HUBBINNABI
Saat ngaji dalam Diba Kubro Kecamatan Jombang di Jagalan Sabtu (6/5/2016), KH Fatkhurahman (Gus Tuk) Kepuh Kembeng menceritakan bahwa suatu ketika ada kekasih Allah yang sedang menyendiri di gunung. Kemudian di datangi burung besar. Burung itu mengeluarkan kepala manusia, tangan, kaki hingga semua bagian tubuh manusia.
Setelah di luar, tubuh manusia itu kembali ke bentuk asal sebagai manusia utuh. Lalu dipatok burung itu lagi mulai kepalanya, hingga semua bagian tubuhnya habis. Setelah tertelan semuanya, dimuntahkan lagi seperti semula. Setelah itu ditelan lagi, utuh, kemudian di makan lagi. Demikian terus beberapa kali.
Orang itu lantas tanya kepada burung tersebut. Siapa orang yang di makan kemudian di muntahkan lalu di makan dan dimuntahkan berulang kali itu.
Si burung menjawab, orang itu adalah Abdurahman ibnu Muljam, orang Khowarij yang membunuh Sayyidina Ali. Dia rajin puasa di siang hari, dia hapal Quran dan banyak membaca Quran setiap hari. Setiap malam, dia menghabiskan waktunya untuk shalat malam hingga bengkak kakinya dan gosong jidatnya.
’’Namun tak ada cinta kepada Nabi dan ahli bait di hatinya,’’ kata Gus Tuk.
Padahal dalam sejumlah hadist disebutkan bahwa salah satu syarat untuk merasakan manisnya iman adalah mencintai Allah dan Nabi melebihi cinta kepada siapapun.
Jangankan Sayyidina Ali dan para kiai sekarang, Nabi pun oleh orang Khowarij dianggap salah.
Pendiri Khowarij, Khowarij Dzul Khuwaishiroh At Tamimi pernah mengatakan kepada Rasulullah SAW –yang ketika itu beliau sedang membagikan harta rampasan perang-, “berlaku adil lah wahai Rasulullah!”. Maka Rasulullah SAW menjawab, “celaka engkau, siapa lagi yang akan berlaku adil kalau aku tidak berlaku adil”.
Melihat hal tersebut, Umar bin Khattab berkata, “biarkan saya membunuhnya wahai Rasulullah”. Rasulullah SAW berkata, “biarkan dia! Sesungguhnya dia memiliki pengikut yang sholat kalian terasa remeh dibandingkan sholatnya. Puasa kalian terasa remeh dibandingkan dengan puasanya. Mereka terlepas dari agama sebagaimana anak panah terlepas dari busurnya……” (HR. Muslim, (2/743 dan 744)
Ciri utama Khowarij adalah menyalahkan pemimpin dan menyalahkan kiai/ulama yang punya pengikut.
Sedangkan ciri ahlussunnah adalah adanya cinta kepada Nabi, para sahabat, dan para ulama/kiai pewaris ilmu Nabi.
’’Manifestasi cinta kita kepada Nabi itu setidaknya tercermin dalam tiga hal,’’ kata Gus Tuk.
Pertama yakni rojuna minhu syafaatah. Kita mengharapkan syafaat Nabi di dunia dan akhirat.
Kedua, mustaquna ila rukya jamalih. Rindu melihat Nabi.
Ketiga, wisolahu wa Manama. Kita ingin bertemu Nabi, walaupun toh pertemuan itu dalam mimpi sekalipun.
Rindu kami padamu ya Rosul, rindu yang tak terperi..
Lalu bagaimana menyemaikan cinta Rosul itu kepada anak-anak? Ya ajak salawatan. Ajak kumpul ulama. Ajak ikut kegiatan NU. Masukkan ke sekolah yang ngajarkan agama dan cinta Nabi..
#AyoMondok
0 komentar:
Post a Comment