M.Ansori, Sang Qori' Nan Merdu
M Ansori, 24, peserta pelatihan Alquran braille saat qiroah dalam pembukaan di Pesantren Darul Ulum, Rejoso, kemarin (17/5).
M Ansori, Tuna Netra yang Mahir Qiroah
Diajari Ngaji Ayah, Tak Mampu Beli Alquran Braille
Mata yang buta bukan penghalang untuk membaca Alquran. Banyak tuna netra yang justru mampu membaca Alquran dengan tangan dan hati. Sebagaimana pria satu ini yang mampu qiroah dengan suara merdu walaupun terlahir buta.
Sembari meraba Alquran Braille dengan tangan kanan, suara merdu mengalun memenuhi seisi ruangan. Lagu bayati dan soba yang dibawakan dengan nada rendah seakan mengetuk hati setiap orang yang mendengarkan. ’’Yang saya baca tadi QS Al-Ahzab ayat 21-22,’’ kata M Ansori, 24, saat ditemui usai qiroah dalam pelatihan Alquran Braille yang digelar persatuan tuna netra (Pertuni) Jombang bekerjasama dengan Yayasan Makfufin Jakarta di Pesantren Darul Ulum, Rejoso, kemarin (17/5). Pelatihan diadakan hingga Sabtu (21/5)
Pelatihan tersebut diikuti 19 peserta dari Jombang dan Probolinggo. ’’Saya dari Kraksaaan Probolinggo,’’ kata M Ansori.
Dia mengaku buta sejak lahir. ’’Saya belajar membaca Alquran dari bapak mulai usia 12 tahun,’’ ucapnya. Setiap usai maghrib, bapaknya selalu membacakan tiga ayat. Diulangi tiga sampai empat kali. ’’Alhamdulillah saya bisa langsung hapal,’’ bebernya. Yang pertama diajarkan bapaknya yakni juz 30. Setelah itu Yasin, Waqiah, Ar-Rohman, Lukman, A-Rum dan Al-Ahzab.
’’Untuk menjaga hapalan, saya biasanya mengulang bakda Subuh,’’ ucap cowok yang baru lulus SMP Luar Biasa ini.
Untuk qiroah, dia mengaku belajar saat nyantri di Pesantren Zahrotul Islam Dringgu Probolinggo. ’’Saya mondok selama tiga tahun,’’ bebernya.
Sebelum belajar qiroah, dia diharuskan menghapal dulu ayat-ayat yang hendak dibaca dengan naghom bayati, soba, sika, nahawan, hijaz, rosta dan lain-lain. Setelah hapal, baru dilatih melagukan. ’’Kalau tidak hapal, sulit bisa melagukan,’’ jelasnya.
Selama ini, Ansori mengaku sering diundang qiroah. Baik itu untuk acara khitanan, pernikahan maupun hajatan yang lain. ’’Alhamdulillah, akhirnya rezeki selalu ada,’’ ungkapnya.
Dia juga beberapa kali tampil dalam MTQ. Pada 2014, dia juara tiga MTQ tuna netra di Malang. Dia tampil di cabang tilawah.
Saat mondok, dia juga sempat juara satu dalam MTQ se-Kecamatan Dringgu, Probolinggo. Kala itu, MTQ diikuti oleh peserta umum.
Selain qiroah, saat ini dia juga aktif sebagai vokalis grup salawat Subbanul Muslimin Pesantren Nurul Qodim Paiton.
Untuk Alquran Braille, dia mengaku baru belajar tiga tahun, sejak 2013. ’’Alquran Braille mahal. Jadi baru bisa punya setelah mengajukan ke Yayasan Roudlotul Makfufin Jakarta,’’ beber cowok yang bercita-cita jadi guru SLB ini.
Satu set Alquran braile seharga Rp 1,7 juta. Tiap juz-nya setebal Alquran biasa dengan panjang dan lebar 40 cmx30 cm. Sehingga satu set yang berisi 30 juz bisa memenuhi satu lemari.
(Rojif)
0 komentar:
Post a Comment