EPISTEME
Saat ngaji dalam rangka 40 harinya Nyai Hj Fatimah Soleh (ibunda Gus Irfan Soleh, ketua yayasan Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas), Kamis (12/5/2016), KH Marzuki Mustamar menuturkan bahwa dalam kajian filsafat ada sejumlah istilah.
Diantaranya ontologi. Yakni wilayah material yang dibahas.
Kedua, epistemology. Yakni wilayah metodologi atau sistematika dalam menjangkau material tersebut.
Ketiga, aksiologi. Yakni wilayah kegunaan atau aplikasi dari material tersebut.
Salah epistemology, bisa menyebabkan salah pemahaman. Hingga berujung kesalahan langkah/aksi.
’’Untuk mempelajari agama, secara epistemology, yang paling pas adalah belajar ke pesantren,’’ kata Kiai Marzuki.
Belajar agama yang paling tepat, kata Kiai Marzuki, adalah belajar kepada Nabi Muhammad SAW.
Nabi Muhammad belajar kepada Jibril dengan berhadap-hadapan. Ketemu langsung.
Kenapa harus ketemu langsung berhadapan? "Ngunekno shod kudu karo mecucu. Lek gak ketemu langsung opo ngerti mecucune sak piro?"
Sebelum wafat, Nabi mengajarkan ilmu agamanya kepada para sahabat. Juga dengan ketemu langsung. Makanya belajar kepada sahabat, sama dengan belajar kepada Nabi.
Para sahabat sebelum wafat, mengajarkan ilmu agamanya kepada para tabiin. Juga dengan ketemu langsung. Belajar kepada tabiin, sama dengan belajar kepada sahabat dan Nabi.
Sebelum tabiin wafat, mereka mengajarkan ilmunya kepada tabiit tabiin. Juga dengan ketemu langsung. Sampai akhirnya ilmu itu sampai kepada para kiai pesantren.
’’Jadi belajar ilmu agama kepada para kiai, sama dengan belajar kepada Nabi. Sebab cara mempelajari agama yang dipraktekkan di pesantren itu, sama dengan yang dilakukan Nabi. Isi ajaran agama yang diulangno kiai, juga sama seperti yg diajarkan Nabi,’’ tuturnya.
Makanya Nabi dawuh, siapa yang memuliakan ulama, sama dengan memuliakan Nabi. Dan siapa memuliakan Nabi, maka akan dimuliakan Allah. Siapa dimuliakan Allah, akan masuk surga.
’’ Makanya kalau ingin agamanya selamet, masukkan anak ke pesantren,’’ ucapnya.
Sekarang ini, lanjut Kiai Marzuki, banyak pemahaman yang salah kaprah. ’’Sampean lihat di internet, banyak fatwa-fatwa yang tidak sesuai. Kenapa? Ya karena belajarnya tidak ke pesantren,’’ ucapnya.
Beliau lantas memberikan sembilan contoh.
1.
Ada kelompok yang mengatakan bahwa kotoran babi tidak najis. Kotoran hewan tidak najis. Dasar mereka, saat Nabi sujud di Kakbah, pernah dilempari kotoran oleh Abu Jahal. Tapi Nabi terus saja sujud. Tidak membatalkan sujudnya. Itu kan berarti kotoran tidak najis?
Menanggapi itu, Kiai Marzuki menuturkan, bahwa peristiwa itu tak bisa dijadikan dasar hukum. ’’Itu peristiwa saat Nabi masih di Makkah. Ayatul ahkam dan hadisul ahkam, itu setelah di Madinah. Ayat-ayat dan hadits-hadist yang bisa dijadikan hukum, itu yang di Madinah,’’ paparnya.
Di Kitab Bukhori, kata Kiai Marzuki, ada hadist bahwa suatu ketika Nabi buang hajat. Lalu minta sahabat mengambilkan tiga batu. Kemudian diambilkan dua batu dan satu kotoran kering. Nabi hanya mau memakai yang dua batu. ’’Ini salah satu yang dijadikan dasar oleh para ulama kita bahwa kotoran itu najis. Kering saja najis. Apalagi basah’’ ucapnya.
Bersambung----
#AyoMondok
(Rojif)
0 komentar:
Post a Comment