneng endi duwe pembantu turu karo pembantu sing kerjo?’’ ucap Kiai Saerozi.
Orang yang medit, kata Kiai Saerozi, sebenarnya luman. Sebab harta yang disimpannya, ketika meninggal, seluruhnya akan dinikmati pewarisnya.
Sebaliknya, orang yang suka sedekah, sebenarnya pelit. Karena semua yang disedekahkan, kelak akan ia nikmati sendiri di akhirat.
Ketiga, orang mengira bahwa jagoan adalah yang bisa mengalahkan semua musuh. ’’Iku kecelik. Sebab musuh sing dikalahno, duwe bolo, duwe konco, duwe keluarga. Masio kalah, koncone, bolone, keluargane pasti balas dendam. Musuhe tambah akeh,’’ tuturnya.
Menang yang sejati, kata Kiai Saerozi, adalah dengan memaafkan. ’’Al afwu la tazidu illa izzan. Memaafkan akan menambah kemenangan”.
’’Musuh disepuro dadi bolo, dulur ora disepuro dadi musuh,’’ tegasnya.
Misalnya musuhan dengan tetangga kanan rumah. Ora mau nyepuro. Maka lewat depan rumahnya pasti segan. Musuhan dengan tetangga kiri rumah. Ora mau nyepuro. Lewat di depannya pasti juga segan. ’’Akhire ngiri buntu, nganan yo buntu. Padahal asline ora buntu. Sing mbuntu atine dewe,’’ jelasnya.
Kalau punya musuh, mau ngapain juga pasti susah. ’’Mau masuk musola kok di didalamnya ada musuhe. Pasti tidak mau masuk. Ora dikipatno ngipat-ngipat dewe,’’ ucapnya disambut ger-geran jamaah.
’’Mau naik angkot kok didalam ada musuhe. Pasti ora sido naik,’’ tambahnya.
Makanya yang paling baik adalah memaafkan. ’’Jagoan sejati iku nyepuroan,’’ paparnya.
Agar antar anak tidak ada musuhan, orang tua diminta tidak mbedak-mbedakno iki anak emas. Dan ini anak bukan emas. Tidak boleh membanding-bandingkan kelebihan anak dihadapan anak yang lain. Sebab kalau sudah tali silaturahmi putus, maka tali hubungan dengan Allah juga putus. ’’Kajio bendino kalau hubungan dengan sanak keluarga ora apik,
percuma,’’ tegasnya. (Rojiful Mamduh)
0 komentar:
Post a Comment