Investigasi Kepada “nabi abal2”, Gus Jari
Di Pondok Pesantren Kahuripan Ash Shirot Gempol Karangpakis Kabuh Jombang.
Agaknya kita sebagai bangsa Indonesia sudah tidak terkejut lagi dengan munculnya nabi abal2 (palsu) karena saking banyaknya, mungkin negara kita termasuk penghasil nabi abal2 terbanyak di dunia.
Beberapa hari ini di medsos kita disibukkan dengan munculnya orang yang bernama Gus Jari asal Gempol, Karang Pakis, Kabuh, Jombang, Jawa Timur, yang diberitakan sebagai orang yang telah mengaku sebagai nabi.
Hal ini menyebabkan saya harus melakukan investigasi secara langsung agar bisa melihat dari dekat baik sosok orangnya, ajarannya, gerakannya dan pengikutnya.
Pada hari Ahad, 21 Februari 2016 saya bersama Bapak Drs. Imam Sanusi (Ketua FKUB –Forum Kerukunan Umat Beragama- Kabupaten Kediri) dengan ditemani sopir melakukan investigasi ke Gus Jari di kediamannya di Pon. Pes. Kahuripan Ash Shiroth Gempol, Karangpakis, Kabuh, Jombang. Saya berangkat dari rumah sekitar jam 16.15 WIB dan sampai di Gempol Kabuh sekitar 17.40 WIB. Tidak terlalu sulit untuk mencari desa tersebut meski agak masuk ke dalam dan melewati jalanan yang di samping kanan kirinya areal persawahan.
Sampai di desa Gempol, saya tidak langsung ke rumah Gus Jari, tapi mampir dulu di Warung Kopi yang terletak sekitar 50 meter dari rumahnya, untuk ngopi sekaligus untuk mencari data skunder dari tetangganya.
Menurut tetangganya, di kampungnya itu tidak ada satu pun orang yang menjadi pengikut Gus Jari, tapi pengikutnya berasal dari luar daerah yang dalam waktu sebulan ada 2 kali pertemuan untuk pengajian.
Dari penjelasan tetangganya, Gus Jari itu berprofesi sebagai paranormal yang biasa menerima pasien untuk konsultasi problem sehari-hari. Gus Jari juga berhasil membangun masjid cukup bagus serta pondok pesantren di samping rumahnya. Tetangganya tidak banyak yang tahu aktifitas Gus Jari secara detail, malah tahunya kebanyakan dari televisi.
Setelah saya selesai berbicang di warung kopi tersebut, saya berjalan menuju rumah Gus Jari. Pintu gerbang pondoknya memang cukup unik, bermotifkan burung garuda sedang mencengkram bumi dan ada bintangnya. Di bawahnya tertulis : Pondok Pesantren Kahuripan Ash Shiroth lalu di bawahnya tergantung tulisan :”Fafirru Illallah” dan terjemahnya dalam bahasa Jawa. Di Pondoknya tersebut ada masjid yang bernama Ash Shirothol Mustaqim, yang menjelang shalat biasanya diputar lantunan Ayat2 Al Qur’an dari pengeras suara sebagaimana masjid pada umumnya.
Setelah saya memasuki komplek pondok pesantren, saya terus berjalan menuju masjid sambil mengamati situasi dan lingkungan, tiba-tiba saya disapa oleh sosok orang paruh baya dari samping rumahya: “Assalamu ‘alaikum “
Saya jawab : “Wa ‘alaikumussalam”. Apa benar anda Gus Jari ?” Saya bertanya demikian untuk memastikan karena sebelumnya saya belum tahu wajah Gus Jari, kecuali dari TV. “Nanti setelah maghrib saya bisa ketemu Anda? “ tanya saya . “O ya silahkan”, jawab Gus Jari.
Kemudian saya menuju masjid Ash Shirothol Mustaqim untuk shalat maghrib, dari masjid dikumandangkan adzan dan setelah adzan dilantunkan pujian shalawat sebagaimana masjid pada umumnya. Selang tidak lama, dilantunkannya iqamat sebagai tanda bahwa shalat berjama’ah dimulai, yang bertindak sebagai imam adalah Bapak Turmudzi, kerabat dekat Gus Jari. Gus Jari juga nampak ikut shalat berjama’ah di masjid itu. Setelah shalat maghrib selesai, para jama’ah membaca wirid bersama-sama dengan suara jahr (keras) sebagaimana di masjid lain pada umumnya.
Selesai itu, saya menemui Gus Jari di masjid, lalu saya diajak menuju rumahnya. Sampai di rumahnya, saya dipersilahkan duduk, saya melihat di meja tamu ada rokok GG Surya 12 dan koreknya. Lalu saya mengeluarkan rokok GG Surya 16 dari saku baju saya. Saya mulai menyalakan rokok dan Gus Jari pun juga menyalakan rokok. Setelah hp untuk merekam saya siapkan secara tersembunyi, maka saya mulai dialog dengan Gus Jari (yang berumur 44 tahun, mempunyai 2 putra) sebagai berikut :
Gus Jari: “Apa tujuan Anda datang ke sini ?”.
Saya : “Untuk tabayun dengan Anda?”
Gus Jari : “O ya silahkan. Sekarang ini tertutupnya zaman rekayasa, terbukanya zaman realita, siapapun yang merekayasa keadaan akan hancur”
Saya : “ Bagaimana Anda bisa diberitakan telah mengaku sebagai Nabi?
Gus Jari : “ Itu semua rekayasa agar terjual beritanya di masyarakat. Saya hanya mendapat petunjuk dari Allah lalu direkayasa oleh mereka”.
Saya :” Ceritakan perjalanan hidup Anda !”.
Gus Jari : Apa yang saya alami ini bukan rekayasa tapi realita, sejak 1978 sampai 1985 saya ini seorang penggembala kambing. Lalu saya belajar ilmu-ilmu syari’ah selama 7 tahun, saya mondok di Pondok Pesantren At Taufiq Sambong Jombang dan di Tambakberas Jombang. Setelah itu saya mendapat petunjuk untuk belajar ilmu thariqat, hakikat sampai ma’rifat, sampai saya menjalani puasa tirakat 11 tahun, sampai ketemulah saya dengan Ma’rifat Lillah dan Ma’rifat Billah itu”.
Saya : “ Di Tambakberas di mana?
Gus Jari : “Saya kuliah di STIT yang waktu masih bernama STIT tapi tidak sampai selesai. Ijazah terakhir saya hanya Aliyah”
Saya : “Siapa guru spritual anda ?”
Gus Jari : “Kyai Ebes Tarmuji Brangkal Mojokerto, dia dulu berguru kepada Mbah Mangli Magelang dan Kyai As’ad Situbondo, Anda lihat apa beliau-beliau ini salah?”
Saya : “Lalu bagaimana ceritanya Anda sampai menjadi berita besar seperti ini?”
Gus Jari : “Ini realita bukan rekayasa, pada malam Jum’at Legi tahun 2005, haq billah, saya berani bersumpah, saya melihat cahaya bersinar memasuki tubuh saya lalu ada lafazh “’Isa Habibullah” kalau di Jawa disebut Raden Arya. Lalu saya lanjutkan shalat Tahajud, saya mendengar panggilan “ Yasin 7 kali “ kemudian ada panggilan : “Wahai Isa” sampai 7 kali lalu dilanjutkan Yasin sampai diteruskan 5 ayat.” Maksud dari “Isa diturunkannya kembali bukan jasadnya tapi nurnya”.
Saya : “Mungkin dari kisah ini yang menyebabkan Anda dianggap telah mengaku sebagai Nabi”
Gus Jari : “Kalau ada yang memelintir pengalaman spiritual saya ini, maka akan saya tuntut. Saat inilah tertutupnya zaman rekayasa terbukanya zaman realita. Yang memelintir itu teman saya sendiri yang kerja di Kemenag Jombang. Saya terus dipojokkan oleh MUI dan Kemenag Jombang. Di sini mereka saya bilangi “Kalau kalian menilai saya jangan seperti itu, tapi cari dulu orang yang Ahli Ilmu Ghaib, wong belum dilihat oleh Ahli Ilmu Ghaib saja sudah terburu-buru menilai saya”
Saya :”Di masjid Anda ada sebongkah batu itu apa maksudnya? Dari mana batu itu”.
Gus Jari : “ Batu itu simbol “Sileme gabus, muncul e watu item”, Silem wong gedabrus2 muncul wong ahli saestu” (tenggelamnya orang yang banyak ngomong penuh rekayasa, munculnya orang-orang yang sungguhan). Batu itu saya dapatkan melalui tirakat di Gunung Lawu.”
Saya : “Apa karena menceritakan pengalaman spiritual di atas kepada sembarang orang sehingga Anda diberitakan mengaku sebagai nabi? ”
Gus Jari : “Tidak. Saya tidak menceritakan kepada sembarang orang. Tapi ada orang yang memlintir hal itu, dia adalah teman saya sendiri, namanya Ilham, ia bekerja di Kemenag Jombang, dia itu teman saya, teman mondok saya dan teman sekolah saya, kalau saya kasih tahu dengan bahasa rekayasa dia menerima tapi kalau saya kasih tahu dengan bahasa realita dia memlintir. Kemarin dia di sini dia ketakutan, karena saya patahkan argumentasinya. Orang-orang MUI Jombang itu belum pernah ketemu saya, belum klarifikasi ke saya, sudah bicara ngawur. Itu karena membaca berita plintiran itu”
Memang pengalaman spiritual saya ini harus saya sampaikan, ini sudah waktunya, walaupun pemerintah tidak mendukung saya tapi masyarakat kecil yang menjadi senjata, akan berbondong2 membela saya, karena meyakini inilah yang akan menjadi Ratu Adil. Anda beruntung masih dapat menemui Ratu Adil. Kelak nanti akan sulit menemui saya, ha ha ha ha ha. Kalau saya bohong, saya tidak akan mungkin bisa menyampaikan. Saya punya bukti data otentik, berdasarkan lelaku, wahyu dan apapun yang telah saya terima.”
Saya : “Dengar2 Anda dulu juga pernah aktif di NU? Apa pernah menjadi pengurus NU?”
Gus Jari : “Lo, saya ini orang NU sejak kecil. Saya juga pernah menjadi Pengurus MWC NU Kecamatan Kabuh. lalu bagaimana saya kok dianggap sesat seperti ini.”
Saya : “Di masjid dan rumah Anda ada gambar Semar. Itu apa maksudnya?”
Gus Jari : Saya ini 15 tahun menyamar dan akhirnya Semar sudah saya letakkan menjadi Ismoyo yang berisi ‘Isa Habibulloh’, ini saya terbuka saja, tapi ya hanya nur nya saja. Tugasnya meneruskan ajaran Nabi Muhammad, tidak membawa ajaran baru. Adapun mereka menuduh saya sebagai nabi palsu, itu karena mereka belum pernah ke sini dan belum tahu saya.”
Saya :”Saya ulangi lagi pertanyaan saya :Apa Anda mengaku menjadi nabi?
Gus Jari : “Tidak. Siapa yang mengaku menjadi nabi?”
Sampai di sini, kemudian saya pamitan untuk pulang.
Dari dialog saya dengan Gus Jari di atas, maka ada beberapa catatan yang perlu saya sampaikan :
1. Perlu diteliti lebih lanjut tentang kualitas kejujuran Gus Jari.
2. Bisa dipastikan bahwa Gus Jari berprofesi sebagai paranormal, yang cenderung mengunggulkan diri pribadinya untuk meyakinkan orang lain.
3. Gus Jari nampak sebagai pengamal ilmu hakekat yang pada umumnya suka menyampaikan cerita-cerita seperti itu dan cerita-cerita seperti itu memang biasa menjadi materi obrolan para pengamal ilmu hakekat. Yang dimaksud dengan Ilmu Hakekat di sini adalah ilmu klenik.
4. Jika pengalaman spiritual yang diceritakan Gus Jari di atas benar-benar terjadi, maka perlu diteliti lebih lanjut apakah hal itu memang benar sebagai petunjuk dari Allah atau hanya permainan syetan belaka.
5. Pengalaman spiritual atau ilmu sirri memang tidak boleh diceritakan secara terbuka, karena rentan menjadi fitnah, sedangkan Gus Jari menceritakannya secara terbuka dengan penuh percaya diri,
6. Gus Jari memang membantah keras bahwa dia telah mengaku menjadi nabi. Tapi dia secara tidak langsung telah menganggap dirinya sebagai calon Ratu Adil.
7. Keyakinan Gus Jari bahwa Nabi Isa diturunkan kembali ke dunia hanya berupa nur (cahaya) saja juga bertentangan dengan hadits-hadits shahih dan mutawatir yang secara jelas menegaskan bahwa Nabi Isa akan diturunkan kembali ruh dan jasadnya secara nyata.
8. Jajaran struktural NU khususnya PCNU Jombang khususnya Aswaja NU Center Jombang perlu mengadakan pemantauan lebih lanjut kepada Gus Jari, mengingat Gus Jari juga pernah menjadi Pengurus MWC NU Kabuh, berdasarkan pengakuannya.
9. Pihak-pihak terkait harus tetap menjunjung tinggi kearifan dalam menyikapi kasus Gus Jari ini, agar lebih tepat dalam mengambil sikap.
Apa yang saya laporkan ini dan analisis saya di atas memang belum lengkap tapi minimal dapat dijadikan data tambahan dan pertimbangan. Investigasi dan dialog berikutnya perlu dilaksanakan oleh pihak-pihak terkait tentunya dengan melibatkan Para Ahli dan Ulama khususnya yang menguasai bidang ilmu aqidah dan tashawwuf.
Wallahu A’lam.
(Ach.Cholili)
0 komentar:
Post a Comment